Gadis itu datang, membawa aura menusuk seperti yang dia bawa saat pertemuan pertama mereka.
Tak ada senyum samar, mata dinginnya yang menatap tajam semakin mengerikan, aura di sekitarnya sangat menekan. Saat menatap matanya, rasanya gadis itu akan melumatmu habis-habisan.
Dan hanya Jack yang dapat berdiri sebegitu dekat dengan gadis itu. Berbincang-bincang seolah tak ada yang terjadi.
Alice, gadisnya dulu kini telah hilang.
Ah, bahkan sejak awal aku tidak tahu nama aslinya...
"Kau sudah pulang..." kata Matt lembut. "Bagaimana keadaanmu?"
"Harusnya aku bertanya," jawab Alice.
Matt tertawa kecil. "Tidak apa. Aku baik-baik saja."
Tawa itu bukan yang diberikan Matt saat dia tertawa karenanya. Itu tawa palsu, senyum palsu. Karena hanya Rose yang tahu bagaimana senyum Matt yang sebenarnya. Rose diam saja.
"Kalau begitu, aku akan pulang sekarang," pamit Jack.
"Ya, aku mengurus sisanya di sini," balas Alice lalu mengantar Jack sampai pintu. Melihat pemuda itu menjauh dari rumah itu sementara Matt memperhatikannya. "Kau tidak menyukainya."
"Apa?" tanya Matt bingung.
"Jack," balas Alice langsung. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Alice penuh selidik.
Matt memilih untuk memalingkan wajahnya. Mata gadis itu begitu dingin dan tajam yang sampai membuatnya membeku dan tidak bisa berbicara sepatah kata pun.
"Tidak ada, bukan hal penting," jawab Matt lalu meninggalkannya begitu saja.
"Kau juga berubah," lanjut Alice.
Mendadak, Matt menghentikan langkahnya. "Semua orang akan berubah, termasuk kamu."
"Kau marah padaku." Entah pertanyaan atau pernyataan yang dikatakan Alice.
"Berhentilah menyelidikiku!" balas Matt dengan nada agak tinggi.
Mereka terdiam untuk beberapa saat. Tak ada suasana canggung di antara mereka karena nereka sibuk dengan pikiran masing-masing dan Rose terbiasa dengan suasana seperti itu.
"Begitu, jadi Jack mengatakannya. Soal aku dan dirimu, juga pekerjaan ini," kata Alice dengan datarnya. "Aku tahu lebih banyak darimu. Jadi, tanyakan."
"Apa?" tanya Matt sedikit menyentak.
"Apa saja, selama itu tidak menyangkut pribadiku."
"Kau sudah tahu soal keadaanku kalau begitu?" tanya Matt pelan, tapi sinis.
"Ya, Creutzfeldt-Jakob varian yang menyebabkan sel tubuhmu kacau dan cepat mati."
Matt menggigit bibirnya kesal. "Aku... tidak pernah menyuikainya sejak hari itu. Injeksi mengerikan yang disuntikkan padaku lalu membuat tubuhku melemah," katanya dengan menahan amarah. "Harusnya aku sudah mati bertahun-tahun yang lalu. Itu penyakit langka, harusnya aku tidak bisa bertahan lebih dari satu tahun.
Lalu suatu terjadi. Aku bertahan. Tubuhku melakukan reaksi keras pada penyakit itu yang malah membuatku menderita. Tubuhku lembali normal tapi aku menderita, lalu dia terbunuh begitu saja tanpa mengembalikan tubuhku seperti semula. Bagus sekali," lanjutnya kecut.
Sekali lagi, Rose hanya diam melihat pemuda di depannya itu menunjukkan lukanya pada Rose dengan pedih juga penuh amarah. Entah sudah berapa lama Matt menahan segala penderitaannya selama ini.
"Kau pasti juga tahu tentang peneliatianku kan? Rumah Zoe juga," tanya Matt yang hanya di jawab dengan anggukan. "Heh, seperti yang kukira, kau hebat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : change
Action"Tidak. Tidak ada tempat bagiku untuk kembali. Bahkan di sudut dunia yang terpencil pun." Rose selalu hidup berlumur dosa. Bau darah, suara tembakan, dan mayat yang bergelimpangan sudah menjadi kesehariannya. Hatinya telah beku seiiring ia tenggelam...