Jangan lupa vote & comment 😊
▪
▪
▪
▪
▪
__________________________
□□□□□□□__________________________
(BAGIAN 19)
***
Ponsel Gibran sedari tadi berdering, Gibran hanya membiarkannya begitu saja. Jevan dan Alghaf yang duduk di samping Gibran saling melirik, mereka saling memberi kode untuk berbicara pada Gibran, pada Akhirnya Alghaflah yang mengalah.
"Ran, ponsel lo dari tadi berdering tu." Ujar Alghaf sembari memandang Gibran.
"Udah tau." Ujar Gibran cuek.
"Ya udah angkat panggilannya. Apalagi gue gak sengaja lihat yang nelpon itu ibu lo."
Gibran menarik napas dia memandang Alghaf kemudian memandang Ponselnya yang kembali berdering. Jevan tersenyum melihat Gibran yang mau mengangkat panggilan dari ibunya.
Setelah mengangkat panggilan, Gibran sedikit menjauh dari kedua sahabatnya iti.
Mahesa dan Saykal sedang sibuk dengan berkas osisnya, tahun ini mereka akan melepas jabatan sebagai ketua dan wakil ketua osis SMA ANGKASA.
Madava dan Wildan sedang merekam momen kelas seperti seorang youtubers. Katanya Wildan memiliki cita-cita sebagai seorang youtubers.
Juna, Aiden, dan Chandra mereka lagi melakukan pertempuran online. Sedangkan Bayu dia hanya diam saja. Beginilah kalau kelas terdapat murid ganjil. Salah satu dari mereka tidak memiliki pendamping. (Ayo kasihan sama Bayu)
"Pak Jinhyun udah keluar, jam selanjutnya saha?." Tanya Madava yang tengah fokus dengan tongsis nya.
"Ibu Sarah." Ujar Bayu.
"Ngajar mapel apaan?."
"Matek." Sambung Mahesa. "Tapi beliau gak datang. Katanya lagi melahirkan. Dan gak ada guru pengganti. Entar malam bu Sarah ngirim tugas buat kita kerjain." Ujar Mahesa, namun matanya tengah fokus pada berkas-berkas yang berserakan di mejanya dan Saykal.
"Tumben-tumbenan." Monolog Bayu.
"Kesamber apaan, biasanya tukan guru matek kalau gak masuk pasti ada penggantinya." Celetuk Juna.
"SMA ANGKASA mah beda." Jawab Aiden. Sembari tersenyum lebar tidak sampai giginya kelihatan.
Wildan yang tak segaja melihat Aiden tersenyum lantas berteriak. "Wihh Aiden punya Dimple. Pipinya bolong ya."
Aiden menyembunyikan wajahnya di balik badan Juna. Dia Malu di lihatin..selang beberapa menit, suara pintu terbuka dengan kerasnya. Mahesa langsung melihat kearah suara itu.
"Temen lo, Gibran.." ujarnya tergantung , dia menarik napas panjang dan melanjutkannya kembali. "BERKELAHI.."
Wajah mereka seketika menjadi Shock berat, Mahesa yang sedari tadi mementingkan berkas-berkas kini lebih dulu berdiri.
"Dimana dia?." Tanya Mahesa
Orang itu masih berdiri di ambang pintu seraya mengatur napas. "Lorong dekat toilet laki-laki."