SABINA, memukul kencang dashboard mobilnya ketika melihat kontak pribadinya masih diblokir oleh laki-laki bernama Angkasa Alvian yang akhir-akhir ini terus ia coba dekati.
Hatinya teriris. Ingin rasanya ia menangis karena merasa marah dan miris. Marah karena merasa dirinya diremehkan. Miris karena mendapati kenyataan bahwa laki-laki yang dulu mengejarnya dan selalu berkata manis kini membuatnya terlihat seperti sedang mengemis.
Sebuah rasa sesal terus menghantuinya selama dua bulan belakangan. Mencoba bertahan dalam keraguan yang tak ia sadari hingga akhirnya kejadian pada hari di mana dua orang laki-laki terdekatnya beradu tinju tepat di depan mata membuat pikirannya seolah menjadi terbuka.
Ia, yang lebih mengkhawatirkan orang yang berstatus sebagai teman ketimbang sang pacar. Ia, yang akhirnya paham perbedaan perasaan yang selama ini selalu ia pertanyakan.
Sayangnya, Bina mulai sadar ketika semuanya sudah terlambat.
Akal sehatnya mengingatkannya untuk selalu tahu diri. Tapi egonya mana peduli? Sebuah keangkuhan dari rasa percaya diri yang teramat tinggi terus membisikinya agar melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Mengambil apa yang seharusnya jadi miliknya sejak lama. Dan ya, orang itu adalah Angkasa.
Peduli setan dengan perempuan yang kini ada di samping sang pujaan. Yang Bina tahu Angkasa harus menjadi miliknya. Angkasa harus ia genggam.
Ia yang lebih dulu mengenal sang wira, ia pula yang lebih dulu ada di hati sang pria. Perkara merebut kembali seharusnya tidak menjadi hal yang sulit. Toh, urusan mengambil hati Angkasa sudah pernah ia lakukan. Jadi melakukannya sekali lagi tentu akan mudah. Begitu pikirnya naif.
Berbekal dari bisik-bisik dua mahasiswi yang tak dikenalnya di salah satu tempat fotokopian tadi, Bina mengetahui satu hal.
Pelaku yang memblokir kontaknya di ponsel Angkasa bukanlah Angkasa sendiri. Melainkan Putri. Gadis yang sudah berstatus menjadi kekasih dari Angkasa.
Mengetahui hal itu tentu saja membuat Bina marah. Akalnya menggila. Ingin menarik rambut tak seberapa panjang yang dimiliki oleh Putri dari belakang dengan kencang. Guna melampiaskan kekesalan.
Namun, Bina tahu hal itu tak mungkin ia lakukan dan hanya akan terus tertanam di dalam pikiran kelamnya.
"Seenggaknya gue harus minta penjelasan!" ucap Bina sembari kembali memukul kemudi setir mobilnya.
"Ya, gue harus samperin itu anak ke fakultasnya!" tekadnya bulat.
Entah apa yang akan terjadi nanti. Ia tak peduli. Karena yang terpenting baginya sekarang adalah penjelasan akan kelancangan yang dilakukan oleh Putri, menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Angkasa; kim taehyung ✔️
RomanceAngkasa bingung ketika ada satu wanita tak dikenalnya meminta dirinya untuk menjadi pacarnya. Di tengah kebingungannya ia memutuskan untuk menerima wanita tersebut, ingin melihat seberapa jauh wanita itu bisa menghadapi sifatnya yang kata kebanyakan...