31. Tak Ada Waktu

827 45 2
                                    

Sebelum membaca jangan lupa untuk follow dulu ya☺
Selamat membaca....
-
-
-
-
"Kalau sudah jadi masalalu tidak akan pernah bisa menjadi masa depan"
-
-
-
-

Pagi ini Ameira begitu sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan, saking fokusnya Ameira memasak sampai ia tidak sadar kalau Afnan ada di ujung dapur memperhatikannya.

Awalnya Afnan datang ke dapur hanya ingin mengambil minum karena ia merasa tenggorokannya itu kering, tapi sesampainya di dapur Afnan malah tertarik melihat Ameira yang tengah fokus memasak.

"Cantik" Batin Afnan yang tiba-tiba saja mengakui kecantikan Ameira.

"Aws" Rintih Ameira saat ia tidak sengaja tergores pisau, kalau ia memegang pisau Ameira memang sedikit ceroboh.

Sering sekali sepertinya Ameira tergores pisau kalau sedang memotong sayur ataupun bahan masakan lain yang menggunakan pisau, Afnan yang sendari tadi memerhatikan dengan cepat menghampiri Ameira.

"Hati-hati makanya" Ucap Afnan tiba-tiba yang langsung meraih lengan Ameira membuat sang empu kaget.

Dengan spontan Ameira kembali menarik lengannya yang dipegang oleh Afnan, karena hal itu Afnan langsung menatap Ameira.

"Marah?" Tiba-tiba saja Afnan bertanya seperti itu kepada Ameira, mungkin Afnan sadar kalau tindakannnya kemarin itu salah.

Ameira mengerti maksud pertanyaan Afnan hanya menggelengkan kepalanya, "Aku takut nanti pacar Kak Afnan tiba-tiba dateng, soalnya kedatangan pacar Kak Afnan itu suka tiba-tiba" Ujar Ameira kepada Afnan.

Setelah berbicara seperti itu Ameira pun meninggalkan Afnan yang hanya bisa terdiam di dapur, sampai kemudian Bi Inah datang.

"Loh den ngapain disini?" Tanya Bi Inah kepada Afnan.

"Nggak bi" Jawab Afnan.

"Kalau Den Afnan lapar tahan sebentar ya Den, bibi mau siapin dulu. Soalnya tadi kata Non Ameira bentar lagi soupnya mateng kok" Ujar Bi Inah kepada Afnan, sepertinya Ameira menyuruh Bi Inah untuk menyiapkan makanannya untuk Afnan.

Mungkin dugaan Afnan benar, Ameira saat ini tengah marah kepadanya karena kejadian kemarin. Jujur saja setelah menuduh Ameira kemarin Afnan merasakan bersalah karena seharusnya Afnan tidak bersikap seperti itu kepada Ameira.

Apalagi Afnan sudah menuduhnya yang tidak-tidak, Ameira sudah sering Afnan tuduh seperti itu tanpa tahu kebenarannya. Wajar saja kalau sekarang gadis itu marah.

Afnan akhirnya memutuskan untuk mendatangi Ameira dan meminta maaf kepada Ameira, rasanya jadi serba salah kalau ia tidak meminta maaf kepada Ameira.

Afnan berjalan mondar mandir setelah sampai di depan pintu kamar Ameira, tidak tahu kenapa keberaniannya kini mulai menciut. Afnan yang biasanya tidak ragu mengetuk pintu kamar Ameira kini ia ragu bahkan takut, Afnan juga tidak mengerti sebenarnya kenapa ia bisa jadi seperti ini.

Tiba-tiba saja pintu kamar Ameira terbuka memperlihatkan Ameira yang kini sudah rapih menggunakan dres cream dengan kerudung pasmina yang ia pakai tak lupa juga dengan tas selempang yang sudah tersampir dibahunya, "Mau kemana?" Tanya Afnan spontan kepada Ameira yang sudah rapih.

Ameira yang merasa sedikit kaget karena keberadaan Afnan yang entah sejak kapan ada di depan pintu kamarnya itu, "Kak Afnan ngapain disini?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Afnan kini Ameira malah bertanya kembali kepada Afnan.

WAKTU untuk SABINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang