06 [That student]

735 98 15
                                    

Rachel sebelumnya belum pernah menangani kasus dari murid bernama Jaemin, sebanyak Doyoung menangani siswa itu. Hanya dua atau tiga kali, yang mana masalahnya masih terbilang ringan jika dibandingkan dengan perkara kali ini. Pertama, ketika siswa itu terlambat. Ia menghukum Jaemin bersama murid-murid yang terlambat lainnya untuk berlari mengelilingi halaman sekolah. Kedua, saat Jaemin memecahkan kaca jendela ruang guru. Ketiga, saat Jaemin memalak uang adik kelasnya dan mengancam akan memukul jika sampai ia dilaporkan. Naasnya, Rachel melihatnya hampir memukul salah satu adik kelas itu dan berakhir digiring ke ruang konseling.

Saat bertengkar dengan Changbin, harusnya menjadi masalah keempat yang Rachel tangani dari murid bernama Jaemin ini. Tetapi ia kewalahan, Jaemin kerap bungkam jika ditanyai olehnya. Sehingga ia memilih menyerahkan Jaemin pada Doyoung yang telah terbiasa menangani kasus semacam ini.

Dari cerita yang didengar dari Doyoung, Jaemin memang bermasalah. Seperti yang dikatakan rekannya itu, Jaemin mulai bermasalah saat pertengahan kelas sebelas. Mulai melancarkan aksi pemberontakan dan pelanggaran terhadap tata terbit sekolah padahal sebelumnya sangat taat juga rajin. Itu membingungkan hampir seluruh guru di sekolah. Melihat Jaemin yang dulu penuh binar semangat, kini berubah menjadi Jaemin yang hanya tahu cara memukul dan menyalak, menatap tajam pada siapapun, serta tak segan untuk melawan ucapan gurunya di kelas.

Rachel hanya dapat menganalisa dan menerka-nerka segala penyebabnya. Ia baru sekitar empat bulan terakhir ini menjadi guru konseling bagi kelas dua-belas, menggantikan Hyuna. Sehingga baru kali ini pula ia bertemu langsung dengan Jaemin. Berhadapan dan bertatapan dengan hanya dipisahkan oleh meja berlapis kaca di depan mereka.

"Kamu tidak berniat menceritakan alasan kalian bertengkar? Tidak mungkin jika kamu dan Renjun saling pukul tanpa sebab." Rachel bersuara.

Renjun adalah siswa yang terlibat adu otot dengan Jaemin di kantin beberapa menit lalu. Wajahnya dihiasi banyak lebam, berbeda jauh dengan Jaemin yang hanya memiliki luka sobek di sudut bibir dan memar di rahang bawahnya. Bisa ditebak, jika Jaemin menang telak. Mengingat Renjun bertubuh lebih pendek dari Jaemin. Sementara Jaemin ia bawa ke ruang konseling, Renjun dibawa Aisha ke UKS untuk diobati lukanya.

"Saya..." Jaemin berujar lirih, "saya nggak sengaja."

"Saya tau kamu bohong, Jaemin. Ketidaksengajaan nggak akan bikin kamu kesetanan kaya tadi. Renjun babak belur, itu karena ulah kamu." Rachel menyahut. Ballpoint di tangan ia ketukkan ke meja sekali, "jawab saya dengan jujur, apa penyebab kamu memukul Renjun?"

Hening, Jaemin tidak segera menjawab melainkan mengacak rambutnya hingga kusut. Ia bersandar ke belakang, "saya kesel sama Renjun. Dia numpahin air minumnya ke buku saya di kelas."

Raut wajah Jaemin datar saat mengatakannya. Nadanya lesu, tidak tersirat emosi apapun jika ditilik dari intonasinya. Tetapi Rachel tahu, sorot mata itu tak bisa berbohong. Kedua alisnya bertaut meski samar, kedua tangannya kembali terkepal di balik meja.

"Tapi bukan berarti kamu bisa langsung memukulnya kan? Kalian berdua bisa berbicara baik-baik, kamu juga bisa meminta Renjun mengucap maaf kepada kamu. Jaemin, dengar, tidak semua hal bisa diselesaikan dengan otot. Sesekali kamu harus menggunakan akal dan nurani dalam bertindak." Rachel menunjuk kepala saat mengucap kata 'akal', tak lupa menekan dada ketika bibirnya mengucap 'nurani'.

Sepasang netra nya kembali menatap Jaemin, berharap anak itu mau menyahuti ucapannya atau sekedar mengucap maaf atas kecerobohan yang telah dilakukan. Tetapi nyatanya Jaemin bungkam. Tidak mengucapkan apa-apa, melainkan membawa pandangannya kearah lain. Mengabaikan eksistensi Rachel.

Menghela napasnya kasar, Rachel membuka laci meja nya. Mengambil satu lembar surat panggilan orang tua, menuliskan nama terang Jaemin, menuliskan jam dan tempat, serta membubuhkan tanda tangan nya di bagian paling bawah. Setelahnya, ia memasukkan surat yang telah dilipat itu ke dalam amplop putih polos. Ia menyodorkan benda itu ke arah Jaemin, "kasih ini ke tua kamu. Setelah orang tua kamu membaca ini, saya yakin mereka sudah tahu jika mereka diundang untuk datang."

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang