"Papa tau nggak sih, masa nih ada temen aku namanya Renjun sama Aisha. Mereka tuh kaya kejebak friendzone gitu loh, Pa!" Ia waktu itu sempat mengadukan hal ini pada sang ayah. Perihal Renjun dan Aisha yang menurutnya sangat- uh, pokoknya menjengkelkan sekali deh!
"Ah, friendzone, ya? Kasihan banget," Papa menyahut, menggeleng pelan menandakan jika sosok itu juga merasakan apa yang ia rasa.
Ia menegakkan punggung, kepalan tangan ia pukulkan ke telapak tangannya. "Makanya aku pengen gitu mereka pacaran, soalnya gemes sendiri liat mereka sok-sok nggak tau sama perasaan sendiri. Renjun sama Aisha itu sama-sama denial, pokoknya!"
Papa terkekeh, menelan pie apel di mulut lantas bersuara lagi. "Yaudah kamu bantuin dong,"
Ia bertepuk tangan, hanya dua kali sebab tak ingin mengganggu yang lain. "Oh, jelas! Liat aja, nanti aku bakal bikin mereka jadian!"
Papa tersenyum, ia menaikkan kedua ibu jarinya. "Nah itu baru anak Papa, semangat begini."
Maka setelah pengaduan yang ia lakukan beberapa hari yang lalu itu didukung oleh Papa, sekarang ia memberanikan diri untuk mengirim pesan pada Renjun. Omong-omong soal Renjun dan Aisha, ia kini sudah terbiasa kemana-kemana dengan mereka. Makan siang bersama, ke kantin bersama (atau kadang bersama dengan teman Aisha juga, Yiren) lalu ketika pulang pun kadang saling menunggui.
Ternyata, Aisha itu selalu bersama dengan guru konseling mereka; Bu Rachel, ketika pulang. Awalnya ia kira bersaudara, karena demi apapun mereka berdua benar-benar mirip! Matanya yang tajam, mereka yang sama-sama tinggi, tapi ternyata tidak. Hanya bertetangga, tapi mereka berdua sudah saling menyayangi seperti keluarga, terang Aisha waktu itu.
Kalau Renjun, ia pulang dengan angkutan umum. Yah, hampir seperti Aisha sih, tapi mereka berbeda arah. Renjun terlalu malas membawa motor, katanya. Terlebih jika sudah waktunya pulang, tapi motornya itu belum bisa keluar. Maklum saja, ya. Renjun itu tipe murid rajin, yang berangkat pagi-pagi supaya tidak terlambat, sehingga ketika parkir pun motornya akan berada di barisan depan.
Dan dilihat-lihat, interaksi mereka berdua memang sangat dekat. Seperti sudah paham satu sama lain, tahu peringai masing-masing. Namun sayangnya harus tertutupi oleh status teman yang mereka miliki. Jaemin tahu, pasti baik Renjun atau Aisha sama-sama tidak mau pertemanan mereka terputus jika sudah mengikutsertakan perasaan kedalamnya. Tapi tenang saja, Jaemin pasti akan membantu mereka berdua.
Kalaupun mereka tidak mau berpacaran, minimal mereka bisa tahu perasaan masing-masing, pun bisa lebih saling menyayangi lagi ke depannya.
Ia sudah sangat yakin jika ide nya kali ini tidak akan gagal, lihat saja!
Huang Renjun
Renjun, besok lo ngga usah bawa bekal |
Bilang ke Aisha juga gausah bawa || Lah, masa mau bawa mam gaboleh si Jaem
Pokoknya nggak usah |
Biar gue yang bawain kalian || Hah, maksudnya?
Gue masakin dari rumah |
| Bentar anjir ini kenapa lo tiba-tiba bener dah
| Kaya biasa aja kenapa sih, kan nanti masih bisa makan bareng gue sama AishaUcapan terimakasih |
| Widih, udah berbuat apaan gue sampe ada ucapan terimakasih segala
Ya buat semuanya, lo sama Aisha |
udah baik sama gue| Yaudah deh iya
KAMU SEDANG MEMBACA
After Poisoned Love
Fanfiction• Sequel dari Toxic [ Mark Lee ] • Awal pernikahan mereka memang tak berjalan dengan baik. Namun seiring berjalannya waktu... keduanya sadar jika mereka tak dapat hidup tanpa kehadiran satu sama lain. Mereka saling membutuhkan, saling menginginkan...