Episode 29

5 1 0
                                    

Teman Masa Kecilku


Cahaya matahari menghampiriku dengan tersenyum lebar aku melangkah.

"Eh kamu mau kemana?" Tanya mamaku

"Mau jalan sekolah ma?" Ujar Arya polos

"Kamu mau jalan sekolah masa gak sarapan dulu sih?" Jawab mamaku

"Lama mah nanti gak keburu!" Ujarnya

"Ywdh nih bawa bekal saja!" Ungkap mamaku

"Enggak ah udah kayak anak TK aja, malu aku ma!" Jawab Arya

"Ywdh bareng papa ajah!" Ujar papaku

"Enggak ah papa kan gak searah dengan ku!" Ujar Arya

***

Teori konspirasi bermula saat rembulan bertemu dengan malam, kemudian mereka menyapa dibalik kejauhan sembari menunggu sang fajar datang meski sebenarnya waktu fajar menyingsing itu sangat lama dan juga menyita waktu, kemudian rembulan terpaksa untuk menunggu datangnya matahari namun ketika fajar menyingsing, rembulan redup dan tak mampu menyapa matahari. Kisahnya hampir sama kayak kamu dan aku yang gak mungkin bisa bertemu karna banyaknya halangan dan juga rintangan, ditambah dengan kalkulasi waktu dimana fakta menyatakan bahwa rembulan dan matahari itu berbeda, matahari hanya ada saat pagi dan juga siang sedankan rembulan hanya ada dimalam hari. Sama kayak aku dan kamu yang gak mungkin bersatu karena kamu ya kamu sedangkan aku hanya seseorang yang menunggu di balik kejauhan sambil berkata "sudahlah, kamu mungkin sudah dengan yang lain" aku cuma bisa apa? Aku cuma seseorang yang membungkukkan badanku sambil bertahan dan gak sanggup buat berdiri kembali meski aku terjatuh.

Hanya diam yang merawat asa, dan hanya pelik yang melawan kerinduan karena hati ini mungkin bukan milik kamu dan aku juga bukan seseorang yang pantas buat kamu, terimakasih sudah kasih kenangan terindah meski kita cuma dua orang yang gak suka saling menyapa. Alam terkadang menyapaku dengan sapuan musim yang dibalut dengan langit yang tersenyum manis kepadaku, bak melodi musim semi terkadang ia merayuku dengan alunan melodi dan nada yang terlukis dengan merdu. Namun aku tak sadar, aku hanya bergeming tak sadarkan diri, renungku sambil mengelus dada "semoga aku dapat melihat mentari esok pagi" kemudian saat aku terbangun diantara sepi dengan pikiranku yang melayang aku selalu mengutuk diriku karena aku tak mampu mengubah alur perjalanan hidupku.

Aku barusadar bahwa cinta itu terkadang menyiksamu, dengan rayuan manja ia datang kemudian ia pergi kembali seperti kupu-kupu yang merayu sebuah bunga kemudian ia memetik sebuah kenangan dibalik keindahan. Aku bersyukur meski begitu aku juga tak semudah itu merangkai kata, aku terbiasa berpura-pura tersenyum meski sebenarnya aku membohongi diriku dengan sejuta ada yang ku coba untuk ku hindari. Dibalik kejauhan aku memilih untuk tetap setia sendiri dengan mencoba mengubur setiap kenangan yang pernah aku alami dalam-dalam, meski aku bukanlah seseorang yang sekuat itu untuk bisa tetap berdiri bertahan. Dalam keheningan malam aku berbisik dan berkisah kepada rembulan "sepi, aku tak ingin sendiri. Setiap permasalahan terjadi dan menghampiri aku terus-menerus seperti sebuah metamorfosis yang sempurna, padahal khayalku tak sejalan dengan kenyataan" dalam hati aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri meski aku sadar aku cuma orang bodoh yang penakut dan juga selalu menghindar.

"Apa bedanya aku dengan sebuah rintik hujan, ia datang dengan tetesan kemudian pergi menggenangi dengan sebuah sapaan yang tak lain dan tak bukan hanya menyisakan luka"

Kamu begitu berarti dan istimewa dihati selamanya rasa ini, tak mungkin terganti. Aku hanya terdiam diam seribu bahasa, namun kamu datang dan pergi menyisakan luka di dada. "Jangan hanya terdiam dan bersikap seolah hanya kamu yang tersakiti aku juga"

Kenapa bisa seperti ini kenapa aku bisa

Bagiku hidup hanya selalu hitam dan putih, kebahagiaan akan selalu berbanding lurus dengan kesedihan. Kita hanya menunggu waktunya bergiliran bukan?

Begitupun dengan kesunyian.
Hari ini terasa ramai, mungkin esok kita akan berdialog lagi dengan kesendirian.

Meski dalam keramaian aku masih merasa kesepian, entah kenapa sunyi sepi ku rasa tanpa seseorang yang bisa menemani ku di kesendirian ini, tak terasa sudah semakin jauh aku berjalan sendiri. Egois ku rasa bila aku mengeluh saja tanpa mau berusaha, entah kenapa goresan pena ku sampai pada titik kosong dimana tinta hitam yang ku tulis diatas kertas putih ternyata telah habis, setiap yang ku tulis sesuai dengan perjalanan hidup dimana hati menangis menjerit menceritakan setiap perjalanan hati yang lirih, meski sang waktu berbicara dengan nada yang lirih sambil di temani sang piano yang terus berbunyi dengan merdunya seperti melodi sendu yang menohok hati. Jarum jam terus berdetak kencang ke arah sumbu yang tak terbatas dengan penuh ke haluan aku terus bertanya kepada diriku sendiri, hari ini apakah akan lebih baik dibandingkan hari-hari sebelumnya atau malah akan memberikan aku kesibukan uang sebenarnya membawaku pada rasa takut untuk memulai perubahan.

Cowok introfert yang kerjanya cuma main game di komputer, dengan penuh kegilaannya dia cuma bisa menyempatkan waktunya demi berkutat dengan komputernya tetapi gak pernah berusaha buat mencari teman di sekolahnya, dia pendiam jarang ngobrol kalau pun berbicara hanya semau dia dan istilah katanya ya irit omongan. Mungkin banyak diantara kalian yang juga pecinta sesuatu misalnya sepakbola atau apapun itu, tapi beda sama aku yang paling suka main game di komputer sampai-sampai kecanduan dan kini nilai sekolah ku anjlok. Teman-teman di sekolah banyak yang punya pacar tapi ada juga yang cupu dan memilih buat belajar aja yang tekun buat masa depan tapi beda sama aku yang  tiap mau ulangan nyantai-nyantai ajah meski hasil ulangan ya tetep anjlok alhasil di marahin bokap.

Selama aku tinggal di Jogja, aku tinggal dengan keluarga yang bahagia ada papa dan juga mama beserta adik aku yang bontot, tetapi karena mamaku mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu sekarang bokap jadi menikah lagi dengan wanita yang usianya lebih muda dari dia bahkan hampir seumuran aku. Tiap di rumah rasanya jadi beda, ngeliat bokap bahagia tapi aku sendiri gak bahagia.

Rasa yang selama ini kita anggap pergi, ternyata hanya sekedar bersembunyi, maka untuk kali ini aku tak ingin kehilanganmu lagi. Dalam hal ini bukan kamu ajah yang ngerasain sakit tapi aku juga. Purnama akan selalu aku jadikan pengingat bahwa kau pernah mencintaiku.

"Kenapa kak?" Tanya Raisa

"Enggak kenapa-napa" jawabku

Di dekat pohon rindang, aku bersamanya melewati hari-hari indah kami berdua seperti tak ada jarak dan juga tak ada sebuah hubungan yang membatasi kami berdua. Bukan tentang antara aku dan juga dia tetapi ini tentang kita, apa mungkin aku hanya berharap saja, atau mungkin hanya perasaanku saja, entahlah dia memang aneh dia berbeda dengan gadis lainnya. Entah kapan dia akan beranjak dewasa dan berhenti membuat aku mencintainya meski aku sadar dia adalah sepupuku.

"Kak Yudha ngapain ngeliatin aku ajah?" Tanyanya

"Siapa yang ngeliatin kamu, ih GR!" Jawabnya

"Orang tadi kakak liatin aku kok!" Jawabku

"Masa sih" jawabnya

"Ia" jawabku ngotot

"Liat tuh muka kamu jadi belepotan gara-gara es cream" jawabnya

"Masa sih!" Jawabku

"Iya tuh!" Jawabnya seraya menyentuh bibirku yang terkena es cream

Dan pada sat itu gak sengaja aku sama dia jadi saling memandang satu sama lain.

"Apaan ini, kok jadi...." Ungkap ku

"Nih bersihin sendiri!" Jawabnya sambil memberikan sebuah tisu kepadaku

"Apaan sih udah moment begini malah kacau deh" ungkap ku sambil membual sendiri

"Kenapa kamu?" Tanyanya

"Enggak kak!" Jawabku sambil membersihkan wajahku dengan tisu

Kemudian dia menertawakan aku...

"Wkkkwkkkw..."

"Kenapa sih?" Tanya ku

"Enggak kamu lucu aja" jawabnya

"Iya emang aku badut apah di ketawain" ujarku sambil memalingkan wajahku

"Eh udah dong kamu jangan marah" ungkapnya

Dia memang begitu dia selalu melihat aku tetapi aku juga gak ngerti kenapa dia begitu meski begitu, dengan sikapnya aku selalu merasa ada sosok yang selalu menjagaku. Dia perhatian dan dia juga baik sekali padaku dan dia mampu membuatku merasa nyaman dengannya.

***

Merried By Accident (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang