44. Kedatangan Tamu.

122 6 0
                                    

Malam ini, hujan turun deras dan membuat semua orang berlindung di bawah selimut masing-masing. Namun, keluarga kecil ini masih asyik mengobrol dan sedikit gibah tentang tetangga yang menyebalkan.

"Kemarin, tetangga kita semakin besar ... padahal kemarin masih bayi," omel Papi Levi.

"Namanya juga bertumbuh, Pi. Masa mau kecil terus sampai planet pluto mendekat?" celetuk Arasya.

"Papi mulai ber-gibah lagi," ejek Mami Hanum dengan senyum manisnya.

"Enggak papa, Mi. Kita berbagi dosa," canda Papi Levi.

"Harusnya, yang suka dangdutan itu Mami. Harusnya, yang mengajak kita bergosip juga Mami," sambung Arasya sambil terkekeh.

Papi Levi melirik anaknya dengan ekspresi malu-malu.

"Ah, kamu juga suka ber-gosip, enggak ada bedanya sama Papi," cetus Mami Hanum.

"Bagus dong! Tandanya, kami bapak-anak sejati," sosor Papi Levi sembari tertawa kencang.

Beberapa detik lalu, Arasya sempat diam dan tidak memperhatikan apapun. Namun, obrolan orangtuanya berhasil mengusir kesedihan dalam benak. Gadis cantik itu akhirnya gabung dalam pergosipan dan tertawa bersama.

"Kalian kompak kalau sedang bergosip," puji Mami Hanum sambil tepuk tangan.

Papi Levi dan Arasya melirik satu sama lain, kemudian tertawa bersama. Mami Hanum menjadi mood kalau sedang mengomel.

Tok! Tok! Tok!

Ketika mereka sedang tertawa bersama. Seseorang mendadak mengetuk pintu rumah dengan lantang. Keluarga kecil itu kompak melirik ke arah pintu.

"Biarkan saya yang buka, Bu!" teriak seseorang.

Seorang pembantu tiba-tiba keluar dari kamarnya, kemudian berjalan ke sumber suara. Saat membuka pintu, pembantu ini melotot kaget karena didatangi oleh tiga polisi sekaligus.

Para polisi memperkenalkan diri secara satu-persatu dan tidak lupa memberitahu maksud kedatangannya. Pembantu itu segera berlari ke arah Papi Levi, kemudian menunduk lesu.

"Bi, siapa yang datang?" tanya Papi Levi.

"Kenapa diam begitu, Bi? Papi Levi tanya, lho ...." Mami Hanum menatapnya dengan ekspresi penasaran.

"A-anu, Nyonya. Ada polisi yang datang," jawab pembantu itu dengan posisi serupa.

Arasya langsung terdiam seribu bahasa. Senyum di bibirnya mendadak lenyap. Dia berhenti tertawa ketika mendengar kata polisi.

"Emangnya mereka lagi cari siapa? Nggak salah alamat 'kan, Bi?" tanya Papi Levi.

"Alamatnya sudah betul, Tuan. Mereka cari Non Arasya," timpal sang pembantu.

Semua orang kompak menatap Arasya. Gadis cantik itu hanya menunduk lesu dan tidak menjawab tatapan penuh tanya di mata kedua orangtuanya.

Mami Hanum sampai melotot kaget saat mengetahui banyak polisi sedang bertamu ke rumah mereka demi bertemu dengan Arasya.

"Emangnya Arasya kenapa? Kok, banyak polisi yang datang ke rumah?" tanya Mami Hanum dengan ekspresi panik.

"Dapat alamat palsu mungkin, Mi," celetuk Arasya dengan ekspresi panik.

"Arasya, kamu enggak ngelakuin kesalahan apapun, 'kan?" desak Mami Hanum.

Arasya segera menggeleng. "Enggak, Mami. Emang, gadis cantikmu ini bisa ngelakuin apa?"

"Jangan aneh-aneh, Arasya!" desis Mami Hanum dengan ekspresi gelisah.

"Tenang, Mi! Mereka cuma pengen bertemu bidadari di rumah kita," goda Papi Levi.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang