29 [Sneak Peak]

327 27 6
                                    

Jaemin menghela napas, mata mengantuknya melirik ke kanan, memperhatikan Aisha. Remaja itu kini tengah memainkan permainan Dumb Ways to Die yang menurut Jaemin sangat membosankan. Sebab dulu, ketika aemin memainkannya Jaemin kerap kebingungan. Sepertinya memang permainan dengan nuansa cerah itu tidak cocok dengannya, tidak se-level.

Meski hanya memainkan sebuah permainan sepele, nyatanya taut wajah Aisha menyatakan hal sebaliknya. Kedua alisnya bertaut, bibirnya sudah amnyun-manyun sebab terlalu fokus. Kalau saja bisa Jaemin ingin sekali menyentil jidat tertutup poni itu, kemudian meneriakkan "Biasa aja kali!" di telinga Aisha. Namun tentunya tidak, hanya menjadi angan semata. Jaemin mana mungkin melakukan itu, bisa-bisa image cool nya hancur nanti. Toh selain itu, mungkin ia akan di rujak habis-habisan oleh Renjun.

Omong-omong mereka berdua tengah berada di dekat kantin saat ini. Meninggu Renjun yang mampir ke kantin untuk membeli minum.

Seharusnya, Jaemin masih berada di depan Ruang Konseling menunggu Om Mark berbincang dengan Bu Rachel. Akan tetapi ketika netranya menangkap presensi Aisha dan Renjun ia malah mengikuti mereka dan berakhir di sini. Masa bodoh dengan obrolan orang dewasa itu, ia tak terlalu peduli. Sebab dirinya sudah tahu apa yang akan Om Mark katakan pada guru nya.

Matanya kembali melirik Aisha, mandapati gadis itu tengah menatapnya. Kedapatan menatap begitu, Aisha tak alihkan pandangan. Justru bertahan dengan mata setajam ujung pisau itu.

Penasaran, itu yang Aisha rasakan sekarang. Sebab meski tengah berada dalam keadaan mengerikan, Jaemin masih tetap memasang wajah datar nan santai seperti ini. Momen ketika wali murid sudah dipanggil ke ruang konseling adalah situasi yang mengerikan menurut Aisha. Yah, Aisha kan sudah menjadi murid teladan sejak dulu. Jadi, tak ada yang namanya panggilan wali murid seperti itu. Kecuali jika memang ada kepentingan.

Yang ditatap hanya lampirkan senyum tipis dan tetap bersuara dua detik setelahnya. "Kenapa lo?"

"Bisa-bisanya ya lo," Aisha menggelengkan kepala, "kenapa lo masih santai kaya gini? Padahal, lo itu lagi di situasi urgent Jaem. Lo bisa aja di drop out dari sekolah!"

Jaemin anggukan kepala dua kalo, "ya... tau."

Aisha berdecak, ia meninju lengan Jaemin main-main, "kalo tau, harusnya lo-"

"Nangis terus ngerasa tertekan gitu? Udah capek gue tertekan mulu." Jaemin memotong ucapan Aisha. Buat gadis itu membeliak kaget sebab baru mendapati Jaemin bersikap demikian. Apa mungkin ia keliru berbicara begitu pada Jaemin, ya?

Agak kikuk ketika Asiha hendak meraih kemeja Jaemin dan mengatakan maaf, "eh... Maaf, gue nggak maksud gitu, Jaemin."

Bukannya menyahut perkataannya, Jaemin malah berdiri. Tidak menggubris ucapan maafnya, kemudian berjalan meninggalkan ia dan kebingunan di sisi. Jaemin juga tak menolehkan kepala sama sekali. Membuat Aisha lagi-lagi berpikir, apa mungkin ucapannya keterlaluan sampai membuat Jaemin tersinggung?

Jujur, Aisha sendiri juga tidak tahu soal bagaimana hidup Jaemin. Soal dimana bocah itu tinggal, soal orang tua nya, pun bagaimana kisah hidupnya sehari-hari, Aisha sungguh tak menahu soal itu. Menurut Aisha sendiri Jaemin itu tipe manusia yang tidak banyak omong.

Pokoknya Jaemin itu tidak seperti Renjun yang apa-apa selalu di adukan kepadanya.

Masih dalam keadaan tercengang sebab diperlakukan seperti itu, Aisha menyadari kehadiaran Renjun di depannya. Cowok itu melambaikan tangan diepan wajahnya beberapa kali sebelum menyebut namanya. Renjun nampak heran karena tidak menemukan Jaemin dengan Aisha, heran karena ekspresi Aisha yang tampak terkejut.

Ketika Aisha berdiri dan kemudian mereka berjalan berdampingan, barulah Renjun bertanya, "kenapa lo tadi?"

"Kayaknnya gue salah ngomong deh," jawab Aisha dengan suara lirih, sedikitnya juga merasa bersalah sih pada Jaemin.

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang