"Tak apa, sesekali tunjukkan dirimu yang sederhana dan apa adanya"
_01z_***
Jevan sedang duduk sendirian di gazebo samping rumahnya. Semalam dia mendengar suara teriakan dari rumah sebrang, pikirannya berkecamuk. Dia tidak bisa tidur dengan tenang. Matanya melihat kearah Rumah minimalis didepannya.
"Jevan." Panggil seseorang dari arah belakang.
Jevan menoleh, saat melihat siapa yang memanggilnya lantas dia tersenyum sembari menepuk tempat kosong disampingnya.
"Duduk sini Gaf."
Yah itu Alghaf. Teman yang sudah menemani Jevan sejak mereka berada di bangku TK.
Alghaf mengikuti instruksi Jevan. "Kenapa Van, manggil gue pagi-pagi." Jevan tidak menjawab perkataan Alghaf, dia hanya memandang tubuh sahabat yang sudah dia anggap saudara itu.
Aneh.
Tidak biasa Alghaf memakai pakaian setebal ini. Bahkan, udara pagi ini tidak sedingin negara dieropa.
"Lo kedinginan?." Kata-kata yang membuat Alghaf tersontak kaget, persekian detiknya dia lalu tersenyum sembari menggeleng kepalanya.
Apakah Jevan percaya?. Tidak.
Dia menatap Alghaf begitu dalam. Kalau dia bukan Alghaf, mungkin saja Jevan sudah menangis didepannya setelah tau bagaimana kehidupan lelaki di sampingnya itu.
"Kalo butuh sandaran datang ke gue aja." Ungkap Jevan dengan penuh perhatian.
Alghaf menundukkan kepalanya. Mungkin, dirinya terlalu menyedihkan sampai orang lain harus memberikan dia perhatian lebih?. Pikirnya.
"Ghaf. Gue denger. Gue tau. Bahkan gue bisa ngerasain diposisi lo." Ujar Jevan.
Sahabatnya itu memiliki banyak Rahasia yang tidak di ketahui siapapun. Alghaf akan berdiam diri ketika memiliki masalah, Alghaf lebih memilih untuk diam ketika sedang berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Hidup Alghaf sedari kecil tidak ada kata kehangatan dan kasih sayang dari seorang Ayah. Alghaf tumbuh dengan hidup yang keras. Dia sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari Ayahnya.
Alghaf kecil sangat periang, dia sangat aktif hingga saat dia berumur 15 tahun tepat saat kelas 3 SMP, dia melihat ayahnya bertengkar hebat dengan ibunya. Dia mendengar sangat jelas ayahnya mengatakan bahwa Alghaf bukan anaknya bahkan masih tercetak jelas di hatinya ketika sang ayah mengatakan bahwa Alghaf adalah anak yang terjadi karena kesalahan. Alghaf terpaku di balik pintu dengan tubuh yang di peluk oleh kakaknya.
Sejak saat itu hidup Alghaf tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Ah tidak, sejak saat kakaknya pergi karena studynya. Alghaf menjadi pendiam, dia menarik diri dari sekitar. Hingga dia menemukan titik kebahagiaan pada kelas 01z.
"Jevan, makasih. Gue belum bisa nyeritain apa yang gue alami." Tolak Alghaf secara halus.
"Terserah lo Ghaf, mau ceritannya kapan, tapi. Gue siap dengerin semuanya. Lo harus ingat, disini. Ada gue, yang siap jadi sandaran lo." Jevan bersungguh-sungguh.
Alghaf bingung harus merespon seperti apa. Hanya anggukan saja yang menjadi akhir dari percakapan mereka
***
"BAYUUUUU..." teriak Juan dari dalam kamarnya.
Bayu yang sedang rebahan lantas menoleh kearah pintu. Nih manusia gila kenapa dah. Batin Bayu. Dia kembali rebahan. Bodoh amat dengan teriakan abangnya.
"BAYUU.." Juan mengedor pintu Bayu dengan tenaga dalamnya.
Ya allah tangan gue sakit, batin Juan..aelah tu pintu dari kayu bang.
Bayu lantas berdiri. Dia mengusap rambutnya ke belakang. Udah gila tu anak. Bayu membuka pintu kamarnya. Juan berdiri di depannya dia merutuki adiknya.
"Kenapa sih bang Nono. Masih pagi lho. Bisa gak jangan berisik. Mending hangout bareng teman-teman bang Nono sana." Bayu mengibas-ngibas tangannya mengisyaratkan bahwa Juam harus keluar. Kata lainnya Dia mengusir Juan secara halus.
"DIMANA! sempak GUE! yang NOTIF! POLKADOT!?." Ujar Juan dia memelankan bicaranya pada kata-kata tertentu, matanya seperti ingin keluar.
"Bang Nono, sempaknya udah Aku pake. Nih."
Ujar Bayu sembai menurunkan sedikit celananya untuk melihatkan Sempak Juan yang dia pakai. Nono atau Juan menarik napasnya dalam. Adiknya ini benar-benar menguji kesabarannya.
"Kenapa kamu pakai? Itu baru abang beli beberapa hari yang lalu. Belum apa resmiin..BAYUUU.."
Sudah, sudah cukup Juan bersabar. Dia mencubit gemas pipi Bayu sehingga sang empu meringis kesakitan.
"Abang, maafin Bayuuu..." Juan melepas cubitannya, Bayu mengusap kulit bekas cubitan Juan yang terasa panas. Dia mengerutkan bibirnya.
"Ini sakit bang. Kamu bener-bener gak mikirin mental health aku selama ini. BANG, tega banget jadi abang."
Kalau kalian di posisi Juan?. Apa yang akan kalian lakukan pada manusia modelan Bayu?. Memakannya hidup-hidup atau jadikan dia santapan burung onta?.
Kalau ada lomba kesabaran, mungkin saja Juan akan mendapatkan posisi pertama. Bagaimana tidak, Bayu merasa tidak bersalah memandangnya dengan nyengiran yang membuat Juan ingin memakannya hidup-hidup.
"Ada apa ini?." Suara bariton dari arah tangga membuat atensi kedua kakak beradik itu menjadi diam.
"Kalian kenapa? Pagi-pagi sudah berulah. Udah sholat? Udah ngaji? Jangan main hape terus." Ujar lelaki yang sudah memasuki kepala empat itu.
"Sudah, Abi." Ujar keduanya.
"Terus?. Kenapa bisa berantem pagi-pagi begini?." Tanya lelaki yang di ketahui adalah ayah mereka.
"Jadi gini Bi, Bayu ngambil.." Juan sedikit mendekat kearah Abinya. "Sempak" dia lantas mundur. "Juan." Abinya menghela napas gusar.
"Jadi karna sempak saja?, kalian buat keributan?."
"Nanti besok Abi belikan sempak untuk kalian berdua. Bila berperlu ada gambar Elsa dan markona." Ujar Abi mereka dan memilih pergi.
Juan dan Bayu saling memandang. "Bang, sejak kapan nama adik Elsa di ganti? Bukannya nama adik Elsa itu Munaroh?." Pusing benar-benar pusing kepalanya. Abi dan Adiknya memiliki sifat yang hampir sama.
"BUKAAAN. SEJAK KAPAN ELSA PUNYA ADIK NAMANYA MUNARO..ADIKNYA NAMA ANNA." sudah kesal dirinya. Masih pagi dia sudah di buat darah tinggi oleh tingkat orang di rumah. Yang normal hanyalah Ummanya.
"Anna? Juan dong namanya." Ujar Bayu lagi.
Dalam bahasa Arab Anna/ana artinya Aku
"Setan lo. Bodoh amat." Juan memilih untuk pergi. Daripada terkena stroke di usia muda mending minggat dari musibah
#SAVEJUAN
#JUANTERTEKAN***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy People/01L (End)
Подростковая литератураPerkumpulan para cogan-cogan...