04 [Brightest sun]

878 97 3
                                    

"Kak,"

Suara itu terdengar, merasuk dalam rungu yang pemiliknya masih setia terpejam. Bahu tertutup selimut itu di sentuh pelan, di tepuk beberapa kali sampai akhirnya kedua kelopaknya terbuka. Sambil mengerjap, sosok itu bangun. Ia menguap lebar, yang mana langsung di tutupi dengan punggung tangan si pemanggil.

Wanita itu berdecak, "kak jangan kebiasaan ah,"

"Iya, maaf bu guru," Yuta meraih telapak tangan itu dan menciumnya. Layaknya seorang murid jika sehabis melakukan kesalahan, lalu meminta maaf pada guru mereka.

Sejak Rachel lulus dan mendapat pekerjaan sebagai guru bimbingan konseling di sebuah sekolah menengah atas, Yuta juga mendapatkan hobi barunya; yakni menggoda Rachel. Ia kadang kala akan langsung melakukan posisi hormat ketika Rachel mendekat, lalu saat tidak sengaja membuat anak mereka menangis ia akan langsung mencium tangan wanita itu dengan menyebutnya 'bu guru'. Dan tentunya hal itu langsung dihadiahi Rachel dengan jeweran di telinga.

Pernikahan mereka kini telah berjalan selama kurang lebih enam tahun. Dengan Yuta yang telah mendapat pekerjaan sebagai guru olahraga, yang akhir-akhir ini juga mengambil job sebagai pelatih salah satu tim sepak bola kota mereka. Sementara Rachel, setelah melahirkan sang anak ia memutuskan untuk menunda kuliahnya. Baru ketika anaknya itu berumur satu tahun, ia mengambil jurusan Bimbingan Konseling di kampus yang sama dengan Yuta.

Dalam mengurus anak, ia banyak di bantu oleh Sakura dan juga Mama Yuta. Mereka berkunjung ke rumah, membawa banyak sekali oleh-oleh berupa baju-baju bayi. Padahal Rachel dan Yuta sudah membeli pakaian bayi dan keperluan lainnya dari jauh-jauh hari. Tetapi ibu mertuanya itu tetap teguh pendirian menyuruh ia agar menerima semua pemberiannya.

Keputusan Yuta untuk menjadi guru sebetulnya sedikit melenceng dari keinginan Ayah Rachel. Jongin ingin sekali Yuta mengambil jurusan bisnis agar dapat melanjutkan perusahaan furnitur miliknya, sebab ia berencana untuk pensiun dini. Tetapi karena Yuta menolak, maka rencananya untuk pensiun itu ia urungkan. Ayah tidak masalah dengan semua pekerjaan, terlebih guru yang bisa disebut sebagai pekerjaan paling terpuji. Asal Yuta dapat menjalani dengan baik pun dapat membagi waktu dengan keluarga, maka Ayah tidak akan risau.

Yuta jelas lulus lebih dulu, lantas langsung mencari pekerjaan magang sebelum nantinya menjadi guru tetap. Beruntung, belum genap satu tahun ia sudah bisa mendapatkan itu. Ia di titah kan untuk mengajar pelajaran olahraga di sebuah sekolah elit di kota mereka. Sementara Rachel, setelah lulus pun berhasil digaet salah satu sekolah ternama. Sayangnya, sekolah tempat mereka mengajar ini lumayan jauh. Sehingga mereka hanya dapat berangkat bersama sebab jam pulang yang berbeda.

"Mama mau itu juga!" Cangkir berisi kopi yang berada ditangan Rachel ditunjuk oleh jemari mungil sosok di ujung meja makan. Bibirnya mengerucut, masih setia menunjuk cangkir keramik di tangan sang ibu.

Rachel tersenyum, diletakkannya cangkir di meja. "Ini buat Papa," Ia mengelus surai sang anak yang telah mencapai tengkuk, "kamu belum boleh minum ini."

Bocah laki-laki yang berumur lima tahun itu membulatkan bibir, "oh... Emangnya kenapa?"

"Belum cukup umur, wle!" Yuta menyahut, menjulurkan lidah demi mengejek sang anak. Senang rasanya saat melihat wajah itu merengut ke arahnya, persis seperti sang ibu jika sedang ngambek.

"Kak," Rachel melirik Yuta. Yang dilirik langsung kicep dan tak berani melawan.

Rachel beralih pada sang anak, "Haru kan umurnya baru lima tahun, jadi belum boleh minum kopi kaya Papa. Nanti kalo sakit perut, terus di sekolah jadi ke kamar mandi terus, gimana hayo?"

Kepala kecil itu menggeleng ribut, "Haru nggak mau!"

"Nah, sekarang Haru habisin makannya dulu abis itu minum susu, oke? Biar tinggi kaya Papa."

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang