Jangan lupa vote & comment😊
▪
▪
▪
▪
▪
____________________________□■■■■■■■□
____________________________
♡♡♡♡
(Bagian 37)
Maaf baru up.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
Chapter kali ini panjang banget. Jangan bosan bacanya.
Dan di bagian akhir aku bakalan nunjukkin cast ayahnya Alghaf lebih tepatnya Ayah Tirinya Alghaf.
Tanpa tunggu lama-lama, langsung aja...cikidot..
***
Yudha, lelaki dengan paras tampan itu sedang duduk melamun di depan teras.
"Karna dia ibu kamu mati, Yudha. Dia yang buat kamu gak dapat kasih sayang ibu kandungmu."
Kata-kata dari ayahnya membuat Yudha tiap malam tidak bisa tidur. Dia tau siapa yang menyebabkan ibunya meninggal. Tapi, bukan berarti dia harus membencinya.
Yudha menafas gusar, dimana ayah kandung Alghaf?. Kalimat yang terus Yudha ucapkan ketika setiap kali dia melamun.
Bicara tentang Alghaf, tumben sekali dia belum pulang. Apa ada kelas tambahan?. Pikir Yudha. Mungkin saja.
.
.
.
Aiden memasuki rumahnya dengan wajah yang lelah, mengurusi ke 10 murid dengan sifat abstruk yang berbeda-beda sangat melelahkan juga.
Dia membaringkan tubuhnya diatas sofa depan telivisi.
Dia menatap sekeliling rumahnya, terbilang mewah tapi tidak terlalu mewah. Bisa dibilang rumah impian untuk keluarga yang harmonis.
Lain Madava lain juga dengan Aiden. Kalau Madava ibunya sering membandingkan dirinya, maka bedanya dengan Aiden yaitu ibunya tidak menyukai keberadaannya. Kadang kala Aiden berfikir, apa kesalahannya di masa lalu begitu fatal. Sehingga berdampak sesakit ini?.
Aiden sering menangis ditengah malam, memikirkan kehidupannya. Hanya sang ayah yang menyayanginya. Adiknya juga. Tapi, adiknya Reihan jarang menunjukkan kalau dia sayang dengan Aiden.
Aiden itu bukan anak kandung dari keluarga Prasata, dia cuman anak angkat yang tidak sengaja dipungut oleh ayahnya. Dan itu alasan mengapa dia tidak disukai oleh ibunya. Awal kedatangan Aiden di sambut baik oleh ibunya. Tapi ketika Reihan lahir, Aiden perlahan di singkirkan, dia hanya anak angkat tidak bisa bersaing dengan Reihan yang notabenya anak kandung. Pewaris Sah keluarga prasasta. Tapi, ayahnya tidak, rasa sangat sang Ayah tidak luntur sampai Aiden tumbuh dewasa.
"Melamun lagi." Tepukan pelan di lengan Aiden membuatnya menoleh kesamping.
"Ayah." Aiden tersenyum senang, dia memeluk tubuh gagah walau sudah berumur 40-an itu.
"Jangan ngelamun terus. Nanti penunggu disini masuk lho. Kan gak etis kamu teriak-teriak di rumah." Aiden tersenyum.
"Aku gak ngelamun. Cuman, lagi mikirin olimpiade minggu depan."