Chapter 5

1.9K 158 2
                                    

Lily, seorang ilmuwan terkenal dari Amerika. Sudah melakukan banyak penelitian dan penemuan mengerikan. Penemuan terakhirnya percobaan nuklir dan manusia. Ditemukan tewas di labolatoriumnya di Chicago dengan anaknya, Mathew yang setengah sadar dengan bersimbah darah yang merupakan satu-satunya korban selamat. Beberapa orang juga ditemukan tewas di sana. Catatan penelitian diduga dibakar.

Email itu membuat Rose menyerengit bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Matt dulu. Namun, selama hal itu tidak menyusahkannya dia tidak peduli. Alih-alih penasaran, Rose hanya menganggap Matt berasal dari keluarga yang rumit dan dia harus menjaganya.

Dilihatnya Matt yang malas-malasan duduk di tepi kolam sambil mencelupkan kakinya di kolam. Matanya menyerengit mentap kolam, kakinya dia ayunkan pelan sambil sesekali diayunkan keras yang membuat air kolam menari ke sana ke mari.

"Matt, ini sudah malam, tidak baik berada di kolam di hari sedingin ini," tegur Rose sambil menghampirinya.

Tanpa ia duga, Matt terrawa kecil lalu berkata, "Kamu mengkhawatirkan ku?"

"Maaf saja ya, aku mengkhawatirkan berapa banyak uang ku yang melayang kalau terjadi sesuatu pada mu," jawab Rose ketus dan itu malah membuat tawa Matt lebih keras.

"Tetap saja itu tanda peduli mu," balas Matt lalu nyengir dan itu membuat Rose benar-benar ingin memukulnya.

Tiba-tiba saja, Matt mengulurkan tangannya pada Rose.

"Apa?" tanya Rose dingin.

Matt tersenyum. "Bantu aku berdiri," katanya.

Tak ada pilihan lain. Rose menghela nafas lalu menerima tangan putih pucat itu. Tangan itu sangat dingin. Genggamannya tidak kuat meskipun tangan itu terlihat menggenggam tangan Rose kuat. Keduanya sama-sama terkejut, tapi hanya Rose yang mampu menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung menggenggam tangan itu kuat dan menarik Matt hati-hati.

Wajah pemuda itu tampak lebih pucat dari biasanya. Meskipun begitu, dia tetap tersenym saat Rose melihatnya.

"Thanks Al," katanya ceria. "Hmmm, kau benar, udara hari ini dingin sekali," lanjutnya lalu melegakan badannya.

Rose menghela nafas sekali lagi. Kliennya kali ini sangat keras kepala dan suka sekali menyembunyikan sesuatu. Sudah jelas cuaca sedang dingin-dinginnya saat ini, tapi dia malah keluar dan sekarang sakit.

"Kamu kedinginan?" tanya Rose.

"Yah... seperti yang kamu rasakan di tanganku tadi..."

Dengan gerakan cepat, Rose langsung mengalungkan tangannya ke pemuda itu dengan selimut yang dia bawa. Tubuh mereka terkurung selimut sekarang.

Rose bisa merasakan tubuh Matt menegang yang dia tidak tahu apa alasannya.

"Ke-kenapa?" tanya Matt bingung.

"Jack selalu seperti ini saat cuaca sedang dingin," jelas Rose. "Jadi, kupikir kamu juga."

Pikiran Matt terlalu penuh untuk membalas penjelasan Rose. Gadis di belakangnya itu tiba-tiba saja memeluknya. Setelah beberapa saat, Matt malah tertawa kecil lagi. Dia lupa Alice adalah orang yang tidak punya waktu untuk memikirkan cinta. Pelukan yang dia rasakan saat ini tidak berarti baginya.

"Kamu perempuan yang aneh," kata Matt.

"Banyak yang bilang begitu," balas Rose spontan.

Matt merapatkan tangan Rose sambil memegangnya. "Katakan pada ku, apa kamu merasakan dingin yang kurasakan?"

"Hm? Tentu saja," jawab Rose.

"Bukan dari kulit ku Al, tapi dari udara..." sanggah Matt. "Aku heran sekali melihat mu naik sepedah tadi pagi."

Rose diam saja yang berarti sebagai jawaban pertanyaan Matt.

