17. Firasat Adinda

15 3 0
                                    

Suasana di rumah Adinda malam itu sangat kacau. Bi Mirna tak hentinya menangis dan berdoa sambil ditenangkan oleh Mang Agus. Kirania yang mencoba menelpon tetangga terdekat, dan Doni masih terdiam seolah memikirkan kemungkinan kemana Adinda pergi, dia masih saja ditenangkan oleh Rama dan Fito.

"Gue udah hubungin temen temen club balapan buat bantu nyari" ucap Rama

"Gue udah minta bantuan sama temen temen nongkrong kita" tambah Fito

Sayangnya mereka hanya bisa menunggu setelah dengan sekuat tenaga mencarinya. Malam semakin larut bahkan sudah dini hari. Bi Mirna dan Mang Agus yang masih saja berdoa di mushola rumah, Kirania, Rama, dan Fito yang baru saja tertidur, dan Doni yang masih mondar-mandir.

Suara adzan shubuh terdengar, Doni membangunkan mereka yang tertidur, lalu semuanya berjamaah untuk menunaikan sholat. Di sela doanya, setiap mereka meminta kesalamatan Adinda. Bahkan Doni hanya tertunduk dengan tatapan khawatir.

"Buuuu,,,, ibuuu,, neng Kiraaan, aa semuanyaaa" teriak Mang Agus dari luar rumah yang belum lama keluar dari mushola. Sontak semuanya bergegas menghampiri.

Terlihat Adinda dengan keadaan pingsan terkujur lemas di atas lantai.

"Dindaaaa" teriak Doni kaget bercampur bahagia, khawatir, haru dan perasaan lainnya. Ia segera memangkunya menuju kamarnya.

"Dindaaa banguuun, heeey sadaaar" ucap Doni rambut wanita dihadapannya sesaat setelah ia dibaringkan di atas kasur.

"Bibi gantikan dulu pakaiaannya ya, semuanya boleh keluar dulu" ucap Bi Mirna

10 menit kemudian, semuanya kembali masuk. Kirania yang duduk di ranjang tepat disamping Dinda, Doni yang menggenggam erat tangan Dinda, Rama dan Fito yang berdiri di dekat Doni.

"Siapaa yang berani ngelakuin ini sama kamu?" tanya Doni namun tak ada jawaban.

Sementara di alam bawah sadar Dinda, ia sedang sibuk bercerita dengan si misterius.

"Tenang yaaa, seburuk apapun keadaan kamu, masih ada aku yang nemenin kamu" ucap si misterius

"Aku ngga ingat sih, tiba-tiba saja kepalaku sakit" ucap Dinda menunjukan bagian belakang kepala yang terkena pukulan.

"Ngga papa ko, kamu kuat, nanti juga sembuh"

"Iyaaa makasih yaaa. Tapi sesaat aku terbangun tadi, kayanya aku ada di sebuah rumah tua deh. Kamu tau dimana itu?" tanya Dinda yang tidaknada balasan jawaban dari si misterius

Sementara dalam kenyataan, seorang dokter wanita sedang menjelaskan keadaan Dinda sesaat setelah ia memeriksa.

"Keadaan pasien cukup baik, tidak ada tanda-tanda kekerasan yang fatal dan tidak ada tanda-tanda pelecehan seksual. Ia hanya butuh istirahat, dan ini saya buatkan resep obat untuk mengurangi tingkat stress dan trauma yang terjadi" ucap Bu Dokter

Semua terlihat lega setelah mendengar penjelasan dokter. Mang Agus segera mengantar dokter pulang sekaligus menebus resep obat ke apotek. Bi Mirna yang kembali ke dapur untuk membuatkan bubur dan sarapan bagi yang lain. Kirania yang berada di atas ranjang terus mengusap rambutnya dari arah samping, Doni kembali menggenggam tangan Dinda, Rama dan Fito yang kembali duduk di sofa kamar Dinda.

Kembali pada alam bawah sadar Dinda, ia terus menghujani si misterius dengan pertanyaan-pertanyaan yang kembali tidak berbalas jawaban.

"Kamu beneran ngga tau ya akan ada kejadian seperti ini menimpaku" tanya Dinda

"Yang penting sekarang kamu sudah selamat. Aku akan selalu mengawasimu Adinda..."

"Dan kamu akan selalu melindungi aku, si misterius" lanjut Dinda memotong perkataan si misterius

Adinda | Jeno Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang