4. Sepenggal masa lalu

213 11 0
                                    

7 tahun lalu

Seorang gadis berkulit putih kemerahan, dengan rambut coklat panjang tergerai indah menutupi punggungnya yg berbalut seragam sekolah sedang duduk di bawah pohon dengan sebuah novel di tangan. Gadis itu terlihat sangat serius membaca kisah dari tokoh yg ada di novel itu hingga kedatangan seorang laki-laki yg sepertinya seumuran dengannya mengalihkan perhatian gadis itu

"Siang cantik," sapa laki-laki itu yg langsung mengambil duduk di sampingnya

"Siang juga," jawab sang gadis dengan senyuman lalu kembali fokus pada novelnya

"Ly,udah donk bacanya,masa aku di cuekin sich,protes laki-laki bernama Fendi itu karena kesal tak mendapat perhatian dari Lily

"Sebentar Fen, ini udah mau udahan kok,tinggal satu lembar lagi nich,"jawab Lily sambil menunjukan lembar terakhir dari buku yg dia baca. Fendi menunggu dengan ekspresi kesalnya karena lagi-lagi dia harus kalah dengan buku dalam hal merebut perhatian Lily.

"Selesai,,!" Seru Lily saat menutup bukunya lalu meregangkan otot-ototnya yg terasa kaku. Fendi akhirnya bisa tersenyum melihat Lily kini sudah memiliki waktu untuknya.

"Akhirnya,,dapet juga perhatian dari kamu," seloroh Fendi sambil melirik ke arah Lily yg siap untuk memberinya alasan

"Ech,emangnya aku di sini buat apa kalo bukan perhatian sama kamu,harusnya aku udah pulang,makan,main sama keponakan aku,nah ini aku malah masih di sekolah karena nungguin kamu ekskul,yaudah daripada bengong aku baca aja" bela Lily pada dirinya

"Iya dech iya,maaf. Yaudah sesuai janji aku kemaren,nih tiketnya," Fendi memberikan dua lembar tiket pameran lukisan kepada Lily.

"Kok dua,kan kemaren janjinya satu," tanya Lily karena merasa Fendi kelebihan memberikan tiketnya

"Kamu tuh cewek aneh ya Ly,dimana-mana kalo orang di kasih lebih itu pasti bakal seneng bukan main. Nah kamu malah protes. Aneh. Tapi emang itu sich yg bikin aku makin suka sama kamu"

"Idiihh, siang-siang begini ngegombal.udah ach ganti baju sana,ayo pulang,aku laper tau" rengek Lily yg merasakan perutnya mulai bernyanyi

"Oke-oke,tunggu sebentar ya,aku ganti baju dulu, abis itu aku traktir kamu makan plus temenin kamu ke pameran lukisan itu" jawab Fendi sambil memainkan alisnya

"Loh emang kamu ikut?"

"Ya ampun Lily,,kamu nggak peka apa gimana sih.emang kamu pikir tiket yg satunya lagi itu buat siapa? Ya kali aku ngasih kamu tiket buat jalan sama cowok lain,sementara aku gigit jari" keluh Fendi yg gemas dengan sikap Lily

"Ouh,kirain ngasihnya tanpa pamrih,ternyata ada maunya juga,hhhmmm" jawab Lily dengan nada sarkastik

"He,he,,usaha kan boleh sayang" sambung Fendi cengengesan

"Yaudah buruan ganti,laper,," rengek Lily yg membuat Fendi bergegas lari masuk kedalam ruang lokernya untuk mengganti baju,dan kembali pada Lily sebelum Lily semakin kelaparan.

Dalam perjalanan ke gedung pameran setelah makan siang terlebih dahulu di restoran jepang favorit Lily, Fendi berkali-kali mencoba mengambil kesempatan untuk mendapatkan perhatian Lily. Mengingat gadis itu yg bisa di bilang terlalu biasa saja dalam berpacaran, Bahkan perubahan status mereka dari teman menjadi pacar pun seperti tidak memiliki makna untuk Lily, Lily tetap tak mau terlalu banyak kontak fisik antara mereka berdua. Boro-boro berciuman seperti pasangan-pasangan yg lain, memegang tangan saja Lily sangat membatasi Fendi untuk melakukannya. Karena sikap Lily itulah Fendi sering kali dibuat kesal bahkan marah walaupun tak menunjukannya secara terang-terangan di depan Lily.

Awalnya Fendi berpikir mendapat persetujuan dari Lily untuk memacarinya itu berarti dia juga mendapat ijin untuk melakukan kontak fisik dengan tubuh gadis itu. Namun ternyata semua diluar harapan Fendi, Lily sama sekali tidak mengijinkan dia untuk melakukan kontak fisik yg di nilai berlebihan padanya. Setelah 2 bulan berpacaran,terhitung baru dua kali Fendi diijinkan menggandeng tangan Lily,itupun karena mereka akan menyeberangi jalan raya yg lumayan ramai hingga Lily juga sedikit takut dibuatnya. Selebihnya mereka hanya mengobrol dan bercanda seperti layaknya seorang teman,tidak ada yg lebih,hanya status mereka saja yg memang bisa di katakan pacaran.

Cure Of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang