Episode 32

4 1 0
                                    

Orang Ketiga


"Kamu ini bagaimana sih, sudah ....." Ayahnya Rian marah-marah tapi aku skip.

Rasa yang kita anggap pergi ternyata masih ada, cuma ada kata antara aku dan juga dia, fotonya saja masih ku simpan tetapi tidak ku pajang hanya ku taru di lemariku dan ku letakkan di bagian paling dalam, itu pun jarang sekali aku sentuh. Dia memang berbeda bukan seperti Raisa yang ku kenal dahulu, hanya tinggi badannya saja yang masih sama, orang bilang kalau cinta apapun bisa terjadi tapi ini berbeda cuma sebuah rasa yang tiba-tiba nempel kemudian dia pergi entah kemana. Kayak Dejavu dia ilang terus datang dia pergi kemudian kembali, sebuah rasa yang tersimpan dengan penuh kehangatan kasih sayang tetapi banyak hal pula yang membuat itu istimewa.

***

Bait semusim yang tertulis manis tentang kisah kasih aku bersamanya yang duduk di pelataran cinta bersama dengan hati ku yang selalu terngiang-ngiang akan bisikan cintanya yang begitu merdu, tanpa batas waktu yang terungkap tapi tak mampu ku ucap. Aku hanya seseorang yang memujanya di balik kejauhan, aku hanya hanya seseorang yang berusaha keras untuk tetap setia bersamanya meski aku hanya berada di balik kejauhan, jangan tanyakan perasaan ku jika kau tak bisa beralih dari masa lalu yang menghantuimu karena ini sungguh tidak adil.

Gemercik suara hujan yang deras dari tetesan air hingga terdengar kencang, gak cukup satu tapi ribuan genangan air itu menyapu bahuku dan membasahiku, aku hanya terdiam sembari membiarkan setiap genangan air hujan dan juga riuh suara angin berhembus kencang di wajahku. Aku bukan siapa-siapa, aku bukan sang sutradara yang menciptakan perjalanan hidupku yang terdokumentasikan menjadi sebuah film. Meski dalam keramaian aku masih tetap sendiri dan merasa kesepian, seperti hanya ada seekor kunang-kunang yang menemani di kesunyian. Aku hanya aku dan bukan dia, biar ku simpan rasa ini di kejauhan karena mungkin kau bukan untukku dan mungkin pula rasa ini suatu saat akan hilang dengan sendirinya.

Bukan seseorang yang pandai merangkai kata, bukan pula seorang cenayang yang mampu mengungkapkan kata-kata, bukan pula sang pendahulu yang mampu mengucapkan kata, dan bukan pula sang pelukis yang mampu menggambar kata-kata. Setiap asa melukiskan kata, setiap hal memberikan informasi tentang perjalanan hidup dan setiap waktu akan menggoreskan tinta tentang arti kebahagiaan dan juga kesedihan. Gue cuma orang biasa bukan seorang protagonis yang layak di sanjung dan juga bukan sosok antagonis yang layak buat di bully, bukan juga seorang figuran yang cuma numpang lewat, gue bukan cewek gaul yang sok gaul dan juga bukan cewek keren yang sok keren, gue gak seromantis Nicolas Saputra dan juga gak secantik Dian Sastro Wardoyo, btw ini bukan kisah antara Rangga dan Cinta.

Jarak terkadang membuatnya menjadi asing, membuat seseorang tak percaya akan kekuatan cinta. Silangit yang sama kamu berada, namun belum kamu temukan satu sosok pilihan-Nya.

Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?

Begitupun dengan kesunyian.
Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.

Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri. Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati. Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.

Cowok introfert yang kerjanya cuma main game di komputer, dengan penuh kegilaannya dia cuma bisa menyempatkan waktunya demi berkutat dengan komputernya tetapi gak pernah berusaha buat mencari teman di sekolahnya, dia pendiam jarang ngobrol kalau pun berbicara hanya semau dia dan istilah katanya ya irit omongan. Mungkin banyak diantara kalian yang juga pecinta sesuatu misalnya sepakbola atau apapun itu, tapi beda sama aku yang paling suka main game di komputer sampai-sampai kecanduan dan kini nilai sekolah ku anjlok. Teman-teman di sekolah banyak yang punya pacar tapi ada juga yang cupu dan memilih buat belajar aja yang tekun buat masa depan tapi beda sama aku yang  tiap mau ulangan nyantai-nyantai ajah meski hasil ulangan ya tetep anjlok alhasil di marahin bokap.

Selama aku tinggal di Jogja, aku tinggal dengan keluarga yang bahagia ada papa dan juga mama beserta adik aku yang bontot, tetapi karena mamaku mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu sekarang bokap jadi menikah lagi dengan wanita yang usianya lebih muda dari dia bahkan hampir seumuran aku. Tiap di rumah rasanya jadi beda, ngeliat bokap bahagia tapi aku sendiri gak bahagia.

Rasa yang selama ini kita anggap pergi, ternyata hanya sekedar bersembunyi, maka untuk kali ini aku tak ingin kehilanganmu lagi. Dalam hal ini bukan kamu ajah yang ngerasain sakit tapi aku juga. Purnama akan selalu aku jadikan pengingat bahwa kau pernah mencintaiku.

"Kenapa kak?" Tanya Raisa

"Enggak kenapa-napa" jawabku

Di dekat pohon rindang, aku bersamanya melewati hari-hari indah kami berdua seperti tak ada jarak dan juga tak ada sebuah hubungan yang membatasi kami berdua. Bukan tentang antara aku dan juga dia tetapi ini tentang kita, apa mungkin aku hanya berharap saja, atau mungkin hanya perasaanku saja, entahlah dia memang aneh dia berbeda dengan gadis lainnya. Entah kapan dia akan beranjak dewasa dan berhenti membuat aku mencintainya meski aku sadar dia adalah sepupuku.

"Kak Yudha ngapain ngeliatin aku ajah?" Tanyanya

"Siapa yang ngeliatin kamu, ih GR!" Jawabnya

"Orang tadi kakak liatin aku kok!" Jawabku

"Masa sih" jawabnya

"Ia" jawabku ngotot

"Liat tuh muka kamu jadi belepotan gara-gara es cream" jawabnya

"Masa sih!" Jawabku

"Iya tuh!" Jawabnya seraya menyentuh bibirku yang terkena es cream

Dan pada sat itu gak sengaja aku sama dia jadi saling memandang satu sama lain.

"Apaan ini, kok jadi...." Ungkap ku

"Nih bersihin sendiri!" Jawabnya sambil memberikan sebuah tisu kepadaku

"Apaan sih udah moment begini malah kacau deh" ungkap ku sambil membual sendiri

"Kenapa kamu?" Tanyanya

"Enggak kak!" Jawabku sambil membersihkan wajahku dengan tisu

Kemudian dia menertawakan aku...

"Wkkkwkkkw..."

"Kenapa sih?" Tanya ku

"Enggak kamu lucu aja" jawabnya

"Iya emang aku badut apah di ketawain" ujarku sambil memalingkan wajahku

"Eh udah dong kamu jangan marah" ungkapnya

Dia memang begitu dia selalu melihat aku tetapi aku juga gak ngerti kenapa dia begitu meski begitu, dengan sikapnya aku selalu merasa ada sosok yang selalu menjagaku. Dia perhatian dan dia juga baik sekali padaku dan dia mampu membuatku merasa nyaman dengannya.

***

Merried By Accident (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang