Pagi itu Rachel tengah menyiapkan sarapan untuk Yuta yang kedapatan kelas jam delapan pagi saat tiba-tiba ponselnya berdering. Ia lantas melangkah pelan menuju meja makan sembari memegangi pinggang. Akhir-akhir ini ia jadi sering merasakan pegal, efek dari perutnya yang semakin membesar. Tak heran, umur kehamilannya sudah memasuki bulan-bulan akhir.
Matanya yang semula masih sayu sebab menahan kantuk terbuka lebar kala membaca nama Yeji di layar. Ia cepat-cepat duduk, menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinga. "Halo,"
"Halo, Chel. Kangen banget gilaaaa,"
Rachel terkekeh, ponselnya ia apit di antara telinga dan bahu untuk berdiri menengok panci sup. "Sama, gue juga kangen banget sama lo, Ji. Kabar lo gimana?"
"Baik dong," Yeji terkekeh, "kalo lo gimana? Duh debay udah mau lahir ya?"
Mengangguk mengiyakan, Rachel mengaduk sup di hadapannya. "Huum, perkiraannya bulan depan sih. Tapi nggak tau juga, gue belum ngerasain apa-apa. Cuma pegel sama gampang capek aja sih ini."
Diseberang sana Yeji mengangguk, "jangan lakuin pekerjaan yang berat-berat, Chel."
"Nggak, Ji. Gue dibantuin sama Yuta juga kok. Perut gue udah gede gini jadi dia yang ngurus kebun samping rumah. Terus kadang gue mau nyuci baju nggak dibolehin juga. Padahal kan gue juga pengen gerak," Rachel mencebikkan bibir, "suntuk banget tau kalo cuma diem doang di kamar."
"Sayang banget gue masih kuliah di sini, nggak bisa nemenin lo. Pasti sepi banget ya sendirian di rumah?"
Tengah mencicip supnya, Rachel menggeleng saat merasa jika rasa masakannya kurang sekaligus juga menjawab ucapan Yeji. "dulu sih iya, tapi sekarang udah nggak karena ada anak tetangga gue yang sering nemenin gue di rumah."
"Ah... syukur deh, lo jadi nggak mati kutu di rumah sendirian."
"Siapa?" Suara Yuta terdengar di belakangnya. Rachel sontak menoleh dan menjauhkan ponselnya sebentar, "Yeji."
Yuta mengangguk-angguk, melanjutkan langkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia baru saja bangun sebab tadi malam habis melembur tugas. Ketika menyadari Rachel sudah tak berada di sisi, ia langsung bangun. Tahu jika ia harus cepat-cepat bersiap untuk kelas pagi nya.
Ketika Yuta telah selesai, ia berjalan mendekati Rachel yang sudah menata makanan di meja. Masih sambil berceloteh ria dengan Yeji. Ponsel di letakan di meja dengan loud-speaker nya yang aktif.
Menyadari adanya pergerakan di belakangnya, Rachel lantas menoleh. Ia melempar senyumannya pada Yuta, "mau makan dulu apa ganti baju dulu?"
Yuta menguap sekali kemudian menyahut, "ganti baju dulu deh. Biar nanti bisa langsung berangkat."
Ditinggalkan Yuta ke kamar, Rachel kembali sibuk mengobrol dengan Yeji dengan tawa yang sesekali mengiringi. Rachel juga menanyakan soal hubungan Yeji dengan Jeno. Mereka berdua dekat ketika SMA, jadi Rachel penasaran saja bagaimana mereka sekarang. Katanya sih mereka mengambil jurusan yang sama, yakni kedokteran.
"Ya nggak gimana-gimana, Chel. Gue sama Jeno masih kaya biasa sih, kadang berangkat bareng, kadang gue juga nginep di apart dia nyokap sama bokap gue nggak di rumah. Tapi Chel, lo tau nggak?"
"Tau apa? Lo dilamar? Gercep amat si Jeno." Celetuk Rachel.
"Bukan!" Yeji berdecak, dapat Rachel dengar bunyi tegukan air. "Gue dikasih kalung, katanya sebagai pengikat sementara gue sama dia. Terus kemarin- baru banget kemarin, Mama nya minta gue ke rumah dan lo tau? Gue di kasih liat satu kamar yang luas banget di lantai paling atas. Mamanya bilang gini ke gue, 'ini bakal jadi kamar kamu sama Jeno nanti' gitu anjir Chel!"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Poisoned Love
Fanfiction• Sequel dari Toxic [ Mark Lee ] • Awal pernikahan mereka memang tak berjalan dengan baik. Namun seiring berjalannya waktu... keduanya sadar jika mereka tak dapat hidup tanpa kehadiran satu sama lain. Mereka saling membutuhkan, saling menginginkan...