07 [Friend?]

737 88 0
                                    

'Penyesalan akan datang diakhir' adalah kutipan yang sangat menggambarkan keadaan murid yang kemarin sudah menghajar teman satu kelasnya habis-habisan. Sekarang ini, ia merasa menyesal sebab telah melampiaskan emosinya yang entah mengapa sangat mudah di pancing, bahkan hanya karena hal sepele yang dilakukan sang teman.

Maka ketika melihat temannya itu datang, yang mana ditebak nya habis dari kantin karena membawa satu plastik berisi makanan ringan di tangannya. Ia segera berdiri dari bangku yang di duduki. Kaki panjangnya melangkah lebar menuju meja sang teman.

Kehadirannya disadari oleh satu-satunya perempuan di sisi pemuda itu. Siswi itu berdecak, berdiri dari duduknya dan berkacak pinggang sambil menatapnya geram. "Ngapain lo kesini? Mau bikin Renjun babak-belur lagi?"

Merasa namanya disebut, pemuda itu; Renjun mendongak. Ia membulatkan kedua bola matanya saat mendapati Jaemin di sana. "Jaem?" panggilnya pelan.

Jaemin menghela napas, ia mengulurkan lengannya kearah Renjun. Tetapi belum sempat diterima, lengannya itu sudah lebih dulu di tepis kasar oleh perempuan yang tadi menyalak padanya. "Nggak usah pegang-pegang Renjun!"

"Sha, udah kali," Renjun menarik tangan Aisha, "biarin Jaemin ngomong dulu kenapa sih,"

Aisha mendengus, ia lalu duduk di kursinya dengan kasar. Membuka kemasan biskuit yang dibelinya dengan cepat, lantas menggigitnya besar-besar sebagai bentuk pelampiasan rasa kesal. Mau bagaimanapun, ia masih tidak bisa terima dengan kejadian Jaemin yang menghajar Renjun kemarin.

"Renjun, gue... Gue mau minta maaf ke lo." Ujarnya, kembali mengulurkan tangan besarnya kearah Renjun.

Sebab posisi duduk Renjun berada di sisi tembok, sementara Aisha di pinggir, membuat uluran tangan itu berada tepat didepan Aisha. Mata tajamnya melirik Renjun, mengawasi respon teman satu bangkunya itu dalam diam. Kunyahan di mulutnya terhenti saat melihat Renjun menjabat tangan Jaemin. Semudah itu Renjun memaafkan Na Jaemin?

Renjun yang meski wajahnya masih sedikit nyeri tetap melempar senyuman tipis pada Jaemin. "Gue juga minta maaf udah bikin tugas lo bahas, Jaem. Kemarin padahal gue udah mau minta maaf ke lo, tapi keburu lo samperin dan lo hajar di kantin jadi ya gitu, hahaha."

Kepala Jaemin tertunduk mendengar jawaban Renjun. Ia dan Renjun dulu berteman dekat ketika di bangku pertama. Tetapi karena satu hal berat menimpa hidupnya, Jaemin menjadi tertutup, semakin lama menjadi semakin jauh pula dengan Renjun. Hingga kini ketika keduanya berada di kelas dua-belas, hubungan pertemanannya dengan Renjun bagaikan sosok asing yang tidak saling mengenal.

"Gue... gue beneran minta maaf, Jun. Muka lo pasti masih sakit, ya?" Ia memberanikan diri bertanya.

Tidak dijawab oleh Renjun, melainkan oleh Aisha, "jelas lah! Astaga Jaem, lo kemarin beneran kaya orang nggak waras tau nggak?"

Rasanya Jaemin ingin mengubur diri saja sekarang ini. Sebelumnya ia tak pernah diteriaki begini oleh perempuan. Ia tak terima, tapi entah mengapa ia tak bisa melawan ucapan Aisha. Ia merasa jika apa yang diucapkan oleh gadis itu adalah benar.

"Gue cuma mau bilang itu," Jaemin bersuara, ia menatap Renjun dan Aisha bergantian sebelum berujar kembali, "gue pamit."

Namun, bahkan belum sempat melangkah pergi, bahunya di sentuh oleh jemari lentik milik si gadis. Aisha melepaskan telapak tangannya dari bahu lebar tersebut kala Jaemin telah menoleh. Raut wajahnya nampak seram, alis tebalnya lagi-lagi bertaut seperti sedia kala. Duh, harusnya Aisha tidak melakukan itu.

Melawan rasa takutnya, Aisha mengangkat kotak bekal miliknya agar dilihat oleh Jaemin. "Daripada ke kantin, mending lo makan sama kita. Kebetulan, Bunda gue bawain bekal banyak."

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang