perang dunia ke-III

314 68 25
                                    


Jangan lupa vote & comment
.

.

.
_______________________

□□□□□

_______________________


♡♡♡♡♡

(BAGIAN 32)

****

"BANG NONOOOOO!!!!..."

Juan yang dasarnya budeg terus make airphone mana putar lagu kenceng, sekenceng angin kalo lagi ngamuk. Tak mendengar teriakan Bayu.

BRAAKKKK!!

Suara pintu terbuka dengan kencangnya. Namun masih dengan posisi rebahan, Juan tidak terusik sedikitpun.

"WOEE BUDEG.." Teriak Bayu. Untung saja di rumah tidak ada Abi dan Ummanya.
Kalau tidak, mungkin mereka sudah berakhir di gudang dengan tangan terikat dan mulut di sumbat. Simulasi di culit om-om.

Juan menoleh, suara Bayu bagaikan toa masjid sebesar rumah presiden. Sangat keras suaranya.

"Apa sih!?." Ujar Juan yang terlanjut kesal karna di ganggu jam istirahatnya.

"Gak cuman manggil aja." Ujarnya seraya menyengir kuda.

Emosi juan sudah berada di ujung rambut setelah mendengar penuturan dari adiknya itu, tanpa babibu. Juan mengambil bantal dan melemparnya kearah Bayu..dan tepat sasaran. Bayu terpental mencium lantai kamar. Sebenarnya tidak terlalu keras, tapi Bayu terlalu mendramatiskan situasi.

****

"Ghaf. Abang mau jemput Mama, kamu mau ikut?."

Yudha, lelaki yang pindah ke Indonesia demi menemani sang adik dan juga mamanya dari ayah yang sedikit gila dan sinting.

"Alghaf, disini aja. Mau belajar."

Yudha mengangguk. Dia menutup Pintu kamar milik sang adik kembali seperti semula.

.

.

.

Saykal membuka lembar demi lembar buku yang sedang dia baca. Buku yang beberapa hari sedang ia sukai. Bahkan saking asiknya membaca, dia tidak sadar ada sepasang mata yang menatapnya dengan teduh sembari mulutnya menampilkan senyuman kecil.

"Saking asiknya baca, sampai gak tau kalau ada orang disini." Orang itu membuka suara, Saykal tersentak kecil, menoleh dan tersenyum kecil ketika mengetahui siapa yang berdiri didepan pintu kamarnya itu.

"Ayah sejak kapan disitu?. Ayo masuk." Tama-ayahnya yang baru saja kembali dari urusan bisnisnya di LA. Mungkin Tama terlihat sibuk, tapi disela-sela waktunya atau sedang berada di rumah, Tama akan lebih banyak memberikan waktunya kepada Mahen dan Saykal agar mereka tidak merasa di abaikan oleh ayah sendiri.

"Kamarmu selalu rapi, aman dan nyaman." Puji Tama ketika kakinya melangkah masuk kedalam kamar anak bungsunya.

Dengan senyuman kecil, Saykal menutup buku sebelum itu dia tandai halaman yang baru dia baca dengan melipat halaman tersebut.

"Ayah tau, Saykal gak suka kamar yang berantakan. Buku yang berserakan atau kamar yang tidak disapu." Saykal berucap ketika menaruh buku yang baru dia baca pada rak diatas meja belajarnya.

Tama terkekeh membenarkan ucapan anaknya itu. Sifatnya berbeda dengan Mahen putra sulungnya, Mahen terlalu sibuk dengan urusan kuliah dan kantor yang Tama berikan Mahen. Sampai lupa dengan berantakan atau tidaknya Kamar Mahen.

The Crazy People/01L (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang