Angkasa 40 | Urusan Dengan Bina

491 112 10
                                    

Di sebuah ruangan yang biasa disebut sebagai kelas besar, Angkasa, yang sudah selesai dengan kegiatan perkuliahannya sejak tadi, mengajak Sabina untuk berbicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah ruangan yang biasa disebut sebagai kelas besar, Angkasa, yang sudah selesai dengan kegiatan perkuliahannya sejak tadi, mengajak Sabina untuk berbicara.

Tak sendiri, ada Jian yang tengah berdiri di ambang pintu sebagai saksi kalau-kalau timbul rumor lain yang tidak-tidak yang bisa membahayakan hubungannya dengan Putri Cantik.
 
 
 

"Jadi... mau ngomong apa, Yan?"
 
 

Sebuah pertanyaan terlontar dari bibir kecil tipis yang tersapu warna merah muda merona. Disertai dengan senyum ramah khas yang membuat matanya membentuk bulan sabit.

Kalau beberapa bulan lalu pemandangan seperti itu mampu menggetarkan perasaan Angkasa, tidak kali ini.

Ada yang bilang kalau rasa sayang dan cinta itu tidak bisa sepenuhnya hilang. Hanya bisa berkurang. Mungkin, mungkin itu yang dirasakan Angkasa saat ini.

Rasa sayang dan cinta untuk orang di depannya sudah berkurang. Berkurang jauh hingga membuat hatinya tak lagi bergetar ketika melihat senyum dan tawa dari bibir Sabina.

Berganti dengan rasa muak yang bahkan membuat moodnya langsung turun tiap kali mendengar namanya disebut.

Belum move on?

Entahlah.

Angkasa tidak bisa menjawab dengan pasti dengan penilaiannya sendiri.

Perasaan sayangnya pada Putri Cantik sudah lebih besar, sebesar rasa tak suka Angkasa dengan Sabina.

Apa itu sudah cukup dijadikan tolak ukur kalau ia benar-benar sudah move on?

Angkasa tak tahu.

Yang jelas, perasaan iba dan maklum yang biasa ia berikan pada Sabina, sudah hilang tak bersisa.
 
 

"Maksud lo apa ngelabrak cewek gua di fakultasnya? Bikin malu dia di depan umum."
 
 

Sengaja. Angkasa sengaja menekan nada pada saat menyebut cewek gua kepada Bina yang bertanya. Ingin menegaskan perbedaan status di antara keduanya.
 
 

Bukan rasa bersalah, Angkasa malah mendapat desisan sinis dengan seringaian kecil di ujung bibir.
 
 

"Oh, dia ngadu?"

"Pertanyaan itu harus dijawab pake jawaban, bukan pake pertanyaan."

"Oh, berarti bener ngadu," ucap Bina menarik kesimpulan.

Angkasa mengerutkan kening.

"Harusnya gue yang tanya ke dia, kenapa dia bikin lo ngeblock kontak gue? Dia siapa?"

"Dia pacar gua."

"Baru pacar kan? Bukan orang tua? Dia nggak punya hak buat nyuruh lo begitu, Yan." Bina berjalan mendekat ke arah Angkasa, membuat Angkasa refleks memundurkan tubuhnya.

Rahasia Angkasa; kim taehyung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang