Angkasa 59 | A Casual

476 92 12
                                    

"Put?" panggil Angkasa setelah menaikan visor helmnya. Kendaraan roda dua yang dikendarainya kini sedang berhenti setelah lampu lalu lintas berganti menja warna merah.
 
 

Putri yang duduk di jok belakang memajukan tubuhnya, lalu memiringkan kepala supaya bisa mendengar suara Angkasa lebih jelas.
 
 

"Iya?"

"Lain kali kalau ada yang kasih brosur di jalan, diambil ya?"

"Eh?"
 
 
Tadi, ketika keluar dari gerbang kampus, tak jauh dari sana ada yang tengah membagikan brosur. Kemungkinan brosur promosi tempat usaha yang baru buka tak jauh dari kampus keduanya.

Seperti pengendara yang lain, keduanya juga sempat disodorkan brosur yang sama. Sempat mengira Putri akan menerimanya, Angkasa tak mengulurkan tangan sama sekali untuk mengambil brosur tersebut.
 
 

"Disimpen, terus jangan langsung dibuang di depan mereka." Lanjut Angkasa.
 
 

Detik menuju lampu berganti berwarna hijau masih kurang dari 40 detik lagi.

Area perempatan lampu merah yang mereka lewati memang cukup ramai. Banyak dilewati kendaraan yang tak hanya berukuran kecil tapi juga besar. Membuat perubahan warna lampu lalu lintas untuk kembali ke warna hijau memakan waktu antara 60 sampai 90 detik.
 
 
Putri tak langsung menjawab, ia mengendurkan lingkaran tangannya pada pinggang Angkasa. Angkasa yang menyadari pergerakan tersebut mengangkat satu alisnya karena merasa heran.

Apa Putri marah karena ditegur seperti barusan? Apa dia terlalu mengatur? Dua pertanyaan itu muncul di kepala benak Angkasa saat ini.

Angkasa ingin bertanya lebih lanjut. Namun, ia urungkan dan memilih supaya Putri menyahuti perkataan ia yang sebelumnya.
 
 

"Angkasa aja ya yang ambil. Terus nanti Angkasa kasih ke Putri."

"Kenapa emang?"

"Putri nggak berani ambil brosur begitu, Sa."

"Alasannya? Takut jatuh?"

"Bukan."

"Terus?"
 
 

Putri menelan salivanya. Ia sedikit ragu untuk menceritakan traumanya. Namun, Angkasa sudah bertanya. Dan Angkasa adalah tipe orang yang menuntut jawaban dari lawan bicara tiap kali ia mengajukan pertanyaan.
 
 

"Put?" Angkasa kembali memanggil nama Putri.
 
 

"Putri pernah kena harassment pas dulu ngambil brosur dari orang, Sa."
 
 

Jawaban Putri sontak membuat Angkasa langsung diam. Tapi, tidak dengan tangan Angkasa. Tangan kirinya langsung memegang tangan Putri yang sempat mengendur, ia eratkan lagi lingkaran tangan Putri di pinggangnya.
 
 

"Sorry, Put. Gua nggak tahu," ucap Angkasa yang sedikit menyesali ucapannya yang sok menasehati Putri tanpa tahu alasan kenapa Putri tidak melakukan hal yang menurut Angkasa sudah seharusnya dilakukan.

"Iya. Nggak apa-apa, kok, Sa. Putri juga nggak pernah cerita. Wajar kalau Angkasa nggak tahu."
 
 

Putri tahu, tak semua orang akan melakukan hal yang sama. Namun, ia sudah terlanjur trauma. Baginya, daripada terulang kembali kejadian yang sama, lebih baik mencegah. Ia engganmengambil brosur yang dibagikan orang di pinggir jalan tersebut. Sekalipun yang membagi adalah perempuan.

Alam bawah sadarnya tanpa sadar membentuk pertahan diri dan memerintahkan Putri untuk lebih berhati-hati dengan cara tidak mengambil apapun yang orang tawarkan ketika ia sedang berada di atas kendaraan.
 
 

Rahasia Angkasa; kim taehyung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang