Angkasa 66 | The End

662 79 33
                                    

"Waktu itu gua masih 7 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waktu itu gua masih 7 tahun."
   
   
 

Angkasa menghela napas panjang sebelum berbicara. Tangannya digenggam erat oleh Putri yang sempat melarangnya untuk bercerita kalau memang ia belum siap.

Pandangan Angkasa lurus ke depan. Ia biarkan Putri menyalurkan kekuatan melalui genggaman tangan yang seperti tidak akan pernah lepas walau dipaksa.

Angkasa merasa kalau ini saatnya yang tepat untuk membagi rahasianya selama ini pada Putri.

Angkasa tidak bermaksud untuk membebani Putri dengan masalahnya.

Tidak.

Angkasa hanya ingin ia lebih terbuka pada Putri. Angkasa ingin Putri tahu soal dirinya seperti ia tahu soal Putri. Ia tidak ingin membohongi Putri lebih lama lagi.
 
 
 

"Tapi gua masih inget dengan jelas setiap detik kejadian itu. Dari mulai mereka yang berantem. Mutusin buat anter gua ke rumah Om gua. Di jalan mereka terus ribut. Sampe akhirnya ada mobil ngehantem mobil yang kami naikin. Setelah itu gua nggak inget apa-apa. Gua kebangun dan tahu-tahu udah jadi yatim piatu."
   
    
   

Terselip sebuah tawa kecil di akhir kalimat. Yang Putri yakini adalah sebuah pertanda Angkasa masih berusaha untuk menutupi rasa kehilangannya dengan berkamuflase seolah semuanya sudah lewat dan baik-baik saja.

Angkasa masih terus menatap ke depan. Sementara Putri terus menatap ke arahnya.
   
   
 

"Kalau ada yang nanya apa kenangan terakhir yang gua inget soal mereka. Jawaban gua adalah kenangan di mana mereka berantem hebat dan mutusin untuk pisah."
   
   
 
 

Angkasa kembali menjeda perkataannya. Ada rasa perih dan pedih yang tertahan. Putri bisa merasakan itu semua dari tangan Angkasa yang menguat dalam genggamannya.

Angkasa perlahan menoleh ke arah Putri. Ditatapnya lama ke dalam manik kekasihnya tersebut.
   
   
   

"Ingetan itu terus ketanem di kepala gua dari umur 7 tahun sampai sekarang."
   
   
   

Tak ada air mata. Tak ada air mata ketika Angkasa berkata demikian. Namun, entah mengapa, Putri merasa itu lebih menyakitkan.

Terlebih ketika pandangan Angkasa mulai berubah menjadi sayu.

Putri melepaskan genggaman tangannya pada tangan Angkasa. Kemudian menarik tubuh Angkasa agar masuk ke dalam dekapannya.
 
   
   

Tak ada yang bersuara.

Keduanya memilih diam.

Tenggelam dalam kesedihan dengan alasan yang berbeda.

Angkasa yang sedih mengingat kejadian yang membuatnya menjadi sendiri seperti sekarang ini.

Rahasia Angkasa; kim taehyung ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang