semakin erat

459 90 10
                                    


"Ketahuilah bahwa rasa sakit itu akan berlalu. Dan kemudian itu akan menjadikanmu lebih kuat."
_Jhope bts_






__________________________


□□□□□□□

__________________________

(BAGIAN 13)

****

Chandra, Mahesa dan juga Bayu masih berkutat dibawah selimut yang sama, Apakah Mahesa tidak merasa sesak napas di himpit dua orang yang berbadan L-MAN tapi berwajah Baby?.

Wildan, Alghaf, Jevan, Juna, Aiden, Saykal, Gibran dan Madava mereka duduk sembari memperhatikan gerak gerik tidur ketiga sahabatnya itu.

Semalam, Chandra mengirimkan mereka alamat Mansion keluarga Pratama. Chandra hanya memberi pesan.

Rumah gue gak terlalu besar apalagi kamarnya hanya beberapa saja. Jadi gue lebih milih mansion buat kita tempati selama seminggu.

Katanya si gitu.

Bruk..

Alghaf tersungkur Jatuh. Atensi pandangan mereka teralih olehnya. Lantas Jevan menggeleng kepalanya.

"Makanya jangan begadang." Alghaf kembali tertidur. Dia cukup mengantuk. Semalam tidurnya terganggu oleh teriakan Chandra, Gibran dan juga Mahesa.

"Di mansion ini. Gak ada pelayan?." Ujar Aiden di ujung pintu kamar. Kepalanya berada di luar pintu.

"Emang kenapa." Tanya Gibran. Ah lelaki itu sudah bangun terlebih dahulu daripada teman begadangnya semalam.

"Dari kemarin kita datang, Mansionnya sepi." Ada benarnya juga. Saat mereka berada di sini satupun pelayang tidak mereka lihat.

"Bangunin tiga curut itu. Udah setengah enam. Kita harus ke sekolah." Ujar Saykal sembari menguap.

"Gue mandi duluan. Mau nyiapin sarapan buat kalian." Ujar Alghaf. Di rumah dia biasa menyiapkan sarapan untuknya ketika sang ibu pergi ke butik pagi hari sekali.

"Emang bisa?." Tanya Wildan.

"Lo ngak percaya dia? Alghaf tu anak paling rajin di komplek tau gak." Bukan Alghaf yang menjawab melainkan Jevan. Anak itu membaringkan dirinya pada salah satu kursi sofa yang berada di kamar Chandra.

"Buat yang enak. Terserah lo mau masak apa." Ujar Aiden. "Nanti setelah lo. Gue mandi yah. Biar bantuin di dapur." Sambung Jevan dengan mata yang terpejam.

Alghaf mengangguk. Dia mengambil Handuk yang sudah disediakan lantas berjalan menuju kamar mandi. Saat pertama kali masuk. Alghaf di buat takjub dengan isi kamar mandi Chandra. Kamar mandi yang bertema gold White itu sangatlah indah di matanya memiliki batup yang Alghaf yakini berlapis emas.

Alghaf jadi takut memegangnya. Atensinya teralih pada sower yang tergantung. Dia menaruh handuknya. Membuka baju kemudian mandi. Setelah 15 menit berkutat dengan air, Alghaf keluar dengan badan yang begitu segar. Alghaf melihat pintu lain di kamar mandi itu ada papan namanya RUANG GANTI, satu tangannya memutar knop pintu. Dan yah berhasil.

Matanya kembali berbinar. Ruangan ini ternyata terdapat baju,celana dan beberapa sepasang sepatu yang Alghaf yakini milik Chandra. Karena bingung harus melakukan
Apa. Alghaf lebih memilih menutup pintu tersebut.

"Lo mandinya lama bener." Ujar Jevan yang berdiri dekat dengan pintu Kamar Mandi

Alghaf hanya menyengir. Saat dia ingin melangkah jauh.

"Tunggu dulu." Tangannya di cekal oleh Jevan.

"Bodoh. Badan lo biru, bekas pukulan ayah Lo. Kalo ketahuan. Udah siap cerita sama mereka?." Ujar Jevan. Alghaf menggeleng. Jevan sudah tau perlakuan ayah Alghaf pada anaknya selama ini tapi dia tidak tau penyebab ayah sahabatnya melakukan tindakan kekerasan ini untuk apa.

"Pake seragamnya." Jevan memberikan seragam sekolah pada Alghaf.

"Makasih." Ujar Alghaf. Jevan mengangguk. Dia masuk kamar mandi.

Alghaf sudah berada di dapur. Menu sarapan kali ini tidak terlalu istimewa. Hanya telur omelete dan juga Nasi goreng makanan yang mudah di dapat dan mudah di buat.

Hmmm...Wangi. itulah kalimat dari mulut sahabatnya yang masih berada di lantai dua. Mansion ini cukup besar maka dari itu Wangi makanan akan cepat menyebar.

Jevan mengendus-endus bau wangi ini. Dia berdiri di depan pintu dapur. Alghaf sedang mengoseng Nasi goreng. Celemek biru muda terpasang di bagian depan badannya agar noda atau kotoran tidak menempel pada baju seragamnya.

"Ah Jevan. Tolong bawakan piring yang berada di pantry ke meja makan dan juga panggilkan teman-teman untuk sarapan." Perintah Alghaf langsung di laksanakan oleh Jevan.

Jevan menaikki anak tangga sembari bernyanyi.

"Sarapan dah siap. Buru turun sebelum dingin." Ujar Jevan ketika berada di depan pintu kamar.

Sahabat-sahabatnya itu tersenyum, akhirnya bisa sarapan juga.

5 menit menunggu, akhirnya mereka datang juga.

"Sederhana tapi spesial." Ujar Chandra.

"Makasih Gaf. Udah repotin diri dipagi hari untuk buatin sarapan." Ujar Mahesa.

"Sama-sama. Ayo makan, setelah ini kita akan berangkat sekolah."

Ruangan makan menjadi hening. Tidak ada yang bersuara, kejadian dimana Aiden berteriak masih terekam jelas di ingatan mereka maka saat Alghaf meminta mereka untuk diam. Hanya satu suruhan saja langsung berhenti dari ocehan dan fokus pada makanan.

***

"Kalian bawah mobil sendiri?." Ujar Chandra.

Mereka mengangguk terkecuali. Bayu, Wildan, Alghaf dan juga Aiden.

"Karna gue mikir. Kalau motor hanya bisa angkut 1 orang saja. Kalau mobil kan bisa 3 atau 4 orang." Celetuk Gibran.

"Ya sudah. Taruh mobil kalian digarasi. Pake mobil gue aja, kita semobil biar gak terlambat kesekolahnya." Tutur Chandra.

Lelaki berketurunan China Korea Indonesia itu berjalan keGarasinya dan mengeluarkan 2 buah mobil untuk bermereka.

"Lo yakin bisa ngendarain?." Ujar Mahesa.

"Gue bukan anak di bawah umur lagi Esa." Celetuk Chandra. Nama panggilan khusus 01z untuk Mahesa sang ketua Osis.

"Ya sudah kita berangkat." Satu persatu mereka masuk kedalam mobil.

Di dalam mobil sangat Ramai. Bayu dengan tingkah abstruknya Madava dengan typo bicaranya.

Beberala menit menempu perjalanan, mereka memasuki sekolah. Baru saja masuk gerbang, mobil mereka sudah menjadi pusat perhatian.

****

Maaf atuh part ini pendek saja. Jangan lupa vote ama coment. Terima kasih kepada yang udah mau luangin waktunya buat baca cerita saya ini....

The Crazy People/01L (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang