3. Peringatan Alvarios.

727 17 39
                                    

Ketika Arasya akan kembali menuju kamar, bel rumahnya malah berbunyi nyaring. Gadis itu berjalan mendekati pintu dan mengintip dari jendela. Dia tersentak kaget saat melihat Alvarios benar-benar datang. Sekarang sedang berdiri sambil membawa kresek hitam. Tanpa banyak basa-basi, Arasya langsung membuka pintu. Laki-laki bertubuh tegap menatap Arasya dengan ekspresi datar.

"Jangan di luar terlalu lama! Cuaca lagi dingin," pinta Alvarios sambil menempelkan telapak tangannya di kening Arasya.

"Alvarios, gue gak papa," balas Arasya sambil menghela nafas panjang.

"Udah, diam dulu! Suhu tubuh lo lumayan tinggi."

"Aish, bawel banget!" gerutu Arasya dengan suara ketus.

Alvarios tidak menjawabnya. Tangan kanan Alvarios meraih sesuatu dari kresek hitam. Ternyata itu adalah obat kompres yang efektif dan sudah hadir di toko-toko setempat.

Arasya hanya terdiam ketika Alvarios menempelkan alat kompres itu pada keningnya. Gadis ini melirik dengan seksama. Tatapan cukup menggoda. Namun, untungnya Alvarios memiliki iman yang kuat.

"Perhatian banget sama gue, sih? Lo suka sama gue, 'kan?" bisik Arasya ketika wajah mereka sudah sangat dekat.

Beberapa menit berlalu, Alvarios masih tetap cuek dan tidak mau menjawab pertanyaan Arasya. Gadis ini sampai berdecak kesal karena harapannya tidak mendapat balasan.

Tangan kanan Alvarios memeriksa aliran darah Arasya dengan penuh hati-hati. Dia tidak lupa memeriksa mata Arasya dengan bantuan senter kecil.

"Najis, sombong banget! Gue tanya sesuatu, malah gak dijawab," dumel Arasya sambil melipat tangannya.

Alvarios menoleh sambil tersenyum simpul. "Hm, lo cuma stress, banyak pikiran dan sering begadang—"

"Gue enggak tanya kesehatan, Al! Gue tanya 'lo suka sama gue, 'kan?'."

"Pfffttt ... jangan ngelantur! Gue adalah ketua geng Harlubis. Sebagai ketua, gue gak mau lo sakit. Just that!" balas Alvrios dengan wajah datar.

Mungkin Alvarios ada benarnya juga. Laki-laki tampan ini memang terkenal dengan sikap sosial yang tinggi. Arsya langsung menghela nafas panjang, dia tidak boleh baper hanya karena hal sepele. Jangan sampai hati kecilnya menjadi korban pada saat mencintai seseorang.

"Oh, shit!" celoteh Arasya, "ternyata menggoda lo lebih sulit dibandingkan menggoda Habibi."

Setelah mendengar ocehan tadi, Alvarios langsung terkekeh.

"Berhenti halu! Gue gak akan terjebak dalam tatapan lo!" lanjut Alvarios dengan penuh keyakinan.

"Yakin, gak akan terjebak dalam tatapan gue?" tantang Arasya.

Alvarios mengangguk dengan wajah tegas. Dia tidak pernah seyakin ini. Tidak lama berlalu, Arasya langsung menempelkan dagu pada telapak tangannya.

"Alvarios Daisuky, si tampan dari geng Harlubis. Masa lo gak mampu luluh di depan gue? Ha, ha, mustahil!" ledek Arasya dengan nada lembut, "besok atau pun nanti, lo akan menjadi milik gue, Mr. Daesuki!"

Tatapannya amat tajam dan mampu menghanyutkan penikmat lensa. Sayangnya, Alvarios masih mampu membalas tatapan itu dengan wajah super datar. Gagal! Arasya tidak berhasil membuat Alvarios tergoda.

Laki-laki ini malah memberi tatapan ketus, tidak seperti biasa. Sebenarnya Arasya sudah tahu bahwa menggoda Alvarios adalah hal paling mustahil.

Ketika sedang jalan berdua, Alvarios tidak pernah melirik gadis di jalanan, selain Arasya. Setia kawan adalah kalimat paling tepat untuknya. Mungkin Alvarios juga akan setia pada pasangannya. Beruntung sekali kalau ada yang menjadi teman hidup Alvarios.

"Ahhh, susah banget buat menggoda lo!" desis Arasya sambil mendorong pundak Alvarios.

Alvarios kembali tertawa. "Ha, ha, jangan lakuin itu lagi!"

"Kenapa gue gak boleh lakuin itu?" rengek Arasya.

"Kalau lo masih nekat, lo akan tahu akibatnya!"

"Eh, maksudnya apa, ya?" tanya Arasya dengan ekspresi sok polos.

"Jangan sok polos! Gue tahu lo itu cewek kayak gimana. Dengarkan gue, Arasya! Selama lo belajar di kampus elit, tolong jaga diri lo! Serius, kampus kita bukan kampus biasa." Alvrios memberi tatapan serius.

"Aduh, ngelantur! Kan, gue udah bilang kalau gue bisa jaga diri," balas Arasya sambil menguap seolah bosan kalau mendengar ceramah dari Alvarios.

Alvarios menatapnya dengan tatapan serius, seakan berkata kalau ucapan tadi akan kenyataan. Meski begitu, gadis cantik ini masih menganggap peringatan dari Alvarios sebagai gurauan.

Arasya memang begitu. Setiap diberi informasi serius, tidak pernah terlalu memedulikan. Dua remaja ini saling terdiam ketika langit semakin gelap dan saat angin berhembus kencang.

"Sekarang udah jam sepuluh, 'kan?" tanya Alvarios.

Arasya mengangguk. "Iya, mau ngapain lo?"

"Gue harus pulang, gak baik kalo pulang dari rumah lo terlalu malam."

"Emang kenapa, dah? Biasanya juga pulang jam dua belas malam."

"Biasanya, gue main sama Habibi. Sekarang, Onta Arab itu udah ngorok di kost-an, mangkanya gue tinggalin."

"Ha, ha, temen sendiri disebut Onta Arab," ledek Arasya dengan ekspresi ceria.

"Makanan itu untuk Papi Levi, jangan lupa kasih ke Mami lo juga!" Alvarios ikut tersenyum.

"Okay, baby. Terima kasih!" balasnya sambil mengedipkan mata kiri.

Keduanya sama-sama berjalan menuju teras. Alvarios menunggangi kuda besinya, kemudian menyalakan mesin. Arasya menatap temannya dengan tatapan kagum. Bagaimana tidak? Pakaian hitam yang dibalut oleh kilauan cahaya pasti akan membuat siapa pun kagum terhadap ketua geng Harlubis.

"Hati-hati, ganteng! Hahaha ...."

Gadis ini membuat Alvarios kembali tersenyum hangat. Setelah motor itu meninggalkan rumah mewah, Arasya pun mengunci pintu rumah, lalu pergi menuju kamar kesayangannya.

Di dalam kamar, Arasya duduk di kursi belajar dan merenungkan semua ucapan Alvarios. Mustahil sang ketua membohonginya. Masalah ini pasti terlalu serius dan amat berat.

"Apa benar kalau kampus gue punya skandal besar? SKANDAL APA, SIH!" pekik Arasya, "Edan! Bisa tambah gila kalo gue mikirin skandal doang."

Urat-urat di keningnya kembali terlihat. Sudah beberapa hari ini, Arasya stress karena memikirkan skandal yang merebak ke penjuru kampus. Sayangnya, dia belum tahu skandal apa itu. Dia sudah memiliki firasat buruk, tetapi masih belum bisa membuktikannya.

"Eh, bau apa ini? Enak banget. Wah, ada makanan, guys!" gumam Arasya pada diri sendiri, "skandal kampus? Hm. Skandal macam apa yang bisa meruntuhkan cewek bar-bar kayak gue? Kita lihat, siapa yang bertahan di kampus! Makan dulu, Guys! Makan nomor satu, diet tidak perlu."

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang