Episode 74

2 1 0
                                    

Cinta Segitiga


Dia hanya diam seribu bahasa, tapi tidak berbicara sama sekali padahal aku sudah bilang, sambil aku melepaskan genggaman tangannya yang erat tetapi dia sama sekali tidak mau melepaskan tangannya dari diriku.

Selalu saja seperti ini, yang jadi korbannya tak lain dan tak bukan adalah aku. Karena aku sama sekali tidak tahu apa-apa.

***

Teori konspirasi bermula saat rembulan bertemu dengan malam, kemudian mereka menyapa dibalik kejauhan sembari menunggu sang fajar datang meski sebenarnya waktu fajar menyingsing itu sangat lama dan juga menyita waktu, kemudian rembulan terpaksa untuk menunggu datangnya matahari namun ketika fajar menyingsing, rembulan redup dan tak mampu menyapa matahari. Kisahnya hampir sama kayak kamu dan aku yang gak mungkin bisa bertemu karna banyaknya halangan dan juga rintangan, ditambah dengan kalkulasi waktu dimana fakta menyatakan bahwa rembulan dan matahari itu berbeda, matahari hanya ada saat pagi dan juga siang sedankan rembulan hanya ada dimalam hari. Sama kayak aku dan kamu yang gak mungkin bersatu karena kamu ya kamu sedangkan aku hanya seseorang yang menunggu di balik kejauhan sambil berkata "sudahlah, kamu mungkin sudah dengan yang lain" aku cuma bisa apa? Aku cuma seseorang yang membungkukkan badanku sambil bertahan dan gak sanggup buat berdiri kembali meski aku terjatuh.

Hanya diam yang merawat asa, dan hanya pelik yang melawan kerinduan karena hati ini mungkin bukan milik kamu dan aku juga bukan seseorang yang pantas buat kamu, terimakasih sudah kasih kenangan terindah meski kita cuma dua orang yang gak suka saling menyapa. Alam terkadang menyapaku dengan sapuan musim yang dibalut dengan langit yang tersenyum manis kepadaku, bak melodi musim semi terkadang ia merayuku dengan alunan melodi dan nada yang terlukis dengan merdu. Namun aku tak sadar, aku hanya bergeming tak sadarkan diri, renungku sambil mengelus dada "semoga aku dapat melihat mentari esok pagi" kemudian saat aku terbangun diantara sepi dengan pikiranku yang melayang aku selalu mengutuk diriku karena aku tak mampu mengubah alur perjalanan hidupku.

Aku barusadar bahwa cinta itu terkadang menyiksamu, dengan rayuan manja ia datang kemudian ia pergi kembali seperti kupu-kupu yang merayu sebuah bunga kemudian ia memetik sebuah kenangan dibalik keindahan. Aku bersyukur meski begitu aku juga tak semudah itu merangkai kata, aku terbiasa berpura-pura tersenyum meski sebenarnya aku membohongi diriku dengan sejuta ada yang ku coba untuk ku hindari. Dibalik kejauhan aku memilih untuk tetap setia sendiri dengan mencoba mengubur setiap kenangan yang pernah aku alami dalam-dalam, meski aku bukanlah seseorang yang sekuat itu untuk bisa tetap berdiri bertahan. Dalam keheningan malam aku berbisik dan berkisah kepada rembulan "sepi, aku tak ingin sendiri. Setiap permasalahan terjadi dan menghampiri aku terus-menerus seperti sebuah metamorfosis yang sempurna, padahal khayalku tak sejalan dengan kenyataan" dalam hati aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri meski aku sadar aku cuma orang bodoh yang penakut dan juga selalu menghindar.

"Apa bedanya aku dengan sebuah rintik hujan, ia datang dengan tetesan kemudian pergi menggenangi dengan sebuah sapaan yang tak lain dan tak bukan hanya menyisakan luka"

Kamu begitu berarti dan istimewa dihati selamanya rasa ini, tak mungkin terganti. Aku hanya terdiam diam seribu bahasa, namun kamu datang dan pergi menyisakan luka di dada. "Jangan hanya terdiam dan bersikap seolah hanya kamu yang tersakiti aku juga"

"Ada apa sih sama Rian dan Ada?" Tanya Fanya dalam hatinya

"Fany, ada apa?" Tanyaku

"Enggak" jawab Fanya

Namun dibalik kejauhan aku melihat bahwa Fanya sedang ngeliatin Ara dan juga Rian yang sedang di taman dekat sekolah sedang duduk berduaan.

"Hmmm," ujarku

"Udah kita masuk kelas aja yuk!" Seruku sembari memegang tangan Fanya

Enggak ada kepastian, dikala cemburu membuat kamu merasa bahwa kamu orang yang paling kecil di mata dunia padahal sebenarnya kamu besar dimata Tuhan kamu. Dia cuma diam seribu bahasa sebenarnya aku tak bisa mengartikan setiap perkataan dan juga perbuatannya, merenung dan mencoba melarikan diri dari setiap kenyataan pahit yang kamu alami. Kaki ini melangkah, dan mencoba keluar dari setiap masa lalu yang melintasi ruang batas dan juga waktumu, enggak pernah mencoba buat tersenyum tapi juga gak bisa buat terlepas dari setiap hal yang membatasi diri. Hanya saja aku tersadar dalam keegoisan diriku, siapa aku hanya seseorang yang berdiri di atas dedaunan rindang yang mencoba menjauh dari setiap perasaan yang membuat aku hampa.

Aku tersadar dari luka lama yang pernah menggores hatiku, bak bidadari yang menggoda di kala aku sendiri termenung dalam kehampaan dan juga kesunyian hati. "Buat apa aku menyesal" ujarnya sembari mengutuki diri, hanya sesal yang ku dapat namun tak jua pintaku di kabulkan. Semua bagaikan ujian yang datang bertubi-tubi, bak petir di siang bolong hanya aku saja bak seorang pecundang yang kecanduan. Aku masih berdiri sendiri menantikan manisnya madu asmara namun aku tersadar dari mimpi burukku, aku bukan aku kalau aku tak bisa menjadi diriku sendiri.

Suatu hari aku terjatuh di dalam sebuah angan yang kemudian menyadarkan diriku di dalam kesedihan dan juga kepedihan yang aku alami namun kemudian seketika aku belajar dari keegoisan diriku, hanya saja aku tak sanggup untuk berlari lebih jauh lagi.

"Bagaimana kabar kamu disana?" Tanyanya dengan wajah pucat pasi namun matanya berbinar-binar dengan cahaya di matanya

Seketika aku cuma terdiam dan menjauh darinya.

"Ada apa sih kok dia, cuma diam saja" ujarku dalam benakku

Aku tergoda dengan senyuman manisnya, tapi kemudian aku tersadar bahwa fatamorgana yang Tuhan berikan padaku hanya sekejap lalu kemudian dia pergi menghilang jauh dari pandangan ku.

"Arya kamu ngapain?" Tanyaku

"Enggak!" Jawabnya sambil tersipu malu

Saat itu waktu menunjukkan pukul jam lima sore dan pada saat itu aku memang sedang ada dirumah, sementara itu dia datang sembari menggunakan motor yang dia kendarai dari rumahnya yang lumayan cuku jauh dari rumahku.

"Sa, jalan yuk!" Ujar Arya

"Hmmm" aku termenung sambil berfikir

"Gimana ya?" Tanya Raisa sambil berfikir

"Ayok!" Ujarnya sembari memegang tangan ku

"Yaudah deh, aku ke dalam dulu bilang sama mamaku" ujarku

"Ada apa ya sama Arya, dia tumben-tumbenan ngajak aku jalan" ungkapku dalam benakku

Dwi Arya Dhika: biasa dipanggil Arya
Cowok cool tetapi juga lucu namun sikapnya yang nyebelin terkadang malah membuat semua teman-temannya menjauhinya, meski begitu dalam hal pelajaran matematika dia yang nomor satu walaupun sebenarnya dia sedikit pandai tapi dia agak lugu dan polos. Padahal tampangnya keren tetapi jiwanya yang polos malah membuat dia terlihat manis, aku sebenarnya tidak terlalu akrab dengan dia tapi karna peristiwa waktu itu saat kami hendak ke sekolah dan hampir kehujanan, dia malah satu payung dengan ku. Entah kenapa kejadian itu malah membuat aku awkward banget, tapi itu kenangan yang lucu juga sih.

Aku teringat tentang dirinya yang mengajakku untuk mendekat, namun lambat lain dia menjauh, apakah aku terlalu egois jika aku hanya mengharapkan dirinya saja sementara cintanya bukan untuk diriku. Aku selalu memandang wajahnya di kejauhan, aku memang tak terlalu mengingat semua masa-masa itu tetapi saat dia menyatakan itu rasanya aku keluh dan bergetar namun aku sadar dia bukan siapa-siapa bagiku. Andai saja dia tahu meski dalam kejauhan aku akan selalu tetap menjaganya dalam kesendirian dan juga kesedihannya. Tetapi bila dia mengingatku maka dia akan menjadi kembali ke sosoknya yang dahulu namun sementara itu aku merasa tak terlalu suka dengan sifatnya yang dahulu.

Aku Bianca Raisa Andriana biasa di panggil Raisa entah kenapa dalam cerita ini aku dinobatkan sebagai pemeran utamanya padahal dalam cerita ini aku hanya berada di tengah-tengah cerita, gak banyak sih yang aku ceritakan tapi di setiap cerita aku lebih banyak sebagai pencerita. Aku bukan siapa-siapa bukan pupa seorang produser atau sang pembuat naskah cerita, kalau saja aku sang pembuat cerita aku juga tak mau dengan cerita yang menyedihkan ini. Tapi mau bagaimana lagi semuanya memang ada disini, aku anak pertama dan satu-satunya di keluarga ku.

***

Merried By Accident (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang