"Adikku akan datang seminggu lagi." Matt menaruh garpu dan pisaunya lalu menatap gadis di depannya.
"Aku sudah tahu," balas Rose.
"Kau tahu?!"
"Ya."
Dan jawaban singkat itu membuat Matt kesal.
"Kau ingin kita menjemputnya di bandara?" tawar Rose datar.
Matt mendecih, "Yang benar saja, aku tidak sudi menjemput orang itu. La-"
"Ayah, Matt," sela Rose.
Matt memutar bola matanya, "Lagipula, kenapa kamu mengatakan itu?"
"Karena klienku yang sebenarnya adalah Mr. Tom."
"Mr.?"
"Ya. Aku mempunyai kewajiban untuk menjemputnya."
"Kau lebih mementingkannya daripada aku?" tanya Matt ragu.
"Kalau kau tidak mau, aku bisa menyuruh Jack untuk menjagamu."
Wajah Matt langsung berubah horor. Cukup sekali saja Jack menjaganya. Tanpa bicarapun, mereka sudah saling tidak suka.
"Baik, baik! Aku ikut!" Matt kesal. "Asal kamu tidak mengatakan hal-hal aneh padanya-"
"Ayah Matt, bukan nya," sela Rose lagi.
"Baik, ayah," ralat Matt, "Ck, sejak kapan kamu berubah menjadi mengesalkan begini..."
"Tidak, moodmu memang sedang jelek Matt," Matt bergumam tak jelas mendengar komentar itu, "Karena ayahmu kan? Maaf," lanjut Rose masih dengan ekspresi datarnya.
"Tidak perlu, kau tidak salah," bisik Matt. "Aku... hanya tidak menyukainya. Di- ayah selalu berbuat seenaknya sendiri. Aku boleh kesal kan?" tuntut Matt entah pada siapa.
"Tidak apa jika menurutmu itu benar."
"Maksudmu?"
"Manusia selalu melakukan hal yang menurutnya benar sekalipun itu buruk. Jadi, jika kau menganggapnya itu benar tidak masalah. Asal kau tahu batas-batasnya," jelas Rose.
Matt bertopang dagu, memperhatikan gadisnya, menatapnya yang hanya dibalas dengan tatapan datar dan dingin Rose.
"Itu juga berlaku untukmu? Atas pembunuhan... yang kau lakukan?" tanya Matt.
Rose menghela nafas, "Kau tahu jawabannya."
Mata pemuda itu jadi agak sayu, "Menurutku, itu salah Al..."
"Lalu, apa yang bisa ku lakukan?" balas Rose dingin. "Membiarkannya hidup dan melapor pada bosnya? Atau terlacak mungkin? Lalu kau tertangkap dan aku dihukum? Tak ada jaminan kau bisa hidup setelahnya."
Pemuda itu bungkam, tak bisa menjawab satupun pertanyaan Alice-nya. Sekali lagi, gadis itu benar dan selalu benar.
"Daripada itu, tidak kah kau ingin menikmati salju hari ini?" tanya Rose tenang.
"Eh...?"
***
Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Menatap mata merahnya sendiri dengan dalam. Bertanya-tanya dalam hati apakah tindakan kali ini terlalu kejam?
Ponsel berbunyi saat dia sedanga merenung dan baru diangkat setelah agak lama.
"Rose, kau yakin akan melakukannya?" kata Jack di seberang sana.
"Ya."
"Rose, kau yakin akan melakukan ini? Bagaimana kalau dia-"
"Justru, lebih baik jika dia melakukannya. Itu akan membuatnya sadar dan setelah pekerjaanku selesai, Mr. Tom bisa benar-benar meninggalkannya," sela Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : change
Action"Tidak. Tidak ada tempat bagiku untuk kembali. Bahkan di sudut dunia yang terpencil pun." Rose selalu hidup berlumur dosa. Bau darah, suara tembakan, dan mayat yang bergelimpangan sudah menjadi kesehariannya. Hatinya telah beku seiiring ia tenggelam...