"Kata mom, cinta adalah sesuatu yang dimiliki manusia agar dia bisa meraskan banyak hal," lanjut Matt. "Nah, apa kamu mencintai sesuatu?"

"Aku mencintai uang," balas Rose tanpa dosa.

Matt nyengir. "Bukan itu maksudku Al, tapi cinta pada sesama manusia. Sahabat, orang tua, pacar, atau yang lain mungkin?"

Untuk beberapa saat, Rose terdiam. Memikirkan seseorang yang dia cintai. Terbesit Jack dalam pikirannya, tapi Rose langsung menepisnya karena kadang dia juga ingin menebas kepala Jack juga kalau dia banyak omel.

"Kupikir tidak."

Matt meringis mendengarnya. Hati perempuan itu sudah benar-benar mengeras sekarang.

"Tidak masalah Al, kamu akan mendapatkannya nanti. Aku hanya ingin memberitahukan sesuatu pada mu," kata Matt lalu menuntun mereka berjalan menjauhi kolam. "Saat tidak mempunyai cinta, manusia akan seperti mu Al."

"Kamu mengejek ku?" kata Rose dingin.

Matt tertawa, "Tidak Al, aku belum selesai. Aku memang belum mengenal mu, tapi aku tahu kamu perempuan tangguh. Kamu hanya akan memperhatikan apa yang berguna untuk mu dan aku yakin kamu bisa menyelesaikannya dengan cepat.

Saat mempunyai cinta, akan ada banyak yang dipikirkan manusia. Biasanya ada dua, yang menjadi fokusnya dan yang menjadi fokus orang yang dicintainya. Manusia akan merasakan banyak hal. Yang menyenangkan, atau tidak. Tapi biasanya mereka lebih bahagia.

Tapi saat manusia kehilangan cinta," Matt menggantung kata-katanya lalu menarik nafas. "Yang dirasakan manusia hanya hal-hal negatif. Sama seperti yang kurasakan sekarang."

Ah... dia mengenang ibunya...

"Apalagi dad membawa Lia bersamanya. Ini benar-benar menyedihkan," lanjut Matt jengkel. "Tapi sekarang sudah merasa hangat."

"Apa kamu sudah mendapat cintamu?"

"Ya dan itu kamu."

Rose hanya menggunakan sisa kesabarannya untuk tidak mengahajar kliennya ini.

********

"Untung saja kamu bisa menyuntik. Tangan ku sedang gemetar, terinakasih..." kata Matt lalu merebahakan dirinya ke kasur empuknya.

"Ya, istirahatlah. Aku yang akan meletakannya kembali," kata Rose sambil membereskan alat kedokteran Matt.

"Sebaiknya kamu cepat tidur setelah ini."

Rose menutup pintu kamar Matt lalu masuk ke kamarnya. Di kantongnya saat ini ada sebuah botol kecil dari antidot Matt yang baru dia curi. Dia curiga dengan cairan itu. Rasanya aneh kalau hanya sakit biasa sampai menyuntikan obat.

Jemari Rose langsung menari di atas layar ponselnya.

"Jack, bisa kita bertemu sekarang?"

"Jam 2 Rose, aku sedang ada pekerjaan lain."

"Baiklah," kata Rose lalu langsung memutuskan sambungan.

Sejam kemudian, dia mendengar suara pintu di buka. Rose langsung menyalakan GPSnya dan mendapati Matt sedang berjalan.

Rose menunggu beberapa saat sampai dia kembali ke kamarnya, tapi tidak. Matt malah keluar rumah.

"Patrick, Matt keluar. Tolong ikuti dia. Suruh seseorang berjaga di sini, aku akan menyusul nanti."

"Baik."

Lima menit kemudian, Rose berhasil mengejar Matt. Dia terus mengikutinya diam-diam.

"Astaga Matt, aku benar-benar khawatir saat kamu menelepon ku tadi."

Matt tertawa kecil. "Tenanglah Zoe, aku tidak akan mati hanya karena serum itu. Lagipula, aku ingin tahu hasilnya seperti apa."

"Lily akan menangis kalau melihat mu melanjutkan apa yang kamu kerjakan Matt."

*********

Saya update lagi~

Maaf kalau updatenya pendek terus.

Jangan lupa vote and comment.

Rosalyn : changeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang