42. Mawar Tiga Warna

473 21 0
                                    

_____


          SATU MINGGU KEMUDIAN



   Sesuai permintaan Habi, hari ini Prilly menemani nya menjenguk Alian. Sementara Cerly dan Zahra sudah kembali ke pesantren.

"Abang, Abang, kalau nengok ayah ya bawa makanan kek buah kek. Kenapa pakai bunga segala?" kata Prilly geleng-geleng kepala melihat tingkah anak sulungnya ini.


Di jalan Habi sejenak berhenti di toko bunga, membeli sebuket bunga ukuran sedang. Dan bunga itu bunga favoritnya Prilly.  Membuat Prilly curiga.

"Hehe kan sudah tuh beli makanan, buah juga" jawab Habi setelah beli sebuket bunga lalu kembali masuk ke mobil.

"Maka nya itu ngapain masih beli bunga?"

"Biar romantis lah Bun"

"Hahaha romantis ! kayak mau nengokin calon istri saja" celetuk Prilly.

"Nah tuh Bunda tahu. Bukan calon istri sih, tapi calon suami" ralat Habi.

"Maksud kamu?" Prilly mendelik. Habi ketawa.

" Eh sudah sampai Bun. Tolong Bun bawain bunganya bun" pinta Habi ketika hendak turun dari mobil.

"Ihh apaan? Enggak ! Enggak!" tolak Prilly sambil keluar.

"Iih Bunda cuma bawain doang ..! Nggak kasihan nih anaknya bawa bingkisan kerepotan"

"Iya iya ! "

Dan sambil masuk Habi senyum-senyum sendiri melihat bundanya yang berhasil ia bikin kesal dan salah tingkah. Sambil jalan Prilly berdumel kecil.

"Senyum kali Bun jangan cemberut gitu" ledek Habi.

"Hmmm !" Prilly menoleh sambil menunjukkan senyumannya namun ekspresi terpaksa yang malah memancing tawa.

"Hahaha Bunda btunda. Assalamualaikum "

"Assalamualaikum "

"Walaikumsalam. Eh Ibu, Mas. Mari masuk Bu, Mas " sambut bu Siti.

"Terimakasih Budhe. Oya ini ada cemilan Budhe " ujar Habi.


"Aduh Mas nggak perlu repot - repot bawa apa-apa kalau ke sini mah" sahut bu Siti.


"Tidak apa-apa kok Bu. Oya ayah Saya di mana Bu Dhe?" tanya Habi.


"Oo itu lagi berjemu di depan teras. Tadi baru selesai Saya obati" jawab bu Siti.

"Ada kemajuan kan Bu?" tanya Prilly.

"Alhamdulillah Bu, asal sabar aja pelan-pelan ada kemajuan. Karena jujur saja kondisi pak Alian memang parah, tulang punggungnya juga retak-retak, ada yang bengkok juga. Jadi Saya pakaikan penyanggah di pinggangnya" jawab bu Siti.

"Tapi ayah Saya ada kemungkinan pulih dan bisa jalan kan Budhe ?" tanya Habi.

"Insya Allah Nak. Ibu hanya sebagai perantaraan, yang memberi kesembuhan sang maha Kuasa" jawab bu Siti.

"Aamiin."

"Aamiin."

"Kalau gitu kami temui ayah dulu ya Budhe " pamit Habi dan mengajak bundanya.

"Oo iya monggo" sambil tersenyum bu Siti mempersilahkan.

"Ayok Bun " ajak Habi.


ISTRI SIRI SUAMIKU ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang