TMC 18 : DELAPAN BELAS

4.2K 1.1K 99
                                    

Sambara membereskan buku-bukunya di atas meja belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambara membereskan buku-bukunya di atas meja belajar. Melihat jadwal hari ini sembari mengecek PR-nya tadi malam yang ia kerjakan.

Menambahkan beberapa poin pada penjelasan di PR-nya. Kalo soal belajar Sambara memang serius.

Setelah semua ia rasa selesai. Sambara pun turun ke lantai bawah. Menuju ke ruang makan.

Kedua orangtuanya sudah menunggu. Pintu utama terbuka lebar, beberapa pekerja sedang mengemasi kardus yang berisikan sembako. Memasukkan ke dalam mobil box.

"Itu apa, Pa?" tanya Sambara saat duduk di meja makan.

"Sembako untuk warga sekitar. Permintaan maaf karena mesin pabrik berisik, itu mesin lama dan belum diganti. Papa pesan mesin dari Jepang dan belum datang."

"Oh."

Juano menatap istrinya yang kini cekikikan geli. Sudah ia jelaskan malah dibalas "Oh." doang sama Sambara.

Sambara pun memakan sarapan yang sudah disajikan. Mie carbonara yang ia pinta.

"Gimana sekolahnya?" tanya Mama.

"Baik."

"Masih nggak ada yang nyantol?"

Sambara terdiam, ia mengunyah makanannya. Sudah tau apa yang dimaksud oleh Mamanya.

Lelaki itu mengeluarkan ponsel dari saku celana. Membuka galeri dan melihat sebuah poto disana.

Sembilan puluh persen galeri nya isi wajah gadis itu. Entah gadis yang mana dimaksud oleh Sambara.

Bahkan ia tak membiarkan orang lain menyentuh ponselnya. Kedua orangtuanya saja tak pernah menyentuh ponsel Sambara, apalagi sepupu-nya.

"Gimana hubungan kamu sama Tania?" celetuk Mama.

"Baik."

"Lihatin apa sih Sambara?" tanya Mama yang mulai kepo.

Sambara menunjukkan isi galeri nya pada Mamanya. Hanya memperlihatkan dari kejauhan saja.

"Dia?"

"Nyonya Sambara," jawab Sambara.

"Sambara itu Arsen!" pekik Mama.

Sambara langsung melihat ponselnya lagi. Kok Arsen? Kenapa harus ada lelaki ini di ponselnya.

"Kamu nggak gay kan Sambara?" seru Papa dengan takut-takut.

"Sambara pergi."

Lelaki itu langsung pamit pergi. Menyalami punggung tangan kedua orangtuanya secara bergantian.

Kepergian Sambara memberikan pertanyaan besar pada Evana dan Juano saat ini.

"Lebih baik kamu melakukan kesalahan di masa lalu daripada melihat anak kita menyukai sesama jenis," ujar Evana.

THE MAIN CHARACTER (PINDAH KE FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang