12. Ada apa dengan Dinda?

17 3 0
                                    

Maladaptive Daydreaming adalah kondisi yang menyebabkan seseorang melamun intens, sehingga mengabaikan aktivitas normal yang dilakukan sehari-hari. Kondisi pertama kali dicetuskan oleh Profesor Eliezer Somer dari Universitas Haifa, Israel, tahun 2002. Meski disebut sebagai gangguan kejiwaan, kondisi ini tidak tercantum, dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), yakni panduan untuk menegakkan diagnosis penyakit mental, sehingga membuatnya sulit untuk menentukan gejala pasti yang ditimbulkan.

"Maladaptive daydreaming adalah ketika kondisi seseorang terjebak dalam khayalan mereka dalam waktu yang lama, sehingga mengabaikan hubungan dan kewajiban di dunia nyata. Ini terjadi padanya, ia seolah memiliki dunianya sendiri. Bahkan ia tak keberatan tidak memiliki teman di dunia nyata, yang selalu ia khawatirkan adalah teman yang selalu hadir dalam halusinasinya" jelas Dokter Ayu

"Penyebab maladaptive daydreaming terjadi ketika seseorang mengalami trauma, kekerasan, maupun kesepian. Biasanya mereka mencari cara untuk 'kabur' dari penderitaannya dengan cara berkhayal selama berjam-jam. Ya, bisa dibilang berkhayal termasuk strategi coping mechanism bagi seseorang yang menderita kesepian, trauma, dan kekerasan. Hal ini memang sesuai dengan Dinda yang kamu ceritakan, ia ingin melupakan trauma dari kehilangan kedua orang tuanya secara mendadak tanpa pamit. Jadi secara tak sengaja, ia mencoba membuat dunia yang ia inginkan sendiri" tambah Dokter Farhan seolah mulai mengerti dengan kasus penyakit Dinda

"Masalahnya terletak pada perbedaan berkhayal biasa dengan berkhayal maladaptif yaitu dari bagaimana khayalan ini dapat membuat keterikatan emosional yang kuat dengan individu. Keterikatan emosional biasanya dapat menggantikan perasaan sakit hati atau trauma di dunia nyata. Dari hasil diagnosisku, dia sudah pada tahap ini. Aku paham ketika ia merasa senang saat 2 tahun terakhirnya ia bergumam dengan si misterius, dan perubahan terjadi ketika 2 minggu ini si misterius tidak lagi hadir. Parahnya adalah keyakinan bahwa semua hal itu berhubungan segan segala aksesoris mawar yang ia kenakan. Menurutnya si misterius tak hadir karena marah pada Dinda yang mrnghilangkan gelang mawarnya, sebagai media si misterius mengawasi dan melindunginya. Ia memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan si misterius. ia percaya pada semua firasatnya yang selalu benar karena semua itu berasal dari si misterius yang mampu meramalkan masa depan, hari esok, bahkan kejadian yang akan menimpa Dinda" jelas Dokter Ayu mencoba memecahkan teka teki dari gejala penyakit Dinda

"Gejala penderita maladaptive daydreaming lainnya, yaitu memiliki kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya, mengalami insomnia, dan ketidakmampuan melakukan tugas sehari-hari karena susah fokus. Jika dilihat dari ceritamu barusan, ketika Dinda memiliki keterikatan emosional dan percaya bahwa si misterius adalah kunci firasatnya yang selalu benar, Suasana itu terbawa ke dunia nyata saat ia sadar untuk menjalankan semua kativitas sehari-harinya dengan jadwal yang teratur" jelas Dokter Farhan

"Meskipun ini belum terbukti sebagai kategori penyakit mental. Namun, tetap saja, penderita maladaptive daydreaming harus memerlukan perawatan untuk mengurangi gejala semakin parah" jelas bu dokter

Dokter Farhan hanya membalas dengan sebuah anggukan, pertanda setuju dengan rencana temannya itu.

"Dan aku kesini, untuk meminta bantuan dan saran padamu. Aku harus bagaimana? Jika aku membicarakan dan mengatakan dengan sejujurnya bahwa semua itu adalah khayalan yang dibuat oleh Dinda sendiri, aku khawatir keadaannya akan lebih parah dari hari tadi. Tapi jika aku biarkan, ini akan semakin membuat Dinda melekat pada khayalan yang semu itu. Hmmmm, aku bingung bagaimana cara terapi tepat yang bisa aku terapkan ke pasienku ini"

Dokter Farhan sesaat berpikir, kemudia menjawab
"Ini adalah hal yang sulit, tapi menurutku kamu bisa mencoba beberapa terapi biasa, walaupun membutuhkan waktu yang sangat lama, tetap saja pada dasarnya ini termasuk penyakit gangguan halusinasi"

"Ahhhhhh, baiklaaaaah" tutur Dokter Ayu yang menghela nafas panjang

**Kembali ke suasana di rumah Dinda**

Pagi hari yang cerah, terlihat Dinda sudah bangun dari tidurnya. Wajahnya cerah berseri, memberi kesan ia menikmati waktu malamnya dengan sangat bahagia.
Setelah mencuci wajah, bergegas ia ke lantai bawah rumah untuk menikmati sarapan seperti biasanya

"Selamat pagiii neng Dindaaaa" sapa Bi Mirna

"Pagi jugaaa Bi,, waaah sarapan aku sudah siap yaah?"

"Sudaaah neng, baruuu aja bibi selesai siapin sarapan neng"

"Hmmm,, makasih bi. Yaudah sekarang cepat panggil mamang, kita sarapan bareng" pinta Dinda

Jika dahulu meja makan ini sebagai meja penuh canda tawa bersama Mama dan Papanya, kini ia gunakan untuk selalu sarapan dan makan bersama dengan bibi dan mamangnya.
Masih dengan menu makan yang sama, roti selai strawberry lengkap dengan segelas susu coklat hangat. Setelah Mang Agus tiba, mereka pun segera meikmati sarapan, tak ketinggalan semua cerita dan obrolan lucu mereka. Dinda merasa kehidupannya kali ini akan berjalan dengan baik lagi, lamunannya masih tertuju pada si misterius, hingga ia tak sadar dengan tingkahnya yang senyum-senyum sendiri.

Bibi dan mamang yang melihat ekspresi itu, bersamaan saling bicara tanpa suara seolah mengerti apa yang Dinda rasakan.

"Euleuuuu euleuuuu, ari si neng malah senyum-senyum sendiriii" ejek Mang Agus

"Lagi jatuh cinta ini maaaaah" tambah Bi Mirna

"Ehhhhh,,, apaan siiih,, ngga laaaah, mana ada Dinda jatuh cinta,," bantah Dinda dengan ekspresi masih senyum malu-malu

Ejekan itu terus berlanjut pada cerita percintaan bibi dan mamangnya saat dulu,, di tengah-tengah obrolan tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Bi Mirna bergegas membukanya, dan langsung mempersilahkan pengacara Pak Bayu untuk masuk ke dalam rumah menemui Dinda

"Selamat pagi Non Dinda" sapa salam pria paruh baya berumur 40 tahun tersebut

"Pagiii juga pak, silahkan duduk... Mari kita sarapan bersama" tuturnya mempersilahkan dengan sangat sopan

"Terimaksih Non," ucapnya yang kemudian duduk disusul dengan Bi Mirna yang membawakannya segelas jus jeruk dan segelas air putih.

"Kedatangan saya kesini untuk mengingatkan Non Dinda bahwa semua aset warisan Pak Bayu dan Bu Anisa akan dapat Non kelola sendiri saat berusia genap 17 tahun, yang berarti 2 tahun lagi dari sekarang"

"Hmmmm,, iyaaaa" jawabnya masih memperhatikan dengan seksama

"Dan dari hasil pengawasan saya, Non Dinda sudah cukup baik belajar mengenai bisnis. Jadi saya harap Non Dinda bisa terus berusaha keras agar kelak semua yang menjadi impian Pak Bayu dan Bu Anisa dapat terwujud, iniii" terlihat sang pengacara memberinya beberapa tumpukan dokumen berisi laporan bisnis dan rencana bisnis baru yang ingin dikembangkan keluarganya

Dalam suasana seperti ini, seolah Adinda berubah menjadi sosok wanita dewasa yang cerdas dan juga bijak. Dengan cepat ia memahami setiap nasihat demi nasihat dari sang pengacara. Obrolan terus berlanjut selama 1 jam lamanya, sampai akhirnya sanga pengacara berpamitan untuk pergi.

"Waaah,, hebatlah pokona neng dinda maaah" tampak Mang Agus mengacungkan 2 jempol padanya

"Tapi yang penting Neng Dinda sehaat selalu, istiragat yang cukup, kami selalu berdoa untuk semua kebaikan dan kesuksesan neng Dinda" tutur Bi Mirna

"Ahhh, rasanya aku tak perlu khawatir, karena aku memiliki dua orang hebat dan setia yang selalu ada buat aku bagaimanapun keadaannya, Terimakaish banyak ya Bibi dan mamang sudah sangat merawat aku dengan baik"

Ketiganya saling berpelukan seperti layaknya keluarga harmonis dan bahagia

"Daaan jangan lupa neeeeng, lusa adalah waktunya neng masuk SMA" tutur Mang agus

"Kalo untuk urusan sekolah, aku ngga bakal khawatir mang, tenang aja. Karena bagian itu sudah di urus oleh orang lain" tutur Dinda membayangkan si misterius yang akan kembali menemani dan melindunginya menjalani masa SMA. Kembali ia terbuai dalam lamunanya yang mebuat ia senyum-senyum sendiri. Bahkan saat ia beranjak pindah menuju sofa ruang tv, masih tetap dalam keadaan senyum-senyum sendiri

"Ehhhh, kunaon ari si neng Dinda teeh?" tanya Mang Agus kebingungan

"Dukaaa atuh Kaaaang, da saya ge binguung" jawab Bi Mirna yang juga kebingungan dengan apa yang sebenernya terjadi pada Adinda Putri Pratama

Adinda | Jeno Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang