11 [Night]

733 88 4
                                    

"Mama... boleh, ya?"

Tidak ada angin, tidak ada hujan, Haruto tiba-tiba merengek ingin nginep di rumah Aisha. Anaknya itu sejak sore tadi sudah mengeluarkan jurus andalan dengan memajukan bibir, menggoyangkan lengan Rachel berkali-kali sambil mengucapkan permintaannya itu. Heran, tumben sekali. Dulu saja jika diajak menginap menemani Aisha, Haruto selalu ingin pulang dan tidur dengan Papa.

Haruto manyun, ia beralih menggoyangkan lengan Papa, "boleh kan, Pa?"

Yuta menghela napas, "kasihan kak Sha nanti kalo kamu rewel. Bobo di rumah aja deh, sama Papa."

Aisha yang sejak tadi hanya menggaruk pipi dengan canggung, kali ini bersuara, "hehe, om, tapi aku nggak akan repot kok. Soalnya Haruto bisa aku jadiin alesan juga supaya nggak diajak keluar temen-temen."

"Mau pada kemana malem-malem?" Rachel menyahut, ia menaruh ponsel di meja untuk menatap Aisha.

Yang ditanyai menggeleng ragu, "nggak tahu sih, kayaknya kau nonton film gitu. Yang baru rilis itu loh, tante."

"Lagian kamu tumben banget mau tidur di rumah kak Sha?" Yuta menyentil telinga anaknya main-main.

Haruto pamer cengiran dan membalas, "hehe, aku mau baca komik sama kak Sha!"

"Astaga, beli komik baru lagi, Sha? Nggak kapok-kapok," Rachel menyela, berkacak pinggang sambil menggeleng heran dengan kelakuan Aisha. Pasalnya gadis itu sudah membeli tiga buah komik satu minggu yang lalu. Dan kali ini, sudah membeli yang baru lagi. Sudah Rachel bilang jika komik-komik itu tidak dapat dijual kembali ketika ia sudah bosan membaca. Tetapi gadis itu tetap ngeyel dengan dalih 'dapat di sumbangkan'.

Aisha nyengir lebar, tak menyahut sebab ucapan Rachel sepenuhnya benar.

Kalau sudah begitu alasannya, Rachel tak dapat menolak. Ia sendiri tahu betul jika Aisha memang tak bisa keluar malam, tidak suka angin malam yang dinginnya menusuk tulang. Lagipula, esok adalah akhir pekan. Aisha tidak bersekolah, pun Haruto yang juga libur sekolahnya.

Maka dengan anggukan dua kali, ia mengiyakan. Berbuah sorakan senang dari dua bocah berbeda umur yang duduk bersila di karpet depan televisi nya. Haruto melompat kearah Aisha, menerjang gadis itu dengan pelukan erat hingga hampir terjatuh ke belakang. Tawa cekikikan terdengar setelah itu.

Sementara Yuta, hanya menggeleng dengan senyuman di bibir ketika ia melirik.

"Seneng banget kayaknya dia," Yuta merangkul bahu Rachel yang masih melambai-lambai ke arah Haruto. Anaknya itu sudah berjalan dengan Aisha menjauhi pekarangan rumah. Dengan membawa dua boneka berbentuk buah strawberry, juga satu botol susu di tangan. Aisha lah yang kerepotan membawa semua itu.

Rachel menoleh, lantas mengangguk, "Aisha anaknya baik sih, makanya Haru betah sama dia."

Yuta menoleh, mengamati paras Rachel dari samling. Bulu matanya yang panjang bergerak lambat ketika berkedip, kedua sudut bibirnya masih terangkat sebab senyuman masih belum luntur dari saja. Kedua pipinya yang berisi membuat Yuta tak tahan untuk tak menggerakkan tangan dan menariknya gemas.

"Aw," Rachel memekik kaget, langsung membalikkan tubuhnya dan memukul bahu Yuta main-main. "Sakit!"

Namun sang suami malah tertawa. Tubuh besar itu mendekat, merengkuhnya ke dalam pelukan hangat sambil berbisik di telinga, "sorry,"

Tubuh besar itu didorong oleh Rachel, "jangan peluk-peluk disini ah, malu kalo diliat orang."

"Jadi, kalo di dalem boleh?"

Pipi yang telah merona parah itu digaruk pelan oleh Rachel. Meksi tak gatal, tapi hal itu mampu menyamarkan rasa gugupnya— sedikit. Ia berdehem, mendongak sedikit demi menatap Yuta. Sial, suaminya itu ternyata masih setia menatapnya tepat di netra. Membuat ia yang hendak menjawab pun bagai tertelan lagi suaranya. Ia gugup sekali, tolong!

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang