30. Sebuah Kebenaran

6 2 0
                                    

Aditya hanya memandang arah mendalam dari tatapan kedua mata Dinda.

"Kamu? Siapa?" tanya Aditya pura pura tidak mengetahui maksud dari perkataan Dinda.

Dinda kembali tertunduk mencoba mewaraskan pikirannya dari harapan yang hanya sebatas angan.

Dengan langkah perlahan keduanya sampai dan memasuki mobil. Sepanjang perjalanan pulang yang terdengar hanya alunan lagu. Loli dan Bi Indah yang tertidur. Aditya yang fokus menyetir mobil, dan Adinda yang isi kepalanya masih dipenuhi dengan semua logika agar hatinya tak kembali memberontak.

Sore hari mereka sampai di rumah Aditya. Bi Indah yang duluan masuk menggendong Loli menuju kamar si gadis yang belum juga terbangun.

"Are you okay?" tanya Aditya pada Dinda yang masih saja melamun. Keduanya masih berada di dalam mobil.

Derai air mata mulai membasahi pipi pink merona Dinda.

"Apa kamu benar benar tak mengenalku?" tanya ia lirih.

"Apa kita benar benar ngga pernah ketemu sebelumnya?" tanya ia kembali

"Apa hanya aku yang merasa seperti ini?" tanya ia yang kemudian disusul dengan isak tangis.

"Kamu kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Aditya yang mencoba menghentikan air mata itu

Dinda hanya tertunduk, kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajah

"Mendingan kita masuk dulu biar enakan, biar kamu juga bisa istirahat" jelas Aditya

Dengan air mata yang masih terurai, Adinda bergegas membuka pintu mobil. Langkahnya tergesa gesa, pergi begitu saja tanpa kata pamit.

"Dinda kamu mau kemana?" teriak Aditya dari dalam mobil. Bergegas ia keluar dan menyusul untuk menghentikan langkah Dinda.

"Lepasin aku!!!!" berontak Dinda saat Aditya mencoba memegang tangan untuk menghentikan langkahnya

"Jangan pergi kaya gini!! Please, stop!! "

"Berhenti? Kamu yang harusnya berhenti!!!" teriak Dinda memaksa melepaskan genggaman itu. Bersamaan dengan itu, hujan deras tiba tiba membasahi keduanya

"Ayo kita masuk!!" pinta Aditya yang mencoba menggenggamnha kembali

"Ngga! Lepasin aku!!!"

Ditengah guyuran hujan dan suara petir yang menggelegar, Dinda berjalan tergesa gesa. Rasanya ia ingin menghilang dari hadapan Aditya saat itu juga.

"Adinda, please!" teriak Aditya dari arah belakang yang juga mengikuti langkah Dinda. Mendadak kembali memorinya memutar kejadian yang sama saat mereka berada dibawah guyuran hujan dengan Mawar.

"Dindaaaa!! Aku mohon berhenti! Please jangan lariiiii" ucap Aditya yang mencoba menyusul gadis itu

Dinda tak menghiraukannya, pikiran ia saat ini sedang kacau. Rasanya hanya ada satu pilihan untuk bebas dari penderitaannya, yaitu kematian. Sekuat tenaga Adinda berlari menjauh dari langkah Aditya yang justru semakin dekat dengannya.

Tiiiiiidddddd.....
Suara klakson mobil yang tiba tiba datang dari arah depan

"Adindaaaaaaaa" teriak Aditya

"Aaaaaaaaaa" teriak Dinda yang terjatuh ke bagian tepi jalan. Tubuhnya tak merasakan sakit hanya merasa ada sesuatu yang aneh. Ya, ia terjatuh tepat dipelukan Aditya karena ia diselamatkan olehnya.

Sesaat pikiran Aditya melayang, perasaannya sedih, haru bercampur lega.
'Harusnya ini yang dulu aku lakukan pada Mawar. Berhasil menyelamatkan ia dari kematian, bukan mengantarnya mendekati kematian' ucapnya dalam hati saat ia memeluk erat gadis yang sangat ingin ia lindungi.

Adinda | Jeno Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang