23. Maaf

130 9 0
                                        

Lily berjalan kearah ruang tamu tapi dengan langkah ragu karena tak tau apa yang harus ia katakan pada Nathan saat mereka sedang berdua saja. Semuanya terasa sangat canggung, bahkan sejak tadipun Lily tidak menyapa lelaki itu sedikitpun,namun jika membiarkan terus begitu ia akan sangat tidak sopan mengingat Nathan datang bersama sahabatnya,dan sekarang laki-laki itu adalah tamunya. Lily terus berjalan hingga akhirnya ia sampai di ruang tamu dan langsung bisa melihat Nathan yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Lily duduk di ujung sofa berlawanan dengan Nathan, diiringi deguban jantungnya yang semakin berdebar saat harus dihadapkan dengan situasi seperti ini.
Lily mendengar helaan napas laki-laki itu yang seperti ingin menyampaikan sesuatu. Tetap dengan mode diamnya, Lily mencoba memasang pendengarannya setajam mungkin untuk menangkap apa yang akan Nathan ucapkan, karena ia tak berani memulai untuk berbicara terlebih dulu.

Satu detik,,

Satu menit,,

Sepuluh menit,,

Mereka masih tetap terdiam dan tak memulai pembicaraan sedikitpun. Lily masih terus tertunduk, diam dan tak berani melihat kearah Nathan sedikitpun,sedangkan Nathan juga diam namun sedari tadi matanya tak beralih sedikitpun dari gadis mungil yang terlihat sedang tertunduk di hadapannya. Nathan memperhatikan setiap gerak yang Lily buat,bahkan dengan sangat teliti. Begitulah cara Nathan mengobati rasa rindu yang beberapa hari ini seperti mampu meledakkan dirinya.

"Kamu jalan lagi sama dia?" Tanya Nathan tiba-tiba saat ia merasa Lily mungkin sudah siap untuk menjawab pertanyaannya.

"I,iya,tadi pagi ketemu di kantor terus dia ngajak makan malem di tempat kemaren,biar nggak penasaran katanya. Tapi beneran baru kali ini kok makan bareng dia lagi,sebelumnya nggak pernah ketemu juga " jawaban Lily yang panjang lebar mencoba menjelaskan pada Nathan itu membuat Nathan menahan senyumnya. Dia tak menyangka Lily akan lupa begitu saja dengan apa yang sudah Nathan perbuat padanya dan malah sibuk memikirkan kemungkinan yang membuat Nathan marah. Bagaimana bisa dengan bodohnya Nathan tega menyakiti dan melemparkan kata-kata keji pada gadis itu. Benar-benar tindakan yang sangat bodoh. Menyesal. Itulah ungkapan yang sangat tepat mengingat apa yang selama ini ia sangkakan pada gadis cantik di sampingnya itu.

"Kamu nggak nanya kenapa aku kesini?" Tanya Nathan mencoba menarik perhatian Lily yang masih tertunduk dan sibuk memainkan jemarinya. Dan benar saja,seperti tersadar akan sesuatu, Lily mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap kearah Nathan.

Nathan tersenyum manis,begitu manis malah,dan hal itu berhasil membuat Lily terpukau dan terpaku detik itu juga. Ekspresi yang tak di sangka oleh gadis itu kini terukir sangat indah di wajah tampan Nathan. Lily yang bahkan seperti lupa bernafas sesaat tadi kini sibuk membenarkan posisi duduknya dan sibuk memandang kearah lain untuk mengalihkan perhatian dari Nathan.

"Beneran nggak ada yang mau di tanyain?" Tanya Nathan lagi menegaskan,karena melihat Lily yang salah tingkah di hadapannya "kalau nggak ada aku tidur nih,," sambungnya menggertak Lily yang tak kunjung bersuara

"Eum,,itu,," akhirnya suara itu keluar setelah sekian waktu tertahan di kerongkongannya "Saskia bilang ada yang nangis nyariin aku,siapa ya??" Tak mau kalah karena tersudut oleh kata-kata Nathan,akhirnya Lily mengeluarkan pertanyaan yang menurutnya tepat untuk membalas lelaki itu

"Aku" di luar dugaan. Jawaban Nathan benar-benar tidak terprediksi oleh Lily sebelumnya,ia pikir Nathan akan malu atau apapun itu untuk menghindar dari pertanyaan barusan,tapi nyatanya tidak. Lelaki itu menjawab dengan sangat jelas dan mengakui kalau dia memang menangis untuk mencari Lily. Lagi. Lily tak bisa berkata-kata dan hanya terbengong mendengar jawaban dari Nathan
"Kenapa bengong? Nggak mau nanya lagi?" Sambung Nathan melihat ekspresi Lily

Lily menghela napas panjang sebelum memutuskan untuk mengikuti permainan Nathan "Kenapa nangis? Emang beneran nangis?" tanya Lily akhirnya setelah menetralkan perasaannya dan mencoba mengerti suasana mereka saat ini

Cure Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang