13. Kecurigaan Bunda Illy

381 19 0
                                    

 ° °.° °

      Hingga tak terasa waktu terlewat begitu cepat, hampir dua tahun sudah berlalu. Dan selama itu penghianatan Alian dengan Sinta masih aman-aman saja. Bahkan sampai Cerly putri mereka kini berusia 1 setengah tahun. Alian juga membelikan mobil seharga 200 juta, membeli tanah serta membangunkan rumah yang menghabiskan dana kurang lebih 200 juta, juga memberikan modal berupa uang untuk membuka usaha kepada Sinta untuk kehidupannya di kampung.

         Dan pernikahan Sinta dengan seorang bosnya ini pun mulai terdengar di kampung halaman Sinta. Tentu saja ini menjadi buah bibir oleh para warga. Ada yang memperbicarakan nya baik, mendapat suami pengganti yang perhatian, sayang dan memberikan fasilitas mewah. Bahkan dikampung Sinta menjadi bos setelah membuka usaha di rumahnya dari barang limbah. Beberapa ibu-ibu yang berkerja pilih-pilih barang-barang bekas untuk dijadikan kerajinan tangan itu pun merasa terbantu dengan adanya usaha Sinta tersebut.

             Namun ada pula yang memperbicarakan dan berpendapat jika Sinta itu salah terlebih status Alian yang sebagai suami orang telah di dengar oleh mereka. Berita ini pun cukup ramai menjadi bahan omongan warga Salatiga terutama ibu-ibu.

                RUMAH ALPRIL 

       Mestipun di kampung sudah menjadi jurangan, tetapi di kota... terutama di rumah Alpril, Sinta tetap menjadi pembantu. Sampai suatu hari, ketika sedang memilah-milah baju kotor milik Alian untuk dicuci, Prilly tak sengaja menemukan nota bukti transfer pencairan uang di saku jasnya Alian.

"Apa ini?" gumam Prilly mengerinyitkan dahi, lalu mengambil dan membuka kertas kecil tersebut.

"Nota?" Prilly memekik.

"Dua ratus juta?" 

"Dua ratus juta?"

"Seratus juta?" Prilly sangat terkejut begitu melihat dan membaca ketiga nota cek pencairan tadi.

"Si ayah melakukan pencairan uang sebanyak ini buat apa?" ucap Prilly tampak berfikir.

Kemudian menyimpannya dan membawa keranjang berisi baju kotor. Saat melewati kamar Habi dan Bibah, keranjang berisi lipatan baju milik Habi dan Bibah masih di atas nakas di tepi pintu kamar.

"Ini kok masih di sini" ujar Prilly.

"Habi! Bibah" lanjut nya memanggil anak-anaknya.

"Iya bunda" sahut Bibah sembari datang.

"Iya bun ada apa?" tak lama Habi menyusul.

"Abang, adek, baju nya rapiin dulu tuh di susun ke lemari" titah Prilly dengan lembut.

"Iya bunda" patuh Habi dan Bibah. Lalu mengangkat keranjang baju itu ke kamar mereka masing-masing. Seraya Prilly melanjutkan langkahnya ke bawah untuk menyuci baju nya Alian.

Walaupun sudah ada Sinta yang bekerja di rumahnya, namun Prilly tetap tidak memanjakan putra putri bergantung kepada asisten rumah tangganya. Salah satunya perihal pakaian mereka tadi. Sinta hanya ditugaskan menyuci, menyertika dan merapikan nya saja. Kemudian diminta meletaknya di atas nakas di samping pintu kamar, agar yang memasukkan ke lemari pemilik nya sendiri.

                     KAMAR ALPRIL 

     Malam hari nya Prilly berniat bertanya kepada Alian perihal nota yang ia temukan tadi sore.

"Yah.." dengan lembut, Prilly memanggil. Beranjak duduk di sofa di samping Alian yang tengah mengecek pekerjaannya lewat laptop.

"Iya bun." Alian berdongak, seraya membalas senyuman Prilly.  "Ada apa sayang?", tanyanya. Dan kembali menatap laptop.

ISTRI SIRI SUAMIKU ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang