"Ya kan gue udah bilang, lo jangan berekspektasi tinggi ke gue. Gue nggak sesempurna yang lo pikir, gue nggak secantik yang lo bayangin. Jadi lo nggak perlu sok-sokan kaget dengan bilang 'gua kira' atau 'ternyata' ke setiap orang yang lo kenal!"
Itu Shania, yang tengah ribut dengan salah satu teman media sosialnya yang ketahuan mengunggah sebuah status yang mengimplikasikan kekecewaan setelah pertemuannya dengan Shania kemarin malam.
Sepertinya orang itu lupa menyembunyikan Shania dari daftar teman yang bisa melihat statusnya.
"Sabar, Shan...," Putri hanya bisa mengucapkan kata-kata penenang tersebut sembari terus mengusap bahu Shania.
Shania menoleh ke arah Putri, kemudian mendengus kesal. Bukan, bukan kesal terhadap Putri, melainkan teman dunia mayanya satu itu, yang bukan sekedar teman karena mereka tengah melakukan pendekatan.
"Hah? Gila lo nyuruh gue instrospeksi?!! Lo yang jahat kenapa gue yang disuruh instrospeksi???" Shania kembali berseru.
Putri menduga bahwa orang yang terhubung dengan Shania sekarang tidak ingin disalahkan karena ketahuan membicarakan Shania di belakang.
"Lo pikir gue seneng ketemu sama lo? Enggak! Jauh-jauh deh lo dari hidup gue!"
Napas Shania memburu, bahunya naik turun karena emosi yang memuncak. Hawa panas siang ini tak ada apa-apanya dengan hawa panas yang ada di kepala Shania. Ingin sekali rasanya dia mematahkan leher orang. Tapi leher siapa?
"Block aja Shan," saran Putri ketika melihat Shania tengah mengutak-atik ponselnya setelah memutuskan sambungan tadi.
"Udah, Put. Bahkan udah gue hapus kontaknya!" jawab Shania.
"Bagus, Shania! Cowok nggak cuma dia doang. Lagian temen-temen kita juga banyak yang lebih baik dari temen kopi darat Shania itu!" ucap Putri berniat menghibur namun terkesan mengompori tersebut.
Shania menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya secara kasar. Hal itu dilakukan beberapa kali guna menstabilkan emosinya.
Shania masih tidak terima dengan status, ekspektasi tak sesuai realita, dengan background foto dirinya dari pinggang sampai sebatas leher. Entah apa ekspektasi yang ada di dalam kepala teman kopi daratnya itu, yang jelas Shania merasa kecewa dan terhina karenanya.
Shania langsung memeluk Putri erat. Meski terlihat kuat, Shania sebenarnya sosok yang sangat sensitif. Bahkan lebih sensitif dari Putri yang selalu berpikiran positif kepada setiap kejadian yang menimpanya.
Bisa Putri rasakan fabrik yang dikenakannya mulai basah karena air mata Shania.
"Cup! Cup! Cup! Udah Shania jangan nangis. Orang kayak gitu nggak pantes dapetin air matanya Shania."
"Hiks, liat aja gue bakal spill dia di twitter biar viral, abis itu gue suruh mutual gue yang lain report sama block akunnya biar hilang!" ucap Shania sambil sesekali menyeka air matanya.
"Ih kalau kayak gitu kelamaan, Shan. Mending minta tolong Kino. Kino kan jago ngehack."
Shania melepaskan pelukannya dari Putri. Ia menatap Putri dengan mata yang membulat ketika mendengar saran dari Putri barusan.
"Bener juga, Put!" ucap Shania sambil menghapus total air mata serta jejak yang membekas di wajahnya.
"Nanti kita kasih tahu walik sebagai upahnya!" usul Putri lagi. Tahu walik adalah makanan kesukaan Kino. Putri dulu pernah iseng membawanya ke kampus, dan Putri yang awalnya hanya menawarkan ke Shania jadi harus membaginya dengan Kino yang kebetulan sangat menyukai makanan tersebut.
"Ya udah kalau gitu gue mau nyamperin Kino sekarang! Mumpung dia masih di sekretariat!" ucap Shania semangat. "Lo ikut kan?"
"Yeeeh, Shania lupa? Putri kan lagi nunggu Angkasa."
Shania menepuk keningnya. Ia lupa kalau Putri masih berada di kampus dan belum pulang karena menunggu Angkasa yang katanya akan datang menjemput Putri setelah kelasnya selesai.
"Oh iya!"
"Ya udah sana, keburu Kinonya pulang. Eh Shania chat dulu. Bilang kalau Shania mau ke sana."
"Haduh, nanti dia kalau gue chat malah sengaja pulang. Dia kan rese!" sungut Shania ketika mengingat bagaimana jahil dan isengnya Kino kepada dirinya dan Putri. Namun kadar keisengannya terhadap Putri sudah mulai berkurang karena Putri rajin membawa hasil masakannya ke kampus dan mau membaginya.
Putri tertawa.
"Oke gue duluan ya, Put. Selamat menunggu kekasih tercinta!!"
Putri tersenyum menanggapi perkataan Shania seiring dengan punggung Shania yang lambat laun hilang dari pandangannya.
Putri kembali mengambil ponselnya dari dalam saku kemeja yang ia kenakan. Dilihatnya waktu yang sudah lewat 20 menit dari waktu janjiannya. Setidaknya begitu asumsi Putri. Angkasa mengatakan bahwa kelasnya selesai jam tiga, dan akan menjemput Putri yang selesai kelas jam empat. Kini, jam sudah menunjukkan pukul 04.20 dan Angkasa masih belum kelihatan batang hidungnya. Beruntung tadi Putri ditemani Shania, kalau tidak? Bayangkan bagaimana bosannya Putri menunggu kedatangan Angkasa seorang diri.
"Ini Angkasa lupa apa gimana ya..." ucap Putri sembari membuka aplikasi instagramnya. Mengecek apakah ada pemberitahuan pesan baru dari Angkasa atau tidak. Entah pesan yang mengatakan bahwa Angkasa akan terlambat atau malah tidak jadi datang sama sekali.
Putri kemudian mengetikan sesuatu. Sebuah pertanyaan akan keberadaan Angkasa saat ini. Namun, seperti perkiraan Putri, Angkasa tidak langsung membalasnya karena memang mungkin laki-laki tidak sedang online atau membuka akun instagramnya.
"Gini deh susahnya kalau komunikasi cuma lewat instagram," ucap Putri yang terdengar seperti sebuah keluhan.
Di satu sisi Putri bersyukur karena hanya berkomunikasi dengan Angkasa melalui instagram. Tapi di satu sisi ia juga menyeselkan keadaannya. Karena ia jadi kesusahan untuk menghubungi Angkasa ketika diperlukan.
"Tapi kayaknya emang lagi nggak online deh. Karena kalau online pasti notifnya masuk ke hape Angkasa," ucap Putri lagi, berbaik sangka.
Sejauh ini, Angkasa termasuk orang yang cepat dalam merespon pesannya. Memang Putri baru sebentar mengenal Angkasa, tapi Putri bisa menilai kalau Angkasa bukan tipe orang yang suka sengaja mendiamkan sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya, kecuali memang Angkasa tidak dalam keadaan online atau tidak sedang memegang ponselnya. Tidak seperti dirinya -Putri, yang sering sekali sengaja mendiamkan sebuah pesan yang masuk dari orang yang tidak diharapkannya.
"Apa susul aja ya?"
Putri mencoba bertanya pada dirinya sendiri.
"Tapi nanti kalau Angkasa ke sini pas Putri nyusul dan kita nggak ketemu gimana?"
Dan dijawab sendiri.
"Angkasa aja mau nunggu kelas Putri selesai sampe satu jam, masa iya Putri baru nunggu 20 menit aja udah nggak sabar???"
Putri kembali bermonolog.
Dan ya, pada akhirnya Putri memutuskan untuk tetap menunggu Angkasa. Menurutnya, menunggu 20 menit tidak sebanding dengan Angkasa yang menunggu selama satu jam sebelumnya.
Sayangnya, Putri tak hanya menunggu selama 20 menit. Karena sialnya setelah dua jam kemudian, Angkasa tak kunjung datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Angkasa; kim taehyung ✔️
RomanceAngkasa bingung ketika ada satu wanita tak dikenalnya meminta dirinya untuk menjadi pacarnya. Di tengah kebingungannya ia memutuskan untuk menerima wanita tersebut, ingin melihat seberapa jauh wanita itu bisa menghadapi sifatnya yang kata kebanyakan...