rusak

3.2K 255 19
                                    

Ran x takemichi
.
.
.

"Sudah cukup!! Kau dilarang bicara sepatah katapun mulai hari ini dan seterusnya!! Kau pantasnya sadar akan dirimu!! Sudah untung aku nikahi, tak usah mengatur hidupku dasar jalang!!" Pagi-pagi sekali ran sudah berteriak keras di dapur hanya karena takemichi menanyakan soal perempuan yang dibawanya tadi malam.

Takemichi yang tersungkur di lantai hanya bisa menyentuh pipi kirinya yang di tampar keras.

Ia menggigit bibirnya sendiri menahan amarahnya. Kemudian bangkit dan pergi dari dapur.

"Kau benar, aku harusnya sadar diri sudah hidup enak dengan menikah denganmu. Tiap hari mendapatkan cacian dari mulutmu yang tiap hari makan makanan mahal. Dan juga mendapatkan tamparan dengan tangan yang selalu memegang uang milyaran itu" sindir takemichi keluar dari dapur.

"Jalang sialan!!" Teriak ran murka, namun tak repot untuk mengejar istrinya itu.

Air mata takemichi pecah saat ibunya mengelus pipinya lembut. Tangan pucat dingin itu meraih pucuk kepala takemichi.

"Maafkan ibu nak, membuatmu berada di posisi seperti ini. Jika saja ibu tidak saki-"

"Bukan ibu yang salah!! Makhluk gila itu yang pantas disalahkan!! Jika saja, aku punya banyak uang.." gumam takemichi menghapus kasar air matanya.

Takemichi terus menahan air matanya yang tumpah. Dalam hati ia terus merapalkan sejuta kutukan pada ran yang sudah berangkat kerja.

.
.
.

Takemichi pergi ke klinik menebus resep obat sang ibu. Kebetulan kantor ran dekat dengan arah yang ia tuju. Berkali-kali ia melirik pria mapan sombong itu berganti-ganti wanita untuk ia rangkul.

Ran pernah mengatakan untuk jangan berpapasan dengannya di jalan. Dan sekali takemichi tak sengaja berpapasan dengannya. Pulang-pulang ran memukulnya habis-habisan.

Bukan berarti takemichi sakit hati tentang perselingkuhan yang ran lakukan tiap hari. Hanya saja takemichi muak terus mengurus sisa-sisa kekacauan yang di buat ran malam-malam.

Takemichi pulang dengan segera agar tak melihat tubuh tunjang ran berlama-lama. Melihat pria sadis itu lama-lama membuatnya bisa-bisa sakit mata.

Ran menatap punggung takemichi dari jauh. Kemudian geram sendiri.

.
.
.

"Sudah kubilang untuk jauh-jauh dari pandanganku jika diluar kan?!!" Teriak ran mendorong tubuh takemichi.

Sudut meja makan mengenai punggung takemichi membuatnya meringis.

"Itu bukan salahku jika kau melihatku" gumam takemichi dengan volume kecil.

"Jangan menjawab perkataanku!!" Teriak ran menampar wajah takemichi lagi.

"Lalu apa? Aku harus diam selama aku dipukul? Sudah bagus aku tak membalas!!" Teriak takemichi di depan wajah ran.

Ran semakin kesal, ia menarik wajah takemichi mendekat ke wajahnya.

"Sepertinya bentakan dan tamparan memang tak cukup bagimu. Ikut aku sekarang!" Ran menarik tangan takemichi menuju kamar ran.

Ran melempar takemichi begitu saja ke arah ranjang kemudian mengunci pintu.

"Sekarang apa? Kau mau memukulku dengan benda tumpul?" Tanya takemichi meremehkan perlakuan ran.

"Iya" seringai ran membuka jas dan kemejanya.

Takemichi sudah pucat sendiri kemudian beranjak turun dari ranjang.

takemichi harem (one shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang