i'm here takemichi

3.6K 219 35
                                    

Akkun x takemichi
.
.
.

"Akkun... Aku lelah.." tangisan yang selama ini aku tunggu kembali lagi. Ia kembali bersandar di bahuku seperti saat kami masih remaja.

Entah sejak kapan, tiba-tiba langkahnya menjadi jauh sehingga aku tak mampu mengimbanginya.

Dan entah takdir apa yang membuatnya harus memikul seluruh beban orang-orang yang entah dari mana datangnya membuatnya terus meringkuk dan kehilangan ekspresinya.

Aku pikir dengan dirinya yang dibawa oleh kedua petinggi toman saat klub pertarungan berlangsung membuatnya jadi lebih kuat.

Nyatanya, ia malah semakin terluka dan kehilangan emosi. Kehilangan tawa, tangis, dan marahnya.

Selama aku terus mengikutinya dari jauh. Yang kulihat hanya rasa frustasinya yang menumpuk. Namun tak ada tangis disana.

Tiap hari mengoceh soal menyelamatkan semuanya. Padahal dia sendiri tak mampu membantu dirinya sendiri.

Menginginkan kebahagiaan untuk yang lainnya. Namun tak mampu membangun kebahagiannya sendiri.

Pertarungan demi pertarungan ia lalui. Tak peduli lawannya sekuat apa. Bukan, tak peduli dirinya yang selemah apa. Dia tetap mengangkat tangannya.

luka di sekujur tubuhnya. Suara retakan yang mungkin dari tulangnya. Bahkan darah yang mengalir dari hidungnya tak membuatnya berhenti.

Setiap hari bolak-balik rumah sakit. Setelah sembuh malah menampilkan senyum bodoh seperti mengatakan kalau ia sungguh tak apa.

Menambah rekan baru disetiap pertarungan. Namun tetap babak belur setelah semuanya berakhir.

Membuat banyak berandalan tertuju kearahnya. Tapi sampai saat ini satu jurus bela diri manapun tak mampu ia kuasai.

Bahkan untuk mengayunkan tongkat saja aku pikir dia tidak tau bagaimana caranya.

Semua hal yang sia-sia seperti itu bukan ia lakukan untuk terlihat keren atau apapun. Tapi tentang ocehannya yang ingin menyelamatkan semuanya.

Hal bodoh yang selalu ia katakan terus membuatku muak. Aku sangat ingin menarik kerah bajunya dan menciumnya di depan orang banyak. Menyuruhnya berhenti atas apa yang sudah ia lakukan.

Namun, apa dayaku. Seorang pengecut yang hanya bisa melihatnya dari belakang.

Pesan yang selalu aku katakan padanya sepertinya tak ia ingat lagi. 'aku selalu bersamamu' mungkin hanyalah kata-kata bodoh yang tak pantas untuk ia ingat.

Lagipula aku bukan 'mikey yang tak terkalahkan' yang tiba-tiba membawanya jalan-jalan saat jam pelajaran berlangsung.

Aku juga bukan 'matsuno chifuyu' yang selalu berada dibelakang punggungnya saat tengah bertarung.

Tapi setidaknya, bahu yang selama ini ia pakai untuk bersandar adalah bahuku. Nama yang selalu ia teriakan saat menangis juga namaku. Apa dia sudah lupa tentang itu?

.
.
.

Masa smp kami berakhir, ia tetap tak kembali padaku. Matsuno chifuyu sialan itu merebut dia dariku.

Tak masalah, selama ia bahagia. Apapun akan aku relakan.

Tapi, nyatanya dia tetap tak bahagia bukan? Kali ini apa yang mereka lakukan pada pahlawan cengengku?

Perasaan ingin memukul mereka semua hanyalah impian ku semata.

Akhirnya ia hancur dengan semua orang yang selama ini bersamanya meninggalkan dia sendirian.

Ia meringkuk di sudut ruangan dengan tanpa ekspresi. Menatap kosong langit-langit.

Matsuno chifuyu melewatiku seperti tak sadar aku ada disana. Pergi tanpa menoleh pada dia yang kini duduk di lantai.

"Takemichi" panggilku padanya. Ia menatap ku dengan datar.

Aku berjongkok dan meraih wajahnya. Menyatukan kedua dahi kami. Menatapnya dengan tatapan sendu.

"Sudah cukup bukan? Kembalilah padaku. Lupakan semuanya. Aku disini"

Dia kembali menunduk dan tak mengatakan apapun.

Aku memaksanya untuk menatapku. Menarik paksa wajahnya. Ini menyebalkan, rasa kesalku membuatku tak sengaja menciumnya.

"M-maafkan aku"

Dia hanya diam, masih dengan ekspresi datarnya.

Mungkin ini kesempatan yang lumayan untukku. Tanpa pikir panjang aku melumat bibirnya.

Ekspresi datarnya kini berubah dengan ekspresi terkejut kemudian berubah menjadi tersipu.

Melepaskan tautan ku dengannya membuatku agak kesal. Tapi sepertinya ia payah dengan ciuman panjang.

Tatapan matanya yang tadinya kosong kini terbelalak tak percaya. Lambat laun air mata mengalir. Kemudian memelukku dengan erat.

"Akkun... Aku lelah.." suara tangisan yang selama ini tak pernah ia keluarkan lagi. Kini terdengar parau di telingaku.

"Aku tau" jawabku. Ya, jawaban yang payah memang.

"Akkun.. *hiks" isak tangisnya mulai terdengar.

"Ya? Aku disini" balasku singkat. Aku juga tak tau harus mengatakan apa disaat aku sadar bahwa tadi aku menciumnya.

"Semuanya meninggalkanku sendirian" ucapnya kembali.

"Aku disini, aku tidak meninggalkanmu. Anggota midle mizzo juga berada di pihakmu. Bukannya sudah aku bilang kalau aku akan selalu bersamamu?" Ucapku padanya.

"Ya, aku ingat. Terimakasih telah menepati kata-katamu" balasnya masih terisak.

"Kembalilah takemichi. Aku selalu menunggumu untuk pulang kepadaku" pintaku.

"Bolehkah aku kembali?" Tanyanya.

"Seharusnya aku yang meminta. Kembalilah takemichi. Aku mencintaimu" bisikku sebelum memeluknya erat.

Miura natsumi

Hanya sekedar harapan, kalau memang puyuh gagal tunas pun tidak memihak takemichi. Setidaknya midle mizzo masih berada disisi takemichi.

Hanya sekedar harapan.

Tenang takemichi, author sudah menghubungi dukun terdekat. Karena om gojo kelewat mahal. Jadinya author menyewa dukun paling murah. Katanya dia bisa mengurus dan menyantet pawang bandel seperti mereka.

Semoga om reigen arataka bisa menyantet pawang bandel takemichi segera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga om reigen arataka bisa menyantet pawang bandel takemichi segera.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
takemichi harem (one shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang