Episode 66

2 1 0
                                    

Sepotong Cinta


Jauh sudah langkahku menyusuri hidupku yang penuh tanda tanya, kadang hati bimbang menentukan sikapku tiada tempat mengadu, hanya iman di dada yang mampu membuatku selalu tabah menjalani. Lama sudah ku jalani setiap rintangan yang harus ku lewati, penak pedih dan hanya terdiam dalam emosi yang tak beraturan perjalanan panjang penuh lika-liku kehidupan yang terkadang membuat aku lelah.

"Capek!" Ungkapnya

"Lagian udah tau jauh kamu malah ikut!" Ujarnya

"Deh kan kamu yang ngajakin aku!" Jawabnya

"Makanya kamu harus sering berolahraga, jangan main hp mulu" ungkapnya

"Hmm" dia hanya cemberut sambil duduk di kursi taman

"Ada apa sih?" Tanyanya

"Enggak apa-apa kok!" Jawabnya sambil memalingkan wajahnya

"Kamu kalau begitu lucu banget!" Jawabnya sambil mengelus kepalanya

"Ih apaan sih" jawabnya sambil melepaskan tangannya

"Udah nih minum!" Ujarnya sambil memberikan sebuah botol berisi air minum

Lama sudah Ara dan Rian berkeliling taman sambil joging.

"Pagi-pagi kayak gini makan bubur enak nih!" Ujarnya

"Huh kami fikirannya makan mulu!" Ungkap Rian

"Ih kamu mah gitu!" Ujar Ara sambil merengut

***

Gemercik suara hujan yang deras dari tetesan air hingga terdengar kencang, gak cukup satu tapi ribuan genangan air itu menyapu bahuku dan membasahiku, aku hanya terdiam sembari membiarkan setiap genangan air hujan dan juga riuh suara angin berhembus kencang di wajahku. Aku bukan siapa-siapa, aku bukan sang sutradara yang menciptakan perjalanan hidupku yang terdokumentasikan menjadi sebuah film. Meski dalam keramaian aku masih tetap sendiri dan merasa kesepian, seperti hanya ada seekor kunang-kunang yang menemani di kesunyian. Aku hanya aku dan bukan dia, biar ku simpan rasa ini di kejauhan karena mungkin kau bukan untukku dan mungkin pula rasa ini suatu saat akan hilang dengan sendirinya.

Bukan seseorang yang pandai merangkai kata, bukan pula seorang cenayang yang mampu mengungkapkan kata-kata, bukan pula sang pendahulu yang mampu mengucapkan kata, dan bukan pula sang pelukis yang mampu menggambar kata-kata. Setiap asa melukiskan kata, setiap hal memberikan informasi tentang perjalanan hidup dan setiap waktu akan menggoreskan tinta tentang arti kebahagiaan dan juga kesedihan. Gue cuma orang biasa bukan seorang protagonis yang layak di sanjung dan juga bukan sosok antagonis yang layak buat di bully, bukan juga seorang figuran yang cuma numpang lewat, gue bukan cewek gaul yang sok gaul dan juga bukan cewek keren yang sok keren, gue gak seromantis Nicolas Saputra dan juga gak secantik Dian Sastro Wardoyo, btw ini bukan kisah antara Rangga dan Cinta.

Entah kenapa gue jadi sosok yang puitis padahal gue bukan sosok cewek yang humoris atau romantis, dan juga bukan sosok cewek yang gaul bak mie gaul, bahkan juga bukan artis yang sok artis, jangankan buat bersikap sok akrab wajah gue yang pendiam justru mungkin dianggap orang kurang ramah dan tak pandai bergaul, padahal gue sebenernya gak ngerti apa-apa. Kenapa ya akhir-akhir ini gue sering banget nulis di buku harian gue sampai suatu ketika gue sadar buku harian gue udah penuh sama curhatan gue, yang intinya panjang di kali lebar sama dengan entah sejak kapan gue jadi sosok yang romantis bak pesinetron papan atas padahal aslinya gue orang biasa dan tak terkenal. Mungkin bukan seorang gue namanya kalau gak punya rasa, sebab setiap rasa akan membawa kita kepada suasa cinta, ataupun persahabatan kayak cerita yang gue tulis di sini. Entahlah Lo mau baca atau enggak seterah Lo ya istilahnya bodo amatlah, karena dari dulu gue orangnya gak suka banyak omong tapi sekalinya ngomong banyak banget.

"Yah ujan gimana gue bisa ketemu sama Ara" ujar Rian

"Ngapain lu di luar aje" ujar ayahnya Rian dengan logat Betawinya yang kental

Rian mempunyai ayah bernama Rojak atau biasa di panggil babe Rojak, Rian juga punya ibu yang bernama Fatimah atau yang biasa di panggil Nyak Timeh. Rian hidup di tengah-tengah keluarga yang sederhana namun walaupun begitu Babenya Rian mempunyai sebuah Bengkel yang terkenal dan juga mempunyai bisnis kontrakan dan juga kos-kosan meski begitu dia tetap saja di beri uang jajan sedikit.

"Tambahin dong Nyak!" Ujar Rian dengan logat Betawinya

"Ye, udah enyak kasih juga malah minta nambah lu gak liat tuh adek-adek Lo" ujar nyokapnya Rian sembari menunjuk ke arah adik-adiknya Rian yang berjumlah Lima orang

Rian merupakan anak ke tiga dari delapan bersaudara kakaknya Rian yang pertama yaitu Mpok Astuti kini sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya sedangkan kakaknya Rian yang kedua sudah meninggal dunia karena keguguran, dan Rian dilahirkan kata Babenya karena tidak kesengajaan.

"Bener bayinya laki-laki?" Tanya Babenya Rian

"Lah kok mirip artis Korea ya?" Ujar enyaknya Rian

Itu sebabnya karena Rian yang paling ganteng maka dari itu adik-adiknya memanggil Rian dengan sebutan Babang Tamvan Rian, di kampungnya Jalan Setu Babakan No.45 Jakarta dia termasuk anak yang paling di banggakan karena dia jago sepak bola.

Namun suatu ketika Babe Rojak dengan Enyak Timeh bercerai dan kini Rian tinggal bersama ayahnya saja yaitu Babe Rojak di Bandung menyusul dengan Enyak Timeh yang ternyata sudah kawin lagi, Babe Rojak pun tak mau kalah dan akhirnya ia menikah dengan wanita keturunan Tionghoa yang tinggal di Bandung yang bernama Zaenab yang tak lain juga masih keturunan orang Betawi asli yang tinggal di Bandung.

"Be kenapa sih pake kawin lagi?" Ujar Rian dalam benaknya Rian sembari melihat foto Enyak dan Babenya

Kenapa ya orang tua ku jadi begini padahal udah enak-enak tinggal di Jakarta sekarang jadi ngikutin bokap pindah ke Bandung di tambah sekarang juga teman-temannya beda, jadi kangen sama si Siti teman kecil ku.

Dahulu aku mempunyai teman yang bernama Siti Rahma sampqi suatu ketika aku, jatuh cinta padanya.

"Ian lo ngapain liat Siti aje?" Tanya teman sebangku Rian

"Enggak kok" ujar Rian sembari pura-pura menulis kembali

"Ye Lo naksir sama Siti ye?" Tanyanya

"Sok tau Lo kayak Mbah Google" ujar Rian sembari meneang kepala temannya

"Sakit woy" ujarnya sembari meneang kepala Rian

Ucup Bin Baba Miing yang tak lain dan tak bukan adalah sepupu ku dia bukan hanya saudara bagiku tapi juga merupakan best friend ku, cuma dia memang yang mengerti bagaimana aku.

"Eh minggir Nanang Rian Ganteng mau lewat" ujar Ucup

"Deh apaan sih lu cup" ujar geng cewek-cewek yang lagi pada nongkrong dan kemudian bubar gara-gara gengan Ucup, Rian dan kawan-kawan yang tiba-tiba muncul.

Saat itu aku masih berusia 15 tahun alias masih SMP untung ajah aku bisa masuk SMP Negeri walaupun rapot ku gak terlalu bagus juga sih.

"Eh si Siti tuh!" Ujar teman-teman Rian yang lainnya yang ngebucinin Siti

"Apaan sih Lo baru liat dia aja biasa aja kali" ujar Rian cengengesan seolah-olah gak punya perasaan

"Apaan sih Lo Rian" jawab Siti sambil kemudian mengibaskan rambutnya

Sementara itu, Rian menjadi pergolakan batin di hatinya dia menyadari bahwa sikapnya yang berpura-pura tak ada apa-apa padahal sebenarnya dia menyimpan rasa kepada Siti Rahma yang tak lain adalah teman sekelasnya.

"Lo pada ngapain sih berhenti ngikutin gue!" Ujarnya

"Lah siapa yang ngikutin orang kita pada mau ke kantin!" Ujar Rian and the gang

"Malu gue kirain ngikutin gue" ungkap Siti dalam benaknya

***

Merried By Accident (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang