3.Tidak Ada Penolakan

771 34 1
                                    

Sebelum membaca jangan lupa untuk follow dulu ya☺
Selamat membaca....

✨✨✨

Hari Minggu seharusnya menjadi hari yang paling menyenangkan bagi siapapun, tapi hari minggu kali ini adalah hari minggu yang paling Ameira hindari.

Bagaimana tidak hari minggu ini Ameira harus menjawab kesanggupannya untuk menerima perjodohan ini.

"Bun Bina.. " Ujar Ameira yang menggantungkan ucapannya.

"Bunda harap kamu mau ya sayang" Ucap Bunda Ameira yang sepertinya tau apa maksud dari anak gadisnya itu.

"Bun, Bina masih belum bisa Bun" Rengek Ameira kepada sang bunda yang kini tengah berbaring diatas brankar rumah sakit.

"Sayang,Bunda mohon sama kamu ya" Mohon Bunda Ameira kepada anak gadisnya itu.

"Bina gak yakin Bun" Ujar Ameira dengan wajah muramnya.

"Bunda yakin kamu bisa" Jawab sang Bunda menyakinkan Ameira.

"Bun Bina masih mau kuliah"

"Walaupun Kamu nikah, kuliah kamu tetap berjalan kok sayang"

"Tapi, Bund Bina belum siap untuk jadi istri"

"Bunda yakin anak gadis bunda ini pasti bisa kok"

"Tapi Bunda gak tau kalau Kak Afnan udah mempersiapkan surat perjanjian dalam pernikahan yang hanya berlangsung 2 bulan, dan itu adalah hal yang paling aku takutkan" Ameira membatin.

Kini ruang rawat Bunda Ameira sudah ada Papah Afnan, tante Sella dan tak lupa juga Afnan. Ameira hanya terdiam tidak tau harus apa saat Papah Afnan menanyakan perihal perjodohan ini.

"Ameira gimana kamu mau kan dijodohkan dengan Afnan Anak Om?" Tanya Papah Afnan kepada Ameira yang kini hanya menunduk tak tau harus menjawab apa.

Ada perasaan ingin menolak tapi seketika ucapan Afnan kembali terngiang ditelinganya.

"Gue bakal Terima perjodohan ini dengan sangat terpaksa dan gue akan buat perjanjian kontrak nikah selama 2 bulan buat lo setelah 2 bulan kita cerai dan lo harus sepakat"

"Dan harus lo inget, nanti saat bokap gue menanyakan jawaban lo tentang perjodohan ini, lo harus Terima dan kalau lo nggak Terima  gue nggak akan segan-segan untuk ganggu lo"

Ameira sedikit mengangkatkan kepalanya seketika menatap kearah Afnan yang sudah menatapnya tajam dengan mata elangnya, membuat Ameira semakin takut.

Ameira perlahan menarik nafas dalam dan menutup matanya erat, dengan berat hati ia harus menjawabnya.

"Bissmillah, Ameira Terima perjodohan ini" Ucap Ameira dengan sedikit perasaan menyesal.

Tapi, demi kebaikan semua Ameira menerimanya bukan saja hanya karena ancaman dari Afnan yang membuat Ameira menerimanya, ia juga tidak ingin mengecewakan sang Bunda yang sendari tadi menaruh harapan kepadanya untuk menerima perjodohan ini.

Berbeda dengan Afnan yang masih memasang wajah cueknya tanpa memperdulikan Papahnya yang kini tengah membicarakan tanggal pernikahan untuknya.

WAKTU untuk SABINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang