29. Ku Harap Itu Kamu

6 3 0
                                    

Dinda seolah tak mengerti dengan perasaannya saat ini. Harusnya ia senang, karena ini yang ia harapkan, seorang Aditya yang menjauhinya.

"Maaaang, anterin Dinda ke rumah Loliiii" teriaknya menuruni tangga.

Mereka bergegas berangkat setelah beberapa percakapan.  Selama perjalanan perasaannya tak karuan. Ia benci perasaan sepi  dan khawatir ini. 30 menit telah berlalu sampai akhirnya ia sampai di depan pintu rumah Aditya.

Tok..tok...tokk.....
Terdengar ketukan itu sangat tergesa-gesa. 4x ia mengulangi mengetuk dan memanggil Aditya sampai akhirnya pintu itu terbuka oleh bibi.

"Aditya dimana Bi?"

"Aden ada di dalem neng"

Tanpa pikir panjang, ia segera memasuki rumah itu, bahkan tanpa permisi. Langkahnya terhenti di ruang TV karena ia tak mengetahui kamar mana yang di maksud.

"Bii,,,bibiii,,mmm,,boleh tolong panggilkan Aditya" ucapnya tergesa-gesa

Tanpa sempat menjawab, tiba-tiba Loli berteriak dari arah belakang pintu kamar

"Kak Dindaaaaaa" ujar gadis itu berlari menghampirinya.

Untuk melepas rasa rindu, Dinda membalas pelukan hangat Loli. Sementara Aditya, hanya berjalan perlahan kemudian duduk di sofa menghadap mereka.

"Kamu jadi repot repot kesini" ucap Aditya seolah tak ada hal buruk yang terjadi.

Dinda hanya menatapnya terdiam
'Ahhhh, suara itu masih tetap sama' syukurnya dalam hati

"Kak Dinda nangis yaaa?" tanya gadis kecil saat setets air mata jatuh mengenai pipinya

"Ahh,, ngga sayang,, tadi..mm,,tadi Kak Dinda kelilipan,, mmm Loli ngga papa kan? Sekarang Kak Dinda udah disini, jadi kita bisa main bareng lagi" balasnya mencoba mengalihkan pembicaraan dan mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh dari matanya

"Yeee,, asyiiiiik Loli bisa main sama Kak Dindaaaaa, boleh kan kak?"  tanya Loli polos menatap Aditya yang hanya berbalas anggukan

Hari ini Dinda habiskan waktunya bersama kakak beradik itu. Namun Aditya banyak terdiam tak seperti biasanya. Ditengah permainan, sesekali Dinda memperhatikan keadaan wajah Aditya yang masih meninggalkan bekas lebam dari perkelahiannya.

'Kalo dia terjatuh, ngga mungkin kan lukanya kaya gitu?' tanya Dinda dalam hati

'Apa dia berkelahi? Ahh tidak mungkin! Tapi jika iya, kapan? Sama siapa?' Dinda yang sibuk dengan pikirannya sendiri dipenuhi dengan beribu pertanyaan tentang Aditya

"Kamu mau pulang jam berapa?" tanya Aditya yang menyadarkan dari lamunannya

"Aahh,, ituu,, iyaa sebentar lagi.." jawabnya terbata bata

"Dijemput mamang?"

"Aku naik taxi nanti"

"Jangan, nanti biar ku antar. Kecuali jika kamu dijemput mamang"

Dinda hanya terdiam, tak berkomentar bahkan tak menolak tawaran itu.

"Kak Dinda tidur disini ajaa sama Lolii" rengek gadis itu

"Loliiiiiii!!!!" ujar Aditya tegas seolah memperingatinya

Gadis itu mengerti dengan maksud kakaknya. Ia tertunduk dan melanjutkan bermain.

"Maaf ya Loliiii, Kak Dinda ngga bisa ngineeep" ucap Dinda mengelus rambutnya. Loli hanya mengangguk dan tersenyum manis.

Setelah sholat maghrib, Aditya bergegas mengantarkan Dinda dengan mengendarai motor. Setelah berpamitan dan melambaikan tangan pada adik kecil, keduanya pergi.

Adinda | Jeno Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang