27 [Different Feeling]

720 69 22
                                    

Hari pertama tanpa adanya Yuta di sisi tempat tidur, Rachel merasa kosong. Yang biasanya selalu beralasan masih ngantuk meski sudah ditakut-takuti jika jam telah menunjukkan angka enam pagi, yang selalu usil memeluknya dari belakang ketika ia hendak bangkit dari ranjang, rasanya... betulan kosong. Bukan mau bersikap posesif atau apa, ya. Hanya saja Rachel belum terbiasa ditinggal pergi jauh oleh Yuta. Paling-paling hanya kegiatan reuni dengan teman kampus, itu pun Yuta akan kembali ke rumah ketika malam tiba.

Helaan napas membawa seluruh perasaan rindunya ke udara untuk hari ini. Yeah... setidaknya hari ini.

Matanya mengerjap ketika samar-samar mendengar suara tawa Haruto. Refleknya membawa ia untuk segera bangun, tergopoh-gopoh berlari menuju sumber suara yang ia tebak adalah dapur. Perasaan cemas mendadak muncul, teringat jika Haruto sudah mulai bisa menggapai kompor juga rak penyimpanan pisau dapur miliknya. Takut-takut bocah itu iseng menyalakan kompor, kan bahaya.

"Hahahaha... Yayah baru tau kalo Papa suka peluk-peluk Mama kaya gitu," Itu suara Ayah, ia langsung melotot ketika menyadari apa yang baru saja memasuki rungu nya.

Sinting, jangan-jangan Haruto berbicara yang tidak-tidak soal ia dan Yuta?

"Hihihihi, iya! Padahal ada Ruto duduk di sana," Jemari kecil itu menunjuk meja makan, "tapi Papa kayaknya nggak peduli sama Haruto."

Nggak peduli yang dimaksud si bocah ini, adalah cuek saja dengan kehadirannya.

Jongin terkekeh, mengelus surai Haruto sambil berucap, "tandanya, Papa sayang dong sama Mama."

"Pagi-pagi pada ngomongin apaan sih?"

Dua adam itu lantas menoleh, Ayah nampak terkejut sementara Haruto pamer cengiran melihat kehadiran sang Mama. Tak ayal, kehadiran Rachel pun buat Jongin gelagapan. Ketahuan sudah kedoknya dalam mengulik kehidupan putri sendiri. Astaga... kalau Jennie sampai tahu, ia bisa di rujak selama berhari-hari nih.

Mencoba biasa saja supaya tidak terlihat gugup-gugup amat, Jongin menyapa, "pagi anak Ayah yang paling cantik!"

Rachel tersenyum, membalas sapaan itu sembari mengusap kepala Haruto, "pagi juga, Ayah... Ini Haru tumben banget udah di dapur?"

"Huum! Aku tadi udah ke kamar Mama, tapi kayaknya Mama capek. Jadinya aku bangunin Yayah deh," Haruto mengakhiri kalimatnya dengan cengiran lebar. Yang sebetulnya buat Rachel agak merasa tidak enak. Harusnya ia sudah bangun pagi-pagi tadi, kemudian bisa segera memasak untuk Ayah dan juga Haruto.

Ketika Haruto akhirnya berpindah tempat menuju meja makan sambil menyantap roti bakar berisi ham juga selada, Rachel menyandarkan kepalanya di bahu Ayah. Sehingga Ayah yang tengah membalik roti di atas teflon menoleh dan berdehem penuh tanya, "hm? Kenapa?"

"Harusnya aku, ya, yang bikin sarapan."

Jongin terkekeh, mengusap sebelah wajah Rachel yang masih kuyu sebab belum mencuci muka sama sekali. "Nggak papa kali, Chel. Ayah nggak keberatan kok."

"Nah iya kaya gitu!"

Rachel sontak menoleh, diikuti kepala Jongin yang juga menoleh sebab penasaran, "Apanya yang kaya gitu?"

"Mama sama Papa, kan mirip kaya Mama sama Yayah. Peluk-peluk, tapi kalo Papa biasanya sambil cium-cium Mama sih." Celetuk Haruto, kemudian tanpa rasa bersalah kembali memakan roti bakarnya dengan tenang. Tidak tahu saja jantung Mama nya tengah jedag-jedug kini. Malu sekali, sebab kelakuannya dan Yuta diketahui Ayah.

Jongin yang menyadari jika putrinya itu nampak gugup, lantas berdecak, "Nggak papa, Chel...
Santai aja, Ayah mah nggak akan gimana-gimana."

Rachel mengangguk, tapi belum sepenuhnya tenang sebab, "kenapa Haruto tiba-tiba banget ngomong kaya gitu ih, untung sana Ayah aja nih. Kalo ada orang banyak kan malu, Yah."

After Poisoned Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang