preman buaya-part 2

1.2K 148 2
                                    

Wakasa x takemichi
.
.
.

"Udah pulang takepersik-chan? Yuk kakak anter pulang. Gak boleh nolak lagi loh!! Kata ibu kamu tadi kakak telfon" wakasa menunjukkan riwayat teleponnya dengan ibunda takemichi.

'sial, pakai mengadu segala preman satu ini!'  batin takemichi kesal.

"Helmnya mana?" Tanya takemichi.

"Helm?" Wakasa balik bertanya.

"Iya, helm" balas takemichi lagi.

"A-ahhh... Kalau pakai helm kakak aja gimana? Kakak lupa bawa helm dua. Gimana dong?" Tanya wakasa.

"Kalau begitu gak usah antar aja. Kan gak repot" balas takemichi berjalan sendiri.

"Sebentar!! Takemichi!! Pakai helm kakak aja!!! Kakak gak butuh helm kok!!" Teriak wakasa mengejar takemichi. Motornya ia tinggal dibelakang.

"Gak ah, pasti bau!" Ucap takemichi membuat hati wakasa kembali retak. Padahal baru saja di lem pakai lem gajah.

"Coba cium!! Mana ada bau!! Kepala kakak itu wangi tau!! Kamu jangan ngomong gitu dong!!" Wakasa ingin marah dan mengumpat. Namun tetap menahan diri karena yang menghinanya adalah pujaan hatinya.

Takemichi mencium aroma yang menguar di helm milik wakasa. Memang tidak bau, tapi tidak wangi juga.

"Bau!" Takemichi menjauhkan helmnya. Lagi-lagi hati wakasa retak. Lama-lama di hina sang pujaan, hatinya pasti hancur berkeping-keping.

"M-masa sih?" Wakasa mencoba mencium bau helmnya sendiri. Namun tak ada bau apapun.

"Takemichi, bohong ya? Jahat! Padahal kakak sudah baik begini!" Hati wakasa benar-benar terluka sampai mengatakan seperti itu pada takemichi.

"Kalau sudah tau aku kejam, gausah dekat-dekat lagi" balas takemichi tanpa ampun.

Wakasa ditinggalkan oleh takemichi namun wakasa tak menyerah. Ia kembali ke motornya dan mengikuti takemichi.

"Kamu pikir alpha sepertiku akan cepat menyerah mendapatkan hatimu yang batu itu? Lihat saja!!! Kamu pasti akan jadi istriku di masa depan!!!" Ucap wakasa lantang.

"Urusi dulu tingkahmu yang buaya itu. Baru mengatakan hal itu padaku" balas takemichi lagi.

Wakasa tak menjawab perkataan takemichi lagi. Memang benar dia itu buaya darat. Tapi rasa sukanya pada takemichi itu sungguh-sungguh.

Sebelumnya wakasa pernah bertemu takemichi di bawah jembatan. Anak itu tengah berbicara pada anjing terlantar.

"Meski orang menatapmu dengan tatapan menjijikkan sekalipun. Kau tak perlu memikirkan perkataan orang lain dan terus jadi dirimu yang ada. Tak perlu merubah diri" ucap takemichi pada anjing kecil dengan wajah yang tak terurus.

Wakasa tau takemichi berbicara pada anjing kecil itu. Namun kata-kata itu masuk kedalam hatinya seakan tertuju untuknya. Orang-orang selalu mengatakan bahwa dirinya itu cuma preman tidak jelas yang suka menggoda anak orang. Bahkan preman penggoda itu pun masih bisa jatuh cinta pada pandangan pertama.

.
.
.

"Konnichiwa, bibi hanagaki. Boleh aku masuk?" Tanya wakasa.

"Tentu saja, tacchan ada di kamarnya. Ketuk dulu sebelum masuk atau kamu akan dilempari anpan" ucap nyonya hanagaki.

Wakasa mengetuk pintu kamar takemichi pelan.

"Ahhh!!!! Gimana ini?!!!! Padahal prakaryanya baru jadi pagi tadi. Kucing garong sialan!!!" Umpat takemichi dari dalam kamar.

takemichi harem (one shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang