Chapter 14

1.6K 128 0
                                    

"Dengar Zoe, apapun yang terjadi jangan biarkan dia masuk sekalipun dia mengancamu dengan sadis.

"Kau tahu sendiri akibatnya jika dia sampai tahu kan?

"Dia tipe orang yang sangat memperhatikan kliennya. Yang kita lakukan bisa musnah dalam sekejap kalau dia sampai tahu."

"Hanya itu?"

"Tidak... Aku juga tidak ingin gadisku melihat diriku yang menyedihkan."

***

Berdiri menunggu tanpa bisa melakukan sesuatu adalah hal yang menyebalkan dan itu yang dirasakan Rose sekarang.

Setengah jam dia menunggu. Berdiri mematung tanpa melakukan sesuatu sambil bersumpah dalam hati akan membunuh Zoe jika sesuatu terjadi pada Matt.

Beberapa saat kemudian, Zoe keluar dengan wajah luar biasa lega dan senyum khasnya. "Kau tidak jadi membunuhku," katanya lalu memberi isyarat agar Rose masuk.

Perempuan dingin itu masuk dan mendapati Matt tengah bersandar pada kepala ranjangnya. Terlihat lemas dan lebih pucat tapi wajahnya tampak bersinar dan tersenyum.

"Kau mengkhawatirkan ku?" tanya Matt menggoda.

Mau tidak mau, Rose lega Matt menggodanya. Itu tanda dia baik-baik saja sekarang.

"Tentu saja, kau klienku," jawab Rose lalu menghampiri Matt.

"Zoe akan menginap. Apa itu jadi masalah?" tanya Matt.

"Tidak. Aku paham ini demi kesehatanmu," jawab Rose.

Matt menyungginglan senyumnya. "Terimakasih Al. Padahal aku tidak menceritakan apapun padamu. Maaf," sesalnya.

Aku tahu dan aku juga tahu kalau kamu sebenarnya curiga kalau aku tahu.

"Tidak apa Matt. Aku paham itu pasti masalah pribadimu dan tolong jangan minta maaf padaku," kata Rose datar.

"Kenapa kamu selalu begitu tiap aku minta maaf?"

Rose diam sejenak menatap mata setajam elang yang tampak mengintimidasi itu. "Rasanya aneh. Jarang sekali orang minta maaf padaku. Hanya Jack yang pernah melakukannya."

"Kejam sekali," sesal Matt. "Aku tidak mengerti kenapa perempuan secantik kamu tidak ada yang meminta maaf..."

"Aku sudah terbiasa," balas Rose.

Astaga... dia bahkan sampai terbiasa...

Meski begitu Matt senang karena Alice-nya orang yang tahu diri dan rendah hati, bahkan pada teman-temannya di sekolah yang bukan siapa-siapanya sekalipun sikap Alice-nya itu dingin dan kasar.

Dia selalu kagum dengan semua yang dilakukan Alice-nya. Tapi itu juga yang menjadikannya tidak seperti manusia.

Lamunannya buyar seketika saat ponsel Alice berbunyi nyaring.

"Permisi," kata Alicenya lalu mengangkat telpon. "Ada apa Jack?"

Matt menyerengit tidak senang. Jack lagi, begitu pikirnya. Dia tidak mengerti kenapa Alice selalu bersama Jack dan semua yang dia lakukan selalu berhubungan dengan Jack. Mulai dari hal penting sampai tidak penting.

Cemburu? Tentu saja karena Alice-nya kemana-mana selalu bersama Jack dan orang itu selalu ada dalam setiap cerita Alice.

"Besok? Harus kah? ... Tidak, bukan seperti itu ... Tidak bisa, Jack. Aku yang akan menelpon Mr.Frans sendiri ... Cih, sialan, kenapa harus disaat seperti ini ... Sudah kubilang tidak bisa. Kau akan tahu sendiri kalau sudah lihat ... Ya, lusa. Ya, ya, kututup teleponnya," Alice memutus telepon lalu menggurutu kesal.

Rosalyn : changeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang