Episode 54

3 1 0
                                    

Ketika Rasa Bergeming


"Apaan ini, kok jadi...." Ungkap ku

"Nih bersihin sendiri!" Jawabnya sambil memberikan sebuah tisu kepadaku

"Apaan sih udah moment begini malah kacau deh" ungkap ku sambil membual sendiri

"Kenapa kamu?" Tanyanya

"Enggak kak!" Jawabku sambil membersihkan wajahku dengan tisu

Kemudian dia menertawakan aku...

"Wkkkwkkkw..."

"Kenapa sih?" Tanya ku

"Enggak kamu lucu aja" jawabnya

"Iya emang aku badut apah di ketawain" ujarku sambil memalingkan wajahku

"Eh udah dong kamu jangan marah" ungkapnya

Dia memang begitu dia selalu melihat aku tetapi aku juga gak ngerti kenapa dia begitu meski begitu, dengan sikapnya aku selalu merasa ada sosok yang selalu menjagaku. Dia perhatian dan dia juga baik sekali padaku dan dia mampu membuatku merasa nyaman dengannya.

***

Suatu perjalanan hidup saat kamu mencoba melupakan setiap masa lalu yang udah terjadi tapi yang kamu alami adalah saat kamu melihat sosok orang yang ada di depan mata kamu ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok orang yang berbeda dari yang kamu kenal.

Aku bukan pilihan, tapi aku juga tak sanggup untuk memilih. Rasanya ini tak adil bagiku, namun juga melewati setiap batas dalam hidupku. Aku yang berusaha untuk melupakan setiap hal yang ada dalam hidupku, aku yang hanya bisa mencoba untuk melupakan setiap masalah dalam hidupku.

Entah kenapa lambat lain waktu berganti, sang detik juga berbicara pada waktu, hati tak mampu tuk dipisahkan namun kita juga tak mampu tuk memilih.

" It’s all about falling in love with yourself and sharing that love with someone who appreciates you, rather than looking for love to compensate for a self love deficit.” — Eartha Kitt. 
(Itu semua tentang jatuh cinta pada diri sendiri dan berbagi cinta dengan seseorang yang menghargaimu, daripada mencari cinta untuk mengimbangi kekurangan cinta terhadap diri.)

Pernah dengar gak kisah Rangga dan juga Cinta, kenapa ya ini kayak kisah cinta kita. Kenapa ya kamu kayak menguji aku padahal aku sendiri berusaha buat ngelupain kamu, didal hati aku bernyanyi berharap suatu saat kamu bisa melihat ku kembali. Aku bertahan tapi aku juga tidak tahu harus bagaimana, dalam hidup aku hanya bisa berusaha dan berdoa meski terkadang harapan tidak sejalan dengan kenyataan.

Dua putaran matahari dia lewati bersama laki-laki yang sama dengan rasa yang berbeda, cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang. Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Aku teringat tentang dirinya yang mengajakku untuk mendekat, namun lambat lain dia menjauh, apakah aku terlalu egois jika aku hanya mengharapkan dirinya saja sementara cintanya bukan untuk diriku. Aku selalu memandang wajahnya di kejauhan, aku memang tak terlalu mengingat semua masa-masa itu tetapi saat dia menyatakan itu rasanya aku keluh dan bergetar namun aku sadar dia bukan siapa-siapa bagiku. Andai saja dia tahu meski dalam kejauhan aku akan selalu tetap menjaganya dalam kesendirian dan juga kesedihannya. Tetapi bila dia mengingatku maka dia akan menjadi kembali ke sosoknya yang dahulu namun sementara itu aku merasa tak terlalu suka dengan sifatnya yang dahulu.

Hujan turun nampak terlihat pepohonan dan daun yang tersemat sembari menguraikan sang waktu yang membuat ku merasa haru dan biru meski begitu aku bahagia kala hujan turun dimana aku bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda, andai saja ibuku masih hidup mungkin keadaan ku tak seperti ini.

Hari ini aku melihat wanita tua itu lagi duduk sembari menunggu kereta tiba di ujung stasiun, nampak terlihat tua namun wajahnya yang cantik terulas dengan jilbab yang dikenakan menambah manis wajahnya. Dia tak lain dan tak bukan adalah nenek ku, begitulah kelakuan ayahku dengan mudahnya ia membuangku dan kini aku terpaksa pindah ke Bandung, meski aku kesal tapi ada nenekku yang menemanku.

Di Jogja cuacanya memang berbeda dengan Bandung aku harus menyesuaikan diri, apalagi karena aku gampang terserang flu.

"Kamu kenapa Yudh?" Tanya nenekku

"Enggak" jawabku lesuh

"Kamu kayak gak semangat gitu" ujar nenekku

Aku sebenarnya tak tega dengan nenekku, tetapi aku juga tak mau terlalu merepotkannya, apalagi karena dia tinggal seorang diri. Rumah nenek sangat luas di tambah ada lantai dua dan juga nenek mempunyai beberapa asisten rumah tangga.

Aku tak bisa berkata-kata, apa yang bisa aku bicarakan langit saja terdiam namun tak jua aku berharap bila saatnya tiba apa mungkin semua akan berubah. Hitam bukan putih dan ini juga mungkin bukan karena dia, siapa dia? Seseorang yang hadir di kesunyian malam, seseorang yang selalu mengganggu tidurku. Aku hanya tak mampu berkeluh kesah, aku juga tak mampu berkata-kata. Aku hanya diam seribu bahasa, mungkin saja Tuhan tahu apa yang aku rasakan tapi aku hanya bisa diam dan mencoba menutupi semuanya.

Nampak seorang nenek-nenek tua renta dia tak terlalu tua tapi dia terbilang masih terlihat cantik meski usianya sudah tak muda lagi, dia memang terbiasa datang dan menunggu cucunya di dekat stasiun kereta.

"Eh nenek sedang apa disini?" Tanyanya

"Owh sedang nungguin cucu" jawabnya kepada salah seorang karyawan stasiun kereta api

Saking seringnya aku berkunjung ke Bandung nenek jadi selalu menunggu kedatanganku di dekat stasiun kereta api, sampai-sampai karyawan stasiun kereta api mengenalnya.

Sudah lama aku tidak mengunjungi nenek ku di Bandung, tapi kelihatannya ini bukan cuma sekadar kunjungan aku saja tetapi mungkin aku akan tinggal di Bandung dan menyelesaikan sekolah ku di sana.

"Nenek!" Panggil seseorang di dekat salah satu gerbong kereta, dia mengenakan setelan sweater dan juga jeans yang di padu padankan dengan salah satu sepatu sneakers berwarna hitam kesukaannya.

Kemudian neneknya menghampirinya, jalannya sudah tidak terlalu gagah lagi karena dia sudah semakin tua.

"Cucuku!" Jawab nenekku dari kejauhan sembari menghampiri aku kemudian kami berduapun saling berpelukan sembari menghilangkan kerinduan.

"Kamu sudah semakin besar, dan tambah ganteng" ungkapnya

"Nenek bisa ajah" jawabnya

" Nek ni aku bawa oleh-oleh dari Jogja!" Ucapku

"Kita bawa pulang terus kita makan deh bersama-sama" ujarku sembari memberikan oleh-oleh khas Jogja yang merupakan makanan kesukaan nenekku.

Nenekku sebenarnya adalah orang Jogja tetapi sejak ia menikah dia pindah ke Bandung karena suaminya yang merupakan kakekku dia dipindah tugaskan di Jogjakarta dan mulai melakukan bisnis di Bandung bersama suaminya, namun karena kakekku yang merupakan seorang Jenderal Tentara kini telah meninggal dunia kini nenek tinggal seorang diri, dan kemudian dia yang meneruskan semua usaha bisnis mebel milik mendiang kakekku. Tapi karena nenek sudah tua kemudian bisnis mebel kini di kelola oleh pamanku, aku terkadang main ke Bandung tetapi sejak ayah menikah lagi aku jadi jarang main ke rumah nenek.

"Nek, aku kangen banget sama nenek!" Ujarku sembari memeluk nenekku

"Sayang, nenek juga kangen banget sama kamu!" Ungkapnya sembari mencium ku

"Kamu kemana aja gak main, nenek sampai sedih!" Ujarnya sembari mengeluarkan air mata yang jatuh tepat di pipinya

"Hmmm, panjang ceritanya nek!" Jawabku sembari mengelap air mata yang tiba-tiba menetes di pipi nenekku

Jangankan dia awan saja ikut menangis mendengar ceritaku, tak pelak aku hanya bisa terdiam dan mencoba menutup-nutupi semua yang terjadi kepada ku, tak lain dan tak bukan supaya dia tak merasa sedih bila mendengar cerita ku.

***

Merried By Accident (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang