Angkasa bingung ketika ada satu wanita tak dikenalnya meminta dirinya untuk menjadi pacarnya. Di tengah kebingungannya ia memutuskan untuk menerima wanita tersebut, ingin melihat seberapa jauh wanita itu bisa menghadapi sifatnya yang kata kebanyakan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menjadi kekasih dari seorang Angkasa Alvian itu tidak mudah.
Ya, Angkasa memang orang biasa. Namun, tingkatannya masih di atas rata-rata.
Selain tampan dan pintar, Angkasa itu cukup popular. Kenalannya banyak meski tak terlalu dekat.
Di angkatannya, siapa orang yang tidak mengenal Angkasa? Hampir semuanya kenal.
Kalau ditanya soal Angkasa, mereka akan menjawab
"Oh Pian yang anak band itu?"
"Pian Tekkombukan?"
"Alvian? Alvian yang cakepitu? Yang panggilannya Pian?"
atau
"Yang temennya Jian ya?"
Dan masih banyak lagi yang memang mengarah ke satu orang. Angkasa Alvian.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tekanan menjadi kekasih Angkasa itu tidak datang dari Angkasanya sendiri, melainkan lingkungan.
Entah berapa kali Putri harus berurusan dengan orang-orang di sekitar Angkasa.
Putri bukannya tidak senang masuk ke dunia Angkasa yang memang sangat luas jaringannya. Hanya saja, sebagai seorang introvert yang sangat selektif dalam memilih teman, Putri sedikit kewalahan.
Tak sedikit orang yang menyerbu akunnya tiap kali Angkasa mengunggah foto mereka berdua di akun instagram Angkasa. Terlebih Angkasa selalu menandai akun Putri.
Mulai dari yang sekadar berbasa-basi menanyakan Putri siapa dan mengajaknya berkenalan. Sampai yang mengirimkan pesan berisi permintaan tolong kepada Putri untuk menyuruh Angkasa merespon pesan mereka yang tak kunjung dibalas oleh Angkasa.
Yang paling parah, akun bodong yang mengirimkan pesan bernada meremehkan. Seperti, "oh ini ceweknya Pian sekarang? Turun ya seleranya."
Awalnya Putri bisa menahan itu semua dan memilih mengabaikan. Namun, lama-kelamaan hati dan pikirannya tak bisa lagi abai.
