spesial chapter!!

363 70 34
                                    

***

5 tahun kemudian...

Sudah 5 tahun kepergian seorang lelaki dengan senyum seindah bunga dan sehangat matahari. Mendengar kepergiannya membuat sebagian orang terpukul bahkan orang yang tak mengenalnya juga ikut bersedih.

Dikediaman terakhirnya selalu bersih dan terlihat bunga-bunga segar.  Hari ini tanggal 21 Agustus. Hari ini. Ulang tahun dari lelaki yang sudah tiada 5 tahun yang lalu. Terlihat seorang lelaki dengan jas hitam dan juga segenggam bunga berjalan kearah makam itu.  Dia memandang makam tersebut.

Alghaf Marendra Bagaskara.

Lelaki berjas itu adalah Askar Bagaskara. Ayah dari anak laki-laki yang sudah pergi karena kecelakaan maut itu. Dia memandang makam Alghaf dengan senyuman lirih. Matanya masih terlihat bahwa sangat-sangat merindukan orang yang sudah tiada.

Dia berjongkok didepan Makam anaknya. Lalu dengan pelan menabur bunga-bunga itu diatas makam. Setelah selesai, tangannya mengusap nisan Alghaf. Hanya keheningan yang terjadi hingga beberapa menit kedepan terdengar isakan tangis dari mulut Askar.

Ayah mana yang tidak menangis didepan makam anaknya?. Kehilangan seorang anak bagi orang tua merupakan satu hal yang tidak bisa diterima. Apalagi, selama anaknya hidup. Tak pernah mendapatkan kasih sayang.

"Selamat ulang tahun." Ujarnya dengan suara bergetar.

Menyesal? Tentu. Tapi sudah terlambat. Semua penyesalan berada diakhir.

Dengan lirih dia berucap. "Kejam sekali diri ayahmu ini padamu nak. Andai waktu bisa diputar kembali. Ayah tidak akan pernah melakukan hal sekejam itu padamu. Ayah menyesal. Ayah bukan ayah yang terbaik. Ayah memukulmu tanpa sebab. Ayah membuat kamu menderita. Ayah minta maaf." Lagi. Askar menangis dimakam putranya.

Alghaf. Lihat. Ayahmu menyesal.

Harapku adalah. Dirimu selalu bahagia.

"Ayah terlalu naif." Askar menangis. Dia selalu terbayang wajah Alghaf ketika ia memukulnya dahulu dan rasa bersalah kembali dia ingat. Ketika dia mengingat Alghaf hanya ada kekerasannya pada Putranya saja.

"Ayah minta maaf. Nak."

"Ayah salah."

Askar menarik rambutnya. Memukul dirinya sendiri. Dia melampiaskan kemarahannya.

"Ayah hentikan." Yudha datang lalu memeluk tubuh Ayahnya.

"Hentikan ayah. Jangan seperti itu lagi. Alghaf sudah bahagia."

"Yuraaa. Aku sangat kejam dengan putraku. Aku memukulnya. Aku menyiksanya. Yura." Yura mengenggam erat kedua tangan Askar. Sembari mengeluari kata-kata penenangan.

Yudha yang memang tak bisa berbuat apa-apa hanya memandang kedua orsng tuanya saja.

"Jangan seperti itu Mas. Alghaf sudah tenang. Jangan merasa bersalah lagi. Alghaf memaafkan dirimu. Dia menyayangi. Dia tidak pernah marah padamu. Dia tidak memiliki dendam pada ayahnya sendiri."

"Justru itu. Aku merasa bersalah. Dari semua sifat kejamku kenapa dia memaafkanku?. Kenapa dia tidak membalas semua perbuatku?. Kenapa dia memilih pergi?." Yudha mempererat pelukkannya.

"Ayah. HENTIKAN. kita pulang. Jangan datang lagi kalau ayah merasa bersalah seperti ini. Iklaskan dia. Adikku sudah bahagia."

Bukan Askar saja yang merasa kehilangan. Yudha juga sama.

Flasback on

Setelah pemakam Alghaf. Askar hanya diam melamum. Dia sesekali pergi kekamar Alghaf. Dan membaca buku harian anaknya. Ada beberapa kalimat anaknya yang membuat dia benar-benar merasa seperti ayah terjahat di muka bumi.

The Crazy People/01L (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang