02 [Adorable little girl]

1.1K 107 3
                                    

Saat hamil Rachel belum pernah ngidam yang aneh-aneh. Menurut Yuta masih sangat normal jika meminta dibelikan mangga, atau buah-buahan terlebih ketika petang tiba. Membeli buah di jam-jam malam seperti itu masih bisa diusahakan oleh Yuta. Ia bisa membeli di supermarket yang senantiasa buka 24 jam.

Masalah makan pun tidak pernah memilih. Tidak seperti Wendy; kakak Rachel dari panti asuhan yang telah menikah dengan Moon Taeil, sudah mulai pilih-pilih makanan padahal kandungannya masih begitu muda. Yuta tidak membandingkan, toh setiap orang pasti berbeda. Rachel masih makan seperti biasa, pun jika disuruh meminum susu khusus ibu hamil ia menurut. Yuta tentu saja senang.

Namun siang itu berbeda. Sejak Yuta masih berada dikelas, ia sudah mendapati banyak rentetan pesan dan juga notifikasi missed-call dari Rachel. Membuat Yuta panik dan hampir melupakan laptop di meja, jika saja tidak segera membaca salah satu pesan yang diberikan oleh istrinya itu.

'Hehe, kangen' begitu tulisnya.

Geram sekaligus gemas dirasa oleh Yuta. Ia buru-buru memasukkan seluruh alat tulis ke dalam tas ransel. Sampai-sampai ia di tegur oleh Yuto, teman sekelasnya sejak SMA yang juga berada di jurusan yang sama sekarang.

"Buru-buru amat, Yut?"

"Bini gue kangen nih," Cengirnya.

Tanpa berbasa-basi lagi Yuta bergegas pulang. Senyuman lebar terus terpampang lebar di bibirnya karena membayangkan sosok Rachel di rumah. Ia tidak sabar untuk memeluk dan menciumi puncak kepala calon ibu itu dengan gemas. Ah... Yuta jadi menerka-nerka, anaknya nanti perempuan atau laki-laki, ya?

Kalau Yuta sih tidak peduli itu laki-laki atau perempuan. Asal bayi nya nanti lahir dalam keadaan sehat, ia pasti akan menerimanya dengan setulus hati.

Getaran ponsel yang di letakan di saku celana membuat Yuta menepikan motornya di bahu jalan. Rambutnya ia kibaskan setelah helm yang melekat di kepala ia lepas. Jangan heran mengapa ia masih setia dengan motornya ini. Dulu ia memang sempat ditawari oleh Ayah untuk memakai mobil milik Bunda yang biasa dipakai oleh Rachel, atau jika mau pun bisa membeli mobil baru. Tetapi di tolak Yuta dengan baik-baik. Ia masih ingin menikmati semilir angin saat berada di jok motor. Sehingga dengan kesepakatan Rachel, mobil milik perempuan itu akhirnya di jual. Uangnya mereka tabung untuk keperluan mereka ke depannya.

Kerutan muncul di dahi kala menemukan jika Rachel-lah yang menelpon dirinya.

'AAA Rachel♡ ' is calling....

Setelah membaca ulang nama penelpon ia lantas menggeser tombol hijau, menempelkan ponselnya ke telinga dan menyapa. "Halo, kenapa Chel?"

"Halo,"

"Yuta, kamu dimana?"

Berdehem sekilas, Yuta menjawab, "dijalan, ini berhenti bentar buat jawab telpon kamu. Kenapa? Mau titip sesuatu?"

Di balik sambungan telpon Rachel menganggukkan kepalanya beberapa kali. Perempuan yang masih berada di dapur itu semula berdiri di depan kulkas, setelah kembali menutup kulkas sebab tak menemukan sesuatu yang dapat di santap, ia lantas berjalan ke ruang tengah. "Aku pengen bakpao, tapi pengennya yang deket stadion dulu itu deh."

"Hah? Buset, jauh banget sayangku...." Yuta memegangi kepala. Bayang-bayang akan dirinya yang mengendarai sepeda motor kembali ke kota yang dulu mereka tinggali hanya demi membeli makanan bernama bakpao, betul-betul membuatnya pusing.

Suara tawa yang terkikik terdengar jelas, "iya, tau. Makanya aku ganti aja, nggak jadi bakpao tapi kue tart yang pernah kita beli dulu itu, Yut."

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang