Aisha tengah bersiap membuka kotak bekal ketika suara ricuh dari luar kelas terdengar. Ia lantas bangkit, pikirannya tertuju pada Renjun dan Jaemin yang memilih tinggal lebih lama di kantin; keduanya menyuruh Aisha untuk kembali ke kelas lebih dulu. Meski sudah lumayan dekat, tapi tak dapat dipungkiri jika Aisha pun masih was-was dengan Jaemin. Bocah itu kan dulunya sangat berandal, bisa saja Jaemin kumat dan membuat ulah kan?
Tubuh tingginya agak berjinjit, hendak melihat kerumunan di dekat gawang di tengah halaman sekolah. Betulan ramai. Orang-orang seperti tengah mengerubungi sesuatu entah apa itu.
Karena ia pun kepo, maka ia langkahkan kakinya menuju kerumunan. Sudah lupa akan kotak bekal yang berada di atas meja.
Samar-samar ia dapat mendengar seruan 'stop' dan 'cukup' berkali-kali. Buat ia makin was-was, sidah bisa mengira jika yang terjadi adalah perkelahian. Dan nama Jaemin jelas langsung muncul di otaknya. Hanya bocah itu yang kerap membuat ulah sampai jotos-jotosan.
Langkah kaki ia percepat, kemudian menerobos kerumunan yang ada. Ia bisa melihat Pak Doyoung mencoba menahan lengan salah satu murid yang tidak ia kenal; atau mungkin karena posisi murid itu pun membelakanginya. Sehingga ia kembali bergerak agar bisa menilik rupa dua murid yang sedang adu jotos dengan jelas.
Sesaat setelahnya ia membulatkan mata, melihat bagaimana Jaemin dengan lebam-lebam kebiruan di wajah dan Renjun yang kewalahan menahan tubuh Jaemin yang meronta. Seperti tidak terima ketika pergerakannya di tahan oleh sang teman. Sementara murid lain yang menjadi lawan Jaemin, sepertinya adik kelas; sebab Aisha jarang melihatnya di sekitar gedung kelas dua-belas. Hell, mengapa Jaemin mencari perkara dengan adik kelas sih?
"Lo kenapa lagi?" Ketika sampai di sebelah Jaemin, ia ikut memegangi bahunya dan meremasnya sedikit. Jaemin menoleh sebentar, kemudian mendesis, tidak menjawab pertanyaannya.
"Ini masih pagi, ya! Kalian itu kenapa sih, nggak bisa apa kalo anteng satu hari aja? Kalo punya masalah itu di selesaikan secara baik-baik! Jangan asal jotos seperti ini!" Pak Doyoung berseru, buat semua orang di sana diam sebab takut akan amarah sang guru konseling.
Pak Doyoung terengah-engah, matanya melirik sinis pada Jaemin yang tengah dipegangi oleh Renjun dan Aisha. "Kamu juga!"
"Sudah bagus kamu nggak berbuat aneh-aneh akhir-akhir ini, sudah bagus jadi anak baik-baik. Sekarang malah kumat lagi? Kalo nggak berantem, nggak tenang kah hidup kamu?"
Jaemin berdecak, "gue lagi, anjing."
"Ngomong apa kamu? Ngelawan saya? Kalo dikasih nasehat itu didengarkan dulu, kemudian direnungkan! Bukan malah ngejawab!"
Aisha menepuk punggung Jaemin, kemudian menggeleng pelan sebagai tanda agar pemuda itu tidak kembali bersuara ketika Jaemin menoleh padanya.
"Sekarang semuanya bubar kecuali Jaemin dan Jaehyuk. Kalian berdua ikut saya ke ruang BK."
***
Bel istirahat berbunyi, otomatis semua murid segera berhamburan ke kantin untuk mengisi perut atau sekadar membeli camilan. Sama halnya dengan Jaemin, Renjun, dan Aisha. Tiga sekawan itu berjalan bersisihan, berniat hendak membeli makanan pendamping saja sebab ketiganya sama-sama membawa bekal.
"Eh, lo tau yang adik kelas sama si Jimin itu nggak?" Aisha sudah memulai sesi pembicaraan yang sebetulnya tidak bagus jika di lakukan. Namun meski begitu, Renjun dan Jaemin tetap menanggapi.
Terlebih renjun, semangat sekali ketika membalas, "tau lah! Gila anjir kalo beneran."
"Katanya udah dibawa ke ruang BK sih gue denger dari anak-anak kelas sebelas." Aisha membalas lagi, buat Renjun anggukkan kepalanya paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Poisoned Love
Fanfiction• Sequel dari Toxic [ Mark Lee ] • Awal pernikahan mereka memang tak berjalan dengan baik. Namun seiring berjalannya waktu... keduanya sadar jika mereka tak dapat hidup tanpa kehadiran satu sama lain. Mereka saling membutuhkan, saling menginginkan...