20 [Ignore]

492 70 25
                                    

"Pak Yuta!"

Seruan yang berasal dari ujung lapangan basket indoor itu terdengar bergema. Buat beberapa orang yang berada di sana ikutan menoleh seperti si pemilik nama, tapi setelahnya kembali pada kegiatan masing-masing. Hanya Yuta sendiri saja yang membalas seruan itu dengan lambaian tangan.

"Hei!"

Wanita berkepang satu juga bertopi itu lekas berlari mendekat. Menjulurkan kepalan tangan guna mengajak rekannya itu untuk melakukan tos khas dari tim mereka.

Yuta menyunggingkan senyum, "baru sampe?"

Wanita itu mengangguk, mengedikkan dagunya menunjuk tas ransel di punggung. "Iya, nih sekalian bawa seragam buat pemain cadangan. Katanya mau nambah dua orang kan, Pak?"

"Iya, jaga-jaga aja sih, soalnya latihan kali ini kan jor-joran banget. Saya takutnya kalo sampe ada yang tumbang." Sahutnya, kemudian mengamati wanita yang tengah sibuk mengeluarkan isi tas itu lamat-lamat.

Sooyoung, atau lebih akrab dipanggil Joy oleh anak-anak di tim mereka (tetapi Yuta lebih nyaman memanggilnya Sooyoung) adalah petugas kesehatan yang bergabung sejak beberapa bulan lalu. Sosoknya masih muda, umurnya bahkan satu tahun di bawah Yuta. Meski Yuta pernah berkata jika Rachel-lah perempuan paling cantik di dunia, tapi ia juga tak bisa menampik keelokan paras Sooyoung. Wanita itu bagai bidadari; cantik, bukan hanya paras tapi juga hati.

Sosok Sooyoung juga sangat di sukai oleh tim mereka. Bukan suka dalam artian harfiah, melainkan suka sebab wanita itu cekatan, sigap menangani anak-anak tim jika sedang cedera. Sudah begitu, Sooyoung juga sering memasak untuk mereka semua. Dibantu dengan dua rekan lain di bidang kesehatan.

Yuta dan Sooyoung sendiri, bisa dikatakan cukup akrab untuk ukuran rekan satu tim. Yeah, makan siang bersama, berbincang bersama, bercanda-gurau bersama pula, termasuk dalam batasan cukup akrab bukan? Harusnya sih memang begitu. Akan menjadi melewati batas jika Yuta sampai memikirkan sosok Sooyoung semalam penuh.

Jujur saja, akhir-akhir ini fokus Yuta tengah terbagi. Untuk Rachel dan Haruto, juga sebagian untuk Sooyoung. Yuta sendiri tidak paham, mengapa ia bisa sampai seperti ini? Ia harusnya tidak memikirkan Sooyoung terus menerus.

Tapi, bagaimana bisa Yuta berhenti memikirkannya, jika Sooyoung saja selalu eksis di sisi nya begini?

"Makasih, ya," Yuta tersenyum, menerima roti isi dari kotak bekal yang lumayan besar, yang dibawa oleh Sooyoung.

Sooyoung mengangguk, kemudian memanggil anggota tim yang lain untuk mengambil bagian. Seperti biasa, mereka akan mengisi perut terlebih dulu sebelum memulai pemanasan dan berlatih.

Tim sepak bola inti tiba, mengambil bagian mereka lalu sibuk mengunyah. Yuta; sebagai si pelatih, mendekati mereka. "Data yang waktu itu kalian isi, sudah saya lampirkan ke panitia. Jadi, sebelas orang ini harus betul-betul berlatih dengan baik. Saya nggak mau kalau sampai kalian mundur, atau merasa minder atas kemampuan kalian sendiri untuk lomba nanti. Ingat, ini bukan hanya menyangkut nama tim, tapi nama besar kota ini juga akan terkena imbas kalau sampai kalian macam-macam. Paham?"

"Paham, coach!"

Yuta mengangguk, "kalau begitu, lanjutin makannya. Lima menit lagi saya tunggu di tepi timur."

Setelah memberi perintah demikian, Yuta bergegas mengambil peluit di tas kecil miliknya. Mengalungkan tali panjangnya ke leher, lalu menyelipkan peluit tersebut ke saku di sisi kiri dada. Ia berkacak pinggang, mengamati tim inti yang mulai beranjak ke tepi timur seperti arahannya.

Sibuk mengamati, Yuta sampai tidak sadar jika Sooyoung berada di sisinya.

"Udah deket turnamen aja, ya, Pak." Sooyoung berceletuk, menarik atensi Yuta di sampingnya.

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang