12.Saingan

141 9 0
                                    

Bekerja sebagai staf pemasaran di sebuah perusahaan ternama membuat Lily harus mengeluarkan kemampuan berkomunikasi,dan kegigihan yg tinggi. Di hari pertama ia memulai pekerjaannya,ia sudah harus di hadapkan dengan tugas-tugas yg menumpuk di meja kerjanya. Di susul dengan hari-hari berikutnya membuat ia benar-benar fokus dengan segala kegiatan barunya di kantor yg berhasil membuat ia mengalihkan sementara perhatiannya dari seseorang yg kini entah berada di mana. Sejak pertemuan terakhir mereka, Lily belum pernah berhubungan lagi dengan Nathan walau hanya lewat pesan atau telfon. Ya,saat itu Lily memang merasa malu dan tak tahu harus bagaimana jika suatu saat mereka bertemu. Lily benar-benar merasa belum sanggup jika harus berhadapan dengan lelaki yg sudah mengacak-acak buku hariannya itu. Beruntung beberapa hari setelah kejadian memalukan yg membuatnya mati gaya itu dia seperti mendapat pertolongan dari Tuhan untuk bisa melarikan diri.

Sudah tujuh minggu Lily berada di kota kelahirannya,kota dengan segala kenangan tentang orang tuannya dan masa-masa kecilnya yg bahagia. Selama itu pula Lily selalu meluangkan waktu di hari liburnya untuk mengunjungi makam kedua orangtuanya yg dulu hanya bisa ia lakukan beberapa bulan sekali,atau hanya jika mereka sedang berkunjung ke rumah kerabat di kota ini saja. Kali ini Lily benar-benar memanfaatkan waktunya untuk sesering mungkin berkunjung. Seperti saat ini, Lily tersenyum di depan kedua nisan orangtuanya. Dengan meletakkan beberapa tangkai mawar merah di pusara sang ayah dan beberapa tangkai bunga lili putih untuk pusara sang ibu, Lily membelai kedua batu nisan yg letaknya berdampingan itu bergantian. Seperti sedang berada di hadapan mereka Lily berkata "papa,sama mama yg tenang ya di sana, Lily baik-baik aja. Mungkin Tuhan punya rencana lain buat Lily hingga Beliau mengirimkan malaikatnya untuk Lily. I love you ma,pa, Lily kangen kalian" setetes bening tanpa terasa sudah membasahi kedua sudut mata Lily. Namun secepat mungkin ia menghapus air mata itu agar orang tuanya tak menghawatirkan dirinya. Perlahan Lily meninggalkan komplek pemakaman yg menjadi tempat peristirahatan terakhir kedua orang tuanya itu dengan segala perasaan rindu yg sudah berkecamuk di dalam dadanya. Lily sangat merindukan dua sosok terpenting dalam hidupnya itu,namun dia bisa apa jika Tuhan sudah berkata lain. Dia hanya harus menata hati dan perasaanya kembali agar lebih tegar dan siap untuk segala sesuatu yg sudah digariskan Tuhan untuknya.

**

Menghirup aroma cokelat panas yg masih mengepul di hadapannya membuat Lily merasa benar-benar tenang dan rileks setelah hari-hari sibuk yg selalu menyita waktunya selama ia bekerja. Di sebuah kafe yg beberapa minggu ini selalu rajin ia kunjungi,Lily menghabiskan sore di hari liburnya sambil membaca novel yg baru ia beli di toko buku beberapa saat lalu. Lily sedang terlarut dengan bacaannya saat terdengar suara bariton menyapa dirinya.

"Lilyana ya?" Tanya seseorang yg membuat Lily harus mengalihkan pandangan dari novel barunya.

"Iya,eumm siapa ya?" Tanya Lily yg tampak mengerutkan keningnya kepada laki-laki tampan bertubuh tinggi tegap dengan setelah kasual yg terlihat fashionable dan kini tengah tersenyum lebar di hadapannya. Tiba-tiba saja lelaki itu langsung memeluk Lily yg masih terpaku dan bingung dengan tindakan spontannya

"tunggu-tunggu,anda siapa? "Tanya Lily sedikit sinis karena merasa tidak mengenal laki-laki itu.

"Ya ampun Lily,,,ini gue David,loe lupa sama gue?" Lelaki yang mengaku bernama David itu mengurai pelukannya dan menatap tepat ke manik mata Lily yg terlihat bingung dan masih mencerna kata-katanya

"David??"tanya Lily ragu namun berbeda dengan David yg malah menjawab dengan anggukan antusiasnya
"Iyaa David,masa lupa sih? Gue udah lama banget cari kabar tentang loe tapi nggak ada yg mau ngasih tau,dan akhirnya sekarang gue ketemu langsung sama loe, sumpah gue seneng banget Ly" David berkata sambil kembali memeluk tubuh mungil Lily yg masih saja sibuk dengan ingatannya. Beberapa detik kemudian ingatan tentang anak laki-laki yg sedikit culun dengan kacamata tebal bertengger di hidungnya terlintas dalam benak Lily

Cure Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang