7. Liontin Mawar

25 3 0
                                    

Adinda tumbuh mandiri seperti kebanyakan anak normal lainnya, hanya saja ia sudah ditumpuki segudang tugas dan tanggung jawab karena gelar satu-satunya pewaris keluarga kaya. Orang-orang sangat mengaguminya, bahkan ketika ia sudah menjalani kelulusan sekolah SMP nya.

Namun, ada rahasia yang hanya Dinda sendiri ketahui dan hanya Dinda sendiri yang rasakan. Ia tak pernah membicarakannhmya sekalipun itu pada Bi Mirna dan Mang Agus

** Kembali pada masa saat Dinda bisa bicara **

Malam itu, setelah ia melepas semua sesak dalam hatinya, ia mulai menemukan tujuan hidup seperti pesan mendiang kedua orang tuanya.
'aku harus hidup bahagia' ujarnya dalam hati

Ia beranjak dari kursi dan berbaring di atas ranjang
Pikirannya terus disibukan dengan berbagai pertanyaan
'bagaimana caranya aku bahagia? Darimana aku harus memulai? Apa aku bisa bahagia? Ahhh, tidak, tidaak!! Aku pasti bahagiaa' dalam hatinya ia bergumam, seolah bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Itu yang hanya ia lakukan sampai ia tertidur lelap

Di alam mimpi Dinda seolah mendengar suara seseorang yang mengajaknya berbicara. Berlatar taman belakang vilanya di Bandung, ia duduk di kursi yang selalu ia tempati dengan oma nya

'Dindaa, gimana kabar kamuu' samar samar terdengar suara seperti seorang pria, namun tak muncul dihadapannya

Tanpa takut ia menanggapinya
'aku lebih baik dari sebelumnya'

'kamu pasti akan jauh lebih baik' ujar suara itu

'darimana kamu tau?' tanya dinda heran

'aku selalu memperhatikanmu dari sini'

'hahahha, lucuu. Kata mama, disini ngga akan ada yang bisa masuk selain keluarga dan penjaga kami'

'aku akan selalu melindungimu adinda'

'hmmhh, sebelum melindungiku tunjukan dulu siapa dan dimana kamu!'

'belum saatnya'

'kapan saat itu?' tanya Dinda heran

'Nanti...'

'kalo gitu, aku ngga percaya kamu bisa lindungin aku'

'besok tepat saat kamu meminta sarapan, kamu akan bisa bicara, suaramu akan kembali'

'hahahha, mustahiiil, aku sudah menjalani terapi setahun lamanya, tapi tidak ada perkembangan sama sekali' jawabnya seolah tak percaya

'aku akan melindungi kamu adinda' ujarnya lagi

Obrolan itu semakin panjang, banyak yang dinda ceritakan terutama kejadian naas yang merenggut kedua orang tuanya. Anehnya dia tidak lagi merasa sedih atau canggung, justru sebaliknya, ia merasa bisa membicarakan banyak hal dengan suara misterius itu

Pagi hari mulai menyingsing, sinar matahari menembus kaca jendela kamar. Ia terbangun seketika, melihat sekeiling dan ternyata ia masih berada di kamarnya.

"hmmhh, ternyata semuanya hanya mimpi" ucap Dinda tapi tetap masih tidak ada suara yang terdengar

"hahahaha, benarkan, dia berbohong!" ia kembali bergumam tanpa suara

Perlahan ia menuruni tangga menuju rumah lantai bawah. Terlihat Bi Mirna yang sedang asyik berbincang dengan Mang Agus. Dinda menghampiri Bi Mirna dengan tangan masih menggaruk rambutnya yang kusut. Tiba tiba Bi Mirna berbalik badan yang juga sama mengagetkannya bagi Dinda. Ia hanya tersenyum manis melihat Bibi kesayangannya memasang raut wajah kaget

"Dinda laper biii..." ucapnya yang sat itu ia bisa mendengar suaranya sendiri. Seketika ia hanya terdiam mematung. Pikirannya kembali pada ingatan dalam mimpi saat si suara misterius mengatakan ia akan bisa berbicara dan bersuara ketika ia meminta sarapan. Dinda hanya berdiri haru menahan agar tak lagi ada air mata yang terjatuh. Dinda masih tak percaya bahwa ini nyata

Adinda | Jeno Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